Double
***
Dua hari berlalu...Dan kini Alvin duduk di depan teras rumah miliknya sembari menatap langit yang begitu gelap, hari yang seharusnya cerah malah terlihat suram akibat terhalang nya sinar matahari oleh awan hitam. Duduk melamun sembari memikirkan perkataan pemuda bernama David, dan juga ingatan yang kala itu berputar bak kaset rusak di ingatan nya.
Hari sudah sore dan sudah sejam lamanya Alvin duduk melamun sendirian. Clay balita itu sedang tertidur, dan memang bocah lelaki imut itu tidak rewel seperti anak seusianya yang lain.
Alvin terkesiap karena kaget akan klakson mobil yang sangat nyaring, dan tak lama dirinya melihat satpam rumahnya membuka gerbang rumah mereka dengan tergesa-gesa.
Alvin diam menyaksikan mobil berwarna hitam mengkilat itu memasuki perkarangan rumah dan terparkir tepat di depan garasi rumah mereka.
Pintu mobil terbuka menampilkan seorang pemuda yang kemarin berkata serkas padany.
"Ternyata selain memiliki kelainan pada jantung mu kau juga lumpuh? Aku jadi berpikir kenapa kau tidak langsung mati saja! Dan malah menjadi beban orang!" Pemuda berjas kantor itu menatap jijik pada Alvin, dirinya bersidekap dada sembari berkata mengunakan kata-kata yang tidak pantas seorang anak layangkan pada orang tua mereka sendiri.
Alvin terdiam tak berniat membalas ucapan serkas anaknya dirinya lebih memilih mengalihkan pandangan ke segala arah. Yang terpentingnya tak menatap pemuda yang berada tepat di sampingnya duduk dan berusaha untuk tidak peduli pada perkataan pemuda itu.
"Hee! Bisu?!" Pemuda itu berkata dengan sinis sembari menatap meremehkan pada pria yang tengah duduk di samping nya berdiri.
Kembali. Alvin hanya terdiam.
"Jawab aku sialan!!" David membentak dengan nyaring membuat suaranya miliknya menggema di segala penjuru arah.
Sedangkan itu Alvin kaget hampir saja dirinya berdiri dari duduknya atau bahkan mendapat serangan jantung.
David sangat marah. Tentu. Karena merasa dirinya di acuhkan, tangannya sudah terangkat dengan kepalan tangan yang sudah terlihat siap menonjok siapapun yang berada di sana termasuk Alvin.
Tangan terkepal dengan urat yang menonjol itu perlahan bergerak dan siap menonjok wajah Alvin yang terlihat menegang.
Sedangkan itu Alvin bersiap untuk berdiri dan pergi dari situ sebelum dirinya di tonjok lagi. Namun usahanya sia-siaa karena kedua kakinya yang entah kenapa sekarang terasa sangat lemas bahkan untuk di gerakkan saja tidak bisa.
Bukhhh
Bukan. Itu bukan suara pukulan yang berasal dari David melainkan Samuel. Ya Samuel, pemuda berseragam putih abu itu tadi turun dari motornya dengan terburu-buru dan sebelum tangan David mengenai wajah Alvin, tangan Samuel lebih dulu mendarat di wajah tampan David.
"Sialaan kau!!!" David mundur beberapa langkah akinat pukulan Samuel yang memang tidak main-main, sampai menyebabkan sudut bibirnya mengeluarkan darah dan robek.
David menatap tajam sembari menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
Sedangkan Samuel tak kalah tajam menatap David, kakak biadabnya.
"Seharusnya aku yang mengatakan dirimu sialan BANGSAT!!" Samuel berteriak dengan nyaring bahkan karena teriakannya yang sangat nyaring membuat urat-urat di wajahnya menonjol.
Sedangkan itu Alvin segera mencekal pergelangan tangan milik Samuel saat melihat anak itu akan melangkah mendekat ke arah David.
Alvin bukan bisu ataupun tuli hanya saja dirinya tidak mau berbicara saat ada pemuda yang berdiri tak jauh darinya. David.
Ia marah sekaligus menyesal saat mendengar kedua orang tuanya menjelaskan apa penyebab dirinya masuk rumah sakit, koma, bahkan sampai kena gagal jantung.
dirinya bahkan hampir menangis kerena melihat wanita yang mengaku sebagai ibunya menangis di dalam dekapan suaminya saat mendengar penjelasan yang suaminya ucapkan kala itu.
"Dad..." Samuel menunduk menatap Alvin yang tengah mengeleng sembari menatap dirinya.
"Biarkan saja.." Alvin bergumam dengan lirih bahkan terdengar seperti bisikan yang begitu sulit didengar tapi, untungnya Samuel memiliki pendengaran yang tajam.
Samuel mengangguk dan memilih mengabaikan David, ia lebih memilih membantu Alvin untuk berdiri karena melihat wajah ayahnya yang terlihat sangat pucat itu.
"Ckckck begitu menyusahkan" Serkas David menatap pemandangan di depannya dengan tatapa jijik, di mana Samuel yang tengah membantu Alvin untuk berdiri.
"Kau diam saja!!" Samuel kembali berteriak namun kali ini tidak terlalu kencang karena adanya Alvin di saling dirinya.
Alvin dan Samuel masuk kedalam rumah dengan Alvin yang di rangkul oleh Samuel. Meninggal kan David sendirian.
"Jangan terlalu membencinya, nanti kau menyesal"
David tersentak saat mendengar suara seseorang yang begitu familiar. Tapi, tidak mungkin kan dia bangkit dari kubur nya?
Dirinya menoleh ke kanan dan ke kiri namun nihil, tak ada siapa-siapa di sana selain dirinya, sendirian.
"Aku tak akan pernah menyesal Mom.." Gumamnya pelan, sembari menunduk menatap sepatu miliknya yang berwarna hitam mengkilat.
***
Samuel membawa Alvin ke ruang keluarga dan menaruh dengan hati-hati tubuh rapuh Daddy nya.
"Dad kau ingin sesuatu" Pemuda pendek itu bertanya pada Alvin yang sepertinya tengah melamun.
Alvin tak bergeming lalu tak lama ia mengeleng dan medongokkan kepalanya menatap Samuel yang tenggah berdiri di samping dirinya duduk.
"Pergilah ganti bajumu, dan cek juga Clay. Jangan sampai ia terbangun dan nanti akan menangis" Tuturnya pelan menatap Samuel dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.
Samuel mengangguk dan segera pergi dari sana.
Alvin kembali menunduk menatap lantai rumah yang terasa hampa dan dingin.
"Menyerah?"
814 kata...
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
Science Fictionbagaimana jika seorang pemuda sebatang kara tak memiliki keluarga satupun, malah mengalami sebauh kecelakaan yang membuat nya ber transmigrasi ke raga seorang duda tiga anak? sanggup kah pemuda tersebut menjalani kehidupan keduanya di raga pria ter...