Chap -22

14.6K 954 49
                                    


Alvino terdiam membuka tepat di depan pintu rumah kayu tersebut, kini ia tau apa penyebab bocah itu menangis dan takut pada dirinya.

"Wii!" Alvino berseru dengan pelan, memanggil istrinya yang kini sedang menenangkan bocah bernama David itu di dalam mobil mereka.

"Bentar mas!"

"Adek, tunggu di sini yaa? Tante mau liat ke dalam rumah kamu dulu" Lanjut Dewi sembari mengelus surai halus milik David.

Bocah berusia lima tahun itu mengangguk dengan pelan, Dewi segera beranjak, ia terlebih dahulu menurunkan kaca jendela mobilnya, agar jika terjadi sesuatu pada bocah itu ia akan tau. Dewi tersenyum sekilas pada David lalu ia segera menutup pintu mobilnya dengan pelan.

Dewi berlari kecil menuju ke arah suaminya yang sedari tadi ia lihat hanya berdiam diri di depan pintu rumah kayu tersebut.

"Kenap-"

Mulut Dewi tertutup dengan rapat saat Alvino meletakkan jari telunjuk nya di depan bibir nya, wanita cantik itu mengernyit heran saat kata-katanya di henti oleh suaminya.

Alvino menoleh menatap Dewi yang juga sedang menatapnya, pria itu memberi isyarat pada istrinya untuk menolah ke arah pintu rumah yang terbuka itu dengan melalui kode mata.

Dewi menoleh menatap ke arah pintu rumah yang terbuka dengan lebar, matanya seketika melotot dengan sempurna saat melihat pemandangan yang begitu mengerikan di depan matanya.

Di sana, di dalam rumah kayu yang terlihat kacau, dengan barang-barang yang tergeletak tak karuan dan sebuah cairan berwarna merah pekat yang berserakan di mana-mana bagaikan air mengalir.

Bau amis seketika menyeruak kedalam indra penciuman mereka dengan tajam, yang membuat mereka berdua otomatis menutup hidung dengan rapat.

Kedua kelopak mata Dewi seketika berair saat pandangannya mengerah ke sosok bayi yang mungkin masih berusia satu tahun. Yang lebih membuatnya ingin menangis adalah sebuah pisau yang menancap di dada bayi berusia satu tahun itu.

Di samping bocah itu terdapat seorang wanita dengan pakaian yang acak-acakan, memeluk tubuh tak bernyawa bayi tersebut sembari menangis dalam diam.

"C-caca?" Dewi berseru dengan palan, kala dirinya menatap wajah wanita yang tak berdaya di depannya itu tengah menangis histeris.

Wanita yang tergeletak di dalam rumah itu adalah sahabat Dewi semasa mereka kecil hingga dewasa. Caca, wanita yang dulu begitu Dewi anggap sebagai saudara malah menghianati nya dulu saat mereka masih Sma , dan sekarang Dewi tak menyangka bahwa gadis yang dulu begitu di puja-puja malah tergeletak mengenaskan di depan matanya sendiri..

Dulu, saat Dewi, dan Caca kelas 11. Dewi pernah berpacaran dengan seorang cowok yang begitu ia suka. Kevin, cwok yang dulu kelas 12 dan sangat populer di sekolahnya, hingga hampir seluruh siswi di sekolah nya menyukai pacar nya itu. Awal-awal mereka berpacaran memang baik baik saja, tidak ada kejanggalan sama sekali yang Dewi rasakan. Hingga 6 bulan kemudian Caca, temanya itu malah keluar dari sekolah.

Dewi sempat bertanya namun, Caca malah membalas perkataan nya dengan nada marah hingga Dewi terdiam. Lalu setelah beberapa menit mereka bertengkar Kevin datang dan memutuskan hubungannya dan Dewi secara tiba-tiba, Dewi tentu binggung dan ia bertanya 'kenapa kau memutuskan kan ku?'. Tanya nya, saat itu. Dan Kevin langsung menjawab tanpa ada keraguan sedikitpun. 'Aku menghamili Caca, dan aku akan bertanggung jawab!' katanya, dan tentu saja Dewi saat itu tentu terkejut apalagi saat ia mengetahui bahwa usia kandungan sahabatnya itu sudah berusia dua bulan.

______

Saat Dewi sedang melamun dan memikirkan masa lalu kelam nya itu, Tiba-tiba pendengaran nya mendengar suara sirine polisi. Dewi berbalik menatap suaminya-Alvino yang tenggah menatap kedatangan mobil polisi tersebut.

"Ap-"

"Iya" Ucapan Dewi lagi-lagi Alvino potong. Tapi wanita dengan wajah cantik itu tak mempersalahkan nya.

Saat mobil polisi tiba mereka segera mendekat ke arah rumah itu. tepat saat kaki mereka akan memasuki rumah itu, dari salah satu pintu yang mereka yakini adalah pintu kamar keluar seorang pria dengan tangan berlumuran darah.

Para polisi segera berteriak agar pria itu berhenti ditempat, sembari salah satu dari empat polisi itu menodongkan sebauh pistol, pria itu yang sangat Dewi kenal, Kevin. Pria yang Dulu begitu ia cintai kini menatap mereka dengan pandangan terkejut.

Pria itu segera berlari ke arah belakang rumah, para polisi dengan gesit mengejar nya namun karena seluruh halaman rumah itu terdapat banyak semak-semak berduri yang menjalar ke mana-mana membuat keempat polisi itu terjatuh.

Tubuh pria yang mereka kejar itu menghilang di balik pepohonan yang begitu tinggi dan lebat. Salah satu polisi menembak ke arah pria itu namun, meleset karena jarah yang begitu jauh dan tubuh pria itu yang sangat gesit menghindar.

Sedangkan Dewi, dan Alvino masuk kedalam rumah dengan pandangan tak percaya. Dewi menutup mulutnya menahan tangis yang siap kapan saja akan keluar.

Dirinya menatao tak percaya pemandangan yang ada di depannya, dirinya berjongkok tepat di samping kepala sahabatnya itu.

"W-w-wi.. M-maaf..." Wanita yang terkapar itu berucap dengan lirih menatap Dewi dengan tatapan penyesalan.

Dewi mengangguk dengan pelan, rasanya ia ingin memeluk tubuh rapuh sahabatnya itu namun, ia tak bisa karena kondisi yang seperti sekarang. Bisa-bisa masalah semakin bertambah rumit.

"A-aku.. Titip D-David sama kam-"

Tubuh wanita itu tiba-tiba kejang-kejang dengan hebat, Dewi, dan Alvino dapat melihat dengan jelas bahwa wanita itu berusaha mengambil nafas dengan susah payah.

Sedangkan Alvino menjadi gelisah, tadi ia sudah menelpon pihak rumah sakit agar segera kesini. Namun, sampai sekarang belum ada tanda-tanda mobil ambulance akan datang. Sedangkan mereka tidak mungkin untuk membawa tubuh wanita itu, terlebih mobil bagian belakang mereka penuh dengan barang-barang.

"Ca.. Bertahan, sebentar lagi mobil ambulance akan datang.." Dewi menangis dengan histeris menatap tubuh sahabat nya yang kian melemah.

"T-tidak bisa, a-aku kan menembus dosa-dosa ku. Tolong jaga David" Dewi menggeleng dengan kencang saat mendengar perkataan melantur temanya itu, tapi saat wanita itu menitip kan anak nya Dewi segera mengangguk.

Wanita itu tersenyum sekilas, lalu tak lama tubuhnya kembali kejang-kejang dengan hebat. Beberapa menit kemudian tubuh wanita itu seketika terbujur dengan kaku di antara darah-darah kental yang berada di lantai.

Dewi menagis dengan histeris, walau dulu wanita di depannya pernah menghianati nya tapi, ia tak bisa membenci wanita di depanya ini. Kerena mereka sudah bersama sejak kecil.











1001 kata..

Cerita masa lalu belum selesai, mungkin bab selanjutnya udah selesai.

Sy ngetiknya buru-buru, jadi mungkin banyak typo dan ada alur yang sedikit kurang kalian pahami tinggal jadi kalian tinggal tandai dan nanti akan sy revisi.

Trimakasih dan jangan lupa vote

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang