_______________
Alvin termenung sembari menatap bingakai foto yang ia lihat sedari tadi dengan intens, tampa mempedulikan David yang sudah kembali tenang.
Ia termenung menatap foto itu, dirinya masih menyaksikan ingatan yang muncul itu, sosok perempuan yang begitu terlihat bahagia dalam ingatan yang ia lihat. Membuat dirinya teringat dengan sesok perempuan yang juga dulu sangat berarti bagi hidupnya.
Senyum itu.. Senyum yang ia lihat mengingatkan nya dengan sosok perempuan yang dulu begitu ia sayang, dan sosok yang begitu membuat nya begitu bahagia, sosok yang sudah seperti malaikat baginya dan yang berhasil melahirkan nya ke dunia.
Sosok yang ada di bingkai foto itu, ia yakini adalah Almarhum istri Alvino 'pemilik tubuh'. Saat melihat senyum wanita itu ia seakan teringat ooleh Alm ibunya. Wanita yang begitu kuat mengurus dan menya'yangi nya, walau dulu ia sering membantah perkataan wanita itu namun tak di pungkiri ia sangat menya'yangi sosok itu.
Tak terasa air mata miliknya sudah mengalir membasahi pipinya dengan deras, saat mendengar lenguhan David, Alvin seakan tersadar. Ia dengan cepat berdiri dari jongkoknya dan segera meletakkan bingkai foto itu di nakas dan dengan segera dirinya menyeka air mata nya itu.
"David..." Alvin memanggilnya dengan pelan suara yang begitu bergetar membuat siapa saja yang mendengar nya dapat melihat Alvin dengan prihatin dan iba.
Pria itu dengan pelan mengunjangkan pundak David dengan pelan, dan sesekali menyeka air matanya yang masih mengalir.
David melenguh pelan, sebelum membuka perlahan kelopak matanya.
Alvin kembali termenung menatap wajah David yang sangat berbeda dengan David yang ada di bingkai foto. David yang sekarang terkenal suram dan pendiam, selalu menjauh dari orang-orang sekitar dan jarang berinteraksi dengan orang asing bahkan dengan keluarganya. Berbeda dengan David yang dulu, David dulu terkenal ceria, dan murah senyum. Sering berinteraksi dengan orang-orang dan memiliki banyak teman.
Namun itu tak bertahan lama karena pemuda itu berubah setelah ibu atau Alm istri Alvino tiada.
"Kau makan dulu dan minum obat, aku sudah siapkan jadi kau tinggal makan saja" Alvin berujar dengan pelan saat melihat David tenggah menatap dirinya dengan tatapan sayu namun datar.
"Tidak usah peduli denganku, bahkan bertahun-tahun kau tak mempedulikan ku. Aku masih hidup sampai sekarang jadi tidak usah sok merasa kasihan" David merubah posisi baring menjadi menghadap ke sebelah kiri, membelakangi Alvin. Pemuda itu ingin menangis bayang-bayang kenangan hangat saat ia masih kecil berputar di kepalanya, kenangan saat Daddy masih memperdulikan nya bahkan Alm mommy nya masih hidup. Hal itu membuat dadanya sesak ia ingin memeluk pria yang ada di belakangnya ini namun tak bisa rasa kecewa dan benci telah menguasai hatinya mengalahkan rasa rindu nya terhadap pelukan pria itu.
Alvin lantas menghela nafas dengan pelan, lantas dirinya mengigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa gugup. "maaf.. Maafkan aku, aku tak bermaksud seperti itu.. Kau tau saat itu aku masih-" Ucapan Alvin terhenti kala dirinya melihat punggung tegab pemuda itu bergetar.
"Sudah ku bilang jangan memperdulikan ku!! Lebih baik kau pergi! Pergi jauh atau bahkan sekalian kau mati saja!!" David berkata dengan kencang bahkan membuat ruangan yang tadinya sunyi langsung berbunyi nyaring menggemakan suara David dengan keras.
Degg..
Alvin diam mematung berusaha mencerna setiap perkataan David, dirinya menunduk merutuki prilaku Alvino pada anaknya sendiri. Apakah sebegitu parahnya prilaku Alvino pada anaknya dulu? Bahkan membuat David, anaknya sendiri menginginkan kematian nya?. Memang menurut Alvin perilaku Alvino sudah sangat parah, tidak mempedulikan anaknya selama bertahun-tahun. Tapi perkataan David berhasil membuat Alvin mati kutu, tak percaya dengan perkataan anak itu.
Alvin lantas mengangkat kepalanya menatap punggung David yang sudah sedikit tenang, dirinya lantas menarik nafas dengan kasar lalu menghembuskan nya dengan pelan. "Aku sudah siapkan makanan jadi - "
"Sudah ku bilang, lebih baik kau pergi dari sini! " David kembali membentak tak ingin mendengar perkataan Alvin, dirinya seakan muak dengan ayahnya sendiri. Yang bahkan bak pahlawan untuknya dulu.
Alvin menatap David lantas dirinya mengangguk dengan pelan dan pergi dari sana dengan perasaan campur aduk.
641 kata...
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
Sci-fibagaimana jika seorang pemuda sebatang kara tak memiliki keluarga satupun, malah mengalami sebauh kecelakaan yang membuat nya ber transmigrasi ke raga seorang duda tiga anak? sanggup kah pemuda tersebut menjalani kehidupan keduanya di raga pria ter...