__________________________
Pagi ini keluarga Pratigta tengah kumpul di ruang keluarga. Tapi ada satu anggota keluarga yang tidak ikut berkumpul, dia David. Pemuda itu langsung menghilang setelah acara makan malam tadi, entah kemana.
Sekarang Samuel sedang duduk di ruang keluarga dan duduk tepat di depan Alvin. Pemuda itu terlihat sedikit risih atau tertekan mungkin? Ia duduk dengan tidak nyaman karena ada Sania di samping pemuda itu. Entah Alvin yang terlalu merasa atau ke ge'eran Sania selalu ngikutin dia, karena dia selalu ngawasin Sania semenjak gadis itu datang.
Samuel sedikit berdehem dengan pelan sebelum negakin tubuh dan natap Daddy nya yang tengah asik mengetik keyboard yang ada di leptop nya.
"Dad.. Minta duit! " Serunya sedikit lantang, takut jika berbicara dengan pelan tak dapat di dengar oleh sang Daddy karena Daddy nya terlihat sangat asik dengan laptopnya.
Alvin terdiam, pria itu mengalihkan tatapannya pada Samuel yang tenggah menatap dirinya juga. Alvin lantas mengangguk lalu meletakkan laptop yang tadi ia pangku ke meja dan dirinya mengambil sebuah dompet yang ada di meja itu, tepat di sebelah ia meletakkan leptop nya.
Dompet berwarna coklat itu di buka lalu terlihat beberapa Blackard yang tersusun dengan rapi, dan setumpuk duit berwarna merah.
Alvin mengambil sebuah Blackard yang isinya mungkin masih penuh atau sudah berkurang 'sedikit'. Lalu ia menyerahkannya pada Samuel dan pemuda itu mengambilnya dengan baik dan tersenyum sumringah.
"Thank you, Dad!"
Sania terdiam gadis itu menatap sebauh benda persegi kecil berwarna hitam yang di pegang oleh pujaa- ralat Samuel, anak pamanya.
Dirinya lalu mengalihkan tatapannya pada Alvin yang tenggah memperbaiki isi dompet nya dan bersiap ingin menutup nya.
"Paman~ aku juga ingin minta uang!" Sania berujar dengan pelan, gadis itu menatap Alvin dengan tatapannya polos nya?.
Dahi Alvin mengerut, ada Kata-kata yang sudah ia rangkai dalam hati dan ingi mengucapkannya tapi ia memilih diam dan mengangguk, toh cuman beberapa lembar uang kan? Tidak membuatnya sampai bangkrut.
Alvin kembali membuka dompet berwarna coklatnya dan mengambil lima lembar uang berwarna merah merona, dan mengulurkan tangannya kepada Sania.
Dahi Sania mengerut ia menatap uang yang di pegang oleh Alvin dengan tatapan bertanya, lalu mengalihkan tatapannya ke sebuah kartu berwarna hitam yang masih di pegang oleh Samuel dan kembali menatap Alvin.
"Tapi paman, aku ingin kartu berwarna hitam seperti yang paman kasih pada kak Samuel!!" Gadis itu berujar dengan lantang dan menatap tak suka pada uang lima lembar yang Alvin tenggah pegang.
"Blackard?" Tanya Alvin pelan.
Sania lantas mengangguk dengan cepat dan antusias lalu menadahkan tanganya tepat di depan Alvin duduk.
"Tapi San-"
"Hufftt... Baiklah," Alvin menyela ucapan Samuel dan lebih memilih kembali menyimpan uang yang ia pegang dengan susah payah dompetnya karena dompet milikNya yang sangat gemuk, dan mengambil Blackard dan menyerahkan pada Sania.
Alvin rasanya ingin menceramahi Sania panjang kali lebar, tapi.. Ia malas jika gadis yang tenggah menadah tangan padanya itu akan mengadu. Dan Alvin malas jika harus berdebat.
Sedangkan Sania menerima pemberian Alvin dengan antusias lalu langsung menarik pergelangan tangan Samuel yang sedari tadi diam.
" Kak sam! Cepat! Ayo antar Sania ke sekolah!" Sania menarik tangan Samuel dengan tidak sabar, gadis itu ingin segera datang ke sekolah dan memamerkan Blackard yang di beri oleh pamanya Kepada teman-teman nya yang berada di sekolah, pasti mereka akan iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy
Science Fictionbagaimana jika seorang pemuda sebatang kara tak memiliki keluarga satupun, malah mengalami sebauh kecelakaan yang membuat nya ber transmigrasi ke raga seorang duda tiga anak? sanggup kah pemuda tersebut menjalani kehidupan keduanya di raga pria ter...