Chap -15

14.7K 1.2K 22
                                    





"Maaf.. Kondisi pasien semakin memburuk. Kami memang berhasil membuat pasien melewati kondisi kritisnya tapi kami tidak tau itu akan bertahan lama atau tidak, dan kondisi pasien sekarang dinyatakan koma..

Dan Terlebih lagi pasien memiliki penyakit gagal jantung, membuat kondisi pasien kian memburuk. Kami juga tidak tau akan berapa lama pasien akan bertahan dengan kondisi tubuh yang sangat lemah dan juga penyakit yang bisa membuatnya mati secara mendadak.

Oleh karena itu kami menyarankan untuk kalian memantau kondisi pasien dan maksimal kan untuk pasien selalu meminum obat yang kami berikan jika ia sudah sadar dari koma 'nya" Dokter muda itu menjelaskan panjang lebar sembari membolak-balik kertas yang ia pegang untuk melihat lebih lengkap kondisi Alvin.




Ratna, tubuh wanita paruh baya itu luruh terjatuh di lantai yang begitu dingin. Badanya bergetar hebat dengan air mata yang terus mengalir, ia tak bisa berpikir dengan jernih setelah mendengar kondisi anak yang selama ini ia rawat dengan baik tenggah berjuang antara hidup dan mati.

Sedangkan itu Samuel terduduk, pemuda itu menutup wajahnya dengan sebelah tangan untuk mengahalau agar air matanya tidak keluar, sedangkan sebelah tanganya meremas ujung  bajunya dengan kuat untuk menyalurkan emosi.

Ini semua salah kaka pertamanya, David.

"Pasien akan kami pindahkan.. "

"Pindahkan dia ke ruang VVIP dengan peralatan yang lengkap dan pantau terus kondisi anakku" Sagar berujar dengan mutlak tampa mengalihkan tatpnya dari sang istri.

Dokter muda itu mengangguk dengan pelan, lalu masuk kedalam ruangan ICU dan tak lama keluar beberapa suster dan dokter tadi, sembari mendorong sebauh brangkar yang di sana terbaring sebauh tubuh yang terbaring tampa daya.

Samuel berdiri menatap tubuh ayahnya yang terkulai dengan lemah di brangkar rumah sakit, wajahnya yang menjadi pucat pasi, dan ada banyak alat-alat yang menempel pada tubuh ayahnya. Dan satu lagi yang membuat pemuda itu marah, seluruh badan ayahnya terdapat lebam berwarna ungu kebiru biruan.

Samuel mengerem karena marah. Tanganya terkepal dengan kuat, ini semua salah kakanya, David.

Samuel berlalu dari sana, ia akan pergi untuk bertemu dengan seorang anak yang dengan tidak tau malunya membuat ayahnya terkapar dengan lemah di rumah sakit.





__________________









Bughh..


Satu pukulan kuat Samuel layangkan pada David, pemuda berjas kantor itu menoleh menatap adiknya yang baru saja memukul dirinya tampa sebab.

Tangan sebalah kanan ia gunakan untuk menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Rasanya sangat sakit, terlebih dirinya habis di hajar oleh kakenya sendiri, hanya karena ayahnya.

"Kau kenapa!"

"Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau memukul Daddy hingga ia masuk rumah sakit!, dan koma?!!" Samuel menyela ucapan David dengan mengebu. Dirinya menatap sang kakak dengan tatapan tajam.

David terdiam lalu terkekeh sinis, dirinya kembali duduk dengan tegap pada kursi kebesaran nya sembari bersedekah dada, dan menatap Samuel dengan nyalang.

"Kau ikut terhasut juga oleh manusia biadap bak iblis itu?!" David berujar dengan tenang dan sinis, tampa mempedulikan ucapanya yang jika di dengar oleh orangnya langsung mungkin akan sakit hati.

"Jaga ucapan mu bang!! Dia Daddy kita! Tidak sepantasnya kau seperti itu" Samuel memperingati sembari memukul meja David dengan keras, membuat suara meja yang di pukul menggema di ruangan yang luas itu.

"Cihh, dia hanya Daddy mu saja! Aku tak sudih menganggap nya Daddy ku. Ingat itu!!" David tak perduli, dan kembali berbicara dengan nada tinggi pada adiknya.

Samuel terkesiap dirinya terdiam, menatap manik hitam milik David dengan tatapan benci sekaligus kecewa.

Dirinya tak habis fikir akan perkataan David barusan. Padahal dulu saat keluarga mereka masih lengkap dan Daddy mereka belum bersikap acuh pada mereka, David lah yang paling dekat dengan pria yang menyandang gelar Daddy mereka itu.

Pemuda di depannya ini akan selalu menunggu Daddy mereka di ruang tamu, dan jika mendengar suara mobil yang familiar ia akan langsung berlari dan memeluk tubuh tegab Daddy mereka. Alvino.

Setelah lama terdiam, Samuel mengangguk dengan mantap lalu berkata dengan pelan namun penuh penekanan. "Baiklah... Aku ingat kata-katamu, jangan pernah menyesal dan meminta maaf pada Daddy" Samuel melangkah pergi dari ruangan David tampa menunggu jawaban pemuda itu. Dirinya sudah terlanjur kecewa pada kaka yang selalau ia banga-banggakan.

Sedangkan itu David terdiam sembari menatap pintu ruangannya yang baru saja di tutup dengan keras.

"Baiklah.. Aku jugu tidak sudih meminta maaf pada pria bajingan itu" Pemuda itu terkekeh sinis setelah mengingat kejadian tadi saat di rumah.

Dirinya sangat senang setelah memukul Daddnya. Sangat senang!.









703 kata...

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang