Malam ini seorang pria tenggah sibuk memasak, dirinya sangat senang setelah cukup lama tak memasak makanan. Karena memasak adalah hobinya.
Pria tersebut adalah Alvin atau seorang jiwa yang sedang menempati tubuh seorang duda bernama Alvino Satria Pratigta.
Setelah selesai memasak dirinya meletakkan seluruh makana yang tadi dirinya masak di meja makan, lalu melangkah menuju ruang keluarga yang terdapat sepasang kakak adik sedang bercanda.
"Emmh kalian ingin makan, aku sudah memasak" Alvin berujar dengan gugup menatap pemuda yang bernama Samuel tersebut.
Pemuda tersebut Seketika berhenti dari kegiatan yang ia lakukan lalu mengangkat kepala nya memandang sang Daddy yang tenggah berdiri di samping mereka.
"Dad? Kau memasak?, aku tak salah dengan kan?" Jujur saja Samuel tak pernah melihat sang Daddy memasak bahkan dari dirinya lahir. Karena hal tersebut yang melakukannya adalah pembantu.
Alvin mengangguk dengan pelan, dirinya berfikir tak salah jika Samuel binggung dirinya tiba-tiba memasak sedangkan dari ingatan yang ada Alvino sama sekali tak pernah memasak, bahkan tak pernah menyentuh peralatan dapur selain sendok dan garpu, piring dan piso juga.
"Dad!... Daddy" Clay merangkak mendekat ke arah sang Daddy, anak itu memang sudah berusia 3tahun namun dirinya masih belum lanjar untuk berjalan. Sedangkan dirinya lebih suka atau sering merangkak dibandingkan berjalan, karena pasti dirinya akan terjatuh.
Alvin tersenyum lalu mendekat dan menggendong Clay ala koala, walau kaku dirinya tetap berusaha karena takut membuat bocah 3 tahun tersebut terjatuh.
"Jika kau ingin makan, makanlah jika tidak aku tak memaksa" Ujarnya pelan.
Samuel binggung atas segala perubahan sang Daddy namun tak ayal dirinya tersenyum senang, ternyata dang Daddy telah sadar. Walau ia tak terlalu yakin jika itu akan bertahan lama.
Dirinya berdiri lalu berjalan menuju ke arah dapur mengikuti sang Daddy dan adiknya itu.
Dari jarak lumayan jauh dirinya dapat melihat adiknya Clay tenggah di pangku sang Daddy sembari fi suapi oleh bubur?
Sedangkan Alvin dirinya sangat senang karena dapat menggendong dan membuat tertawa seorang bocah, dirinya dulu saat kedau orang tuanya masih hidup ia sangat ingin memiliki seorang adik. Ia sangat iri saat melihat temannya bermain bersama adik mereka, namun kedua orang tuanya mengatakan jika mereka tak bisa memberikannya adik. Entahlah saat itu ia masih kecil dan tak tau apa-apa jadi hanya bisa pasrah dan mengahayal memiliki seorang adik yang sangat lucu!.
Tenggah asik menyuapi Clay dirinya tersadar dan mendongak melihat siapa yang menarik kursi tepat di depan dirinya duduk. Ternyata semual, pemuda tersebut memandang tak percaya makanan yang berada di meja makan. Banyak! Sangat banyak.
"Dad?.. Kau yang memasak ini semua?" Samuel berujar dengan kagum, sembari tangan miliknya sibuk memilih makana yang ingin ia makan. Dirinya tak sabar untuk mencoba masakan sang Daddy!.
"Yaa.." Jawab Alvin dengan singkat dirinya sibuk menyuapi Clay yang sedari tadi terus mengoceh.
"Mam.. Mam" Anak itu terus berceloteh sembari menarik-narik mangkok bubur yang Alvin pegang karena makanan yang berada di mulutnya telah habis.
"Sabar... Jika tumpah kau tak bisa makan lagi, walau aku masih bisa memasak" Alvin berujar sembari menyendokan bubur ke dalam mulut Clay yang sedari tadi telah terbuka lebar.
"Ummm, Dad! Masakan mu sangat enak! Aku harap kau mah memasak untuk kami lagi" Semual menunduk memandang piring miliknya yang penuh dengan makanan.
Alvin menatap Samuel lalu tersenyum. Dirinya tau bahwa Samuel tak sekuat yang mereka lihat, dalam ingatan yang ia dapat Alvino pemilik tubuh asli pernah tak sengaja mengintip Samuel tenggah menangis dalam kamar miliknya.
"Yaa... Jika kau suka, aku bisa memasak lagi jika kau mau" Jawab Alvin pelan, sembari menyendok nasi masuk kedalam mulutnya. Dirinya makan sembari menyuapi Clay yang sekarang tenggah bermain dengan kancing baju miliknya.
Samuel berbinar sebelum sebauh langkah kaki yang terdengar mengema mengalihkan atensi mereka.
"Bang! Kau tak makan" Semaul berteriak setelah mmelihatt David sang abang baru saja pulang dari Kantornya.
"Tidak!" Balas David datar dirinya dapat melihat Sang Daddy sedang memangku Clay.
Samuel seketika menoleh pada sang Daddy dirinya takut sang Daddy akan marah dan kembali seperti dulu, mengacuhkan mereka.
Alvin mengangguk dan tersenyum kecil. Dirinya tau jika David tak menyukai dirinya atau lebih tepatnya tubuh yang ia tempati.
Ia juga tak pernah bisa marah karena ia tau bagaimana perasaannya jika tak di pedulikan oleh orang tuanya, walau dirinya di sayang namun itu hanya sebentar karena orang tuanya tiada dan dia tau bagaimana hidup tanpa orang tua, walau ayah mereka masih ada namun itu hanya orangnya tidak dengan peran sebagai seorang ayah.
718 kata...
![](https://img.wattpad.com/cover/347336343-288-k973117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
Science Fictionbagaimana jika seorang pemuda sebatang kara tak memiliki keluarga satupun, malah mengalami sebauh kecelakaan yang membuat nya ber transmigrasi ke raga seorang duda tiga anak? sanggup kah pemuda tersebut menjalani kehidupan keduanya di raga pria ter...