23. Patah Hati

23 5 0
                                    

"Mencintaimu seperti kaktus, semakin erat digengam, maka semakin sakit rasanya."_Arul.

Setelah liburan kemarin, sikap Arul berubah, entah apa yang membuatnya begitu. Ceria seorang Arul seketika hilang.

"Rul, lo gak papa?" tanya Ema.

Arul kaget dengan kedatangan Ema yang tiba-tiba saja. "Ha? Em..., gue gak papa kok. Emangnya gue kenapa?"

Ema duduk disamping laki-laki itu, ia ingin sekali mendengar kejujuran Arul. Laki-laki yang selalu menyimpan dukanya, dan hanya membagi sukanya.

Ema mengeluarkan kotak bekal, memberikannya pada Arul. "Makan dulu ya,  anak-anak lagi pada makan, lo kenapa gak ikut gabung? Karena lo gak gabung, gue mau nganterin ini ke elo," ujar Ema.

Arul tersenyum pada Ema. "Ma, ada gak cewek kayak lo 1 lagi? Gue pengen banget, berharap ada duplikat lo, biar ada yang merhatiin gue kayak gini. Lo cewek orang, tapi perhatian banget ke cowok lain," ungkapnya.

"Kalau kalian bukan sahabatnya Galen, mana mau kali gue perhatian. Lo kan tau gue gimana, gue gak bisa terlalu cere ke cowok, kecuali orang yang benar-benar gue kenal."

Arul mengambil kotak bekal itu, membukanya. Terdapat gambar emoji semail, di atas telur dadar.

"Ma, ini buat apa?" tanyanya binggung.

"Biar lo senyum lagi, lo murung kayak gini, circel kita jadi sepi tau. Gak ada kang lawaknya," tutur Ema. Arul hanya tersenyum mendengar kata-kata Ema.

"Maaf ya, gara-gara gue, kita jadi gini." Wajah Arul kembali sedih, namun, Ema terus menghibur laki-laki itu.

"Ih, kok murung sih? Lo abis putus ya?" tebak Ema.

Mendengar kalimat 'putus' wajah Arul berubah. Tatapannya seperti orang yang lelah bekerja seharian.

"Lo abis putus?" tanya Ema sekali lagi.

Arul meletakan kotak bekal yang ia pegang tadi, menaruhnya di atas meja.

"Gue belum cerita sama siapapun, selain lo, Ma."

Ema menaikan alisnya, bertanya pada lelaki di hadapannya.  "Jadi, lo beneran putus? Tapi, gue kok gak tau pacar lo siapa."

Arul menghelaikan napas panjang, ia berdiri, berjalan menuju Galen dan lainnya. Yang tengah makan bersama di tempat duduk Ema dan Galen.

Sorot mata Ema mengikuti gerakan Arul. Gadis itu pun berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju bangkunya.

"Guys, gue mau cerita," ujarnya.

Galen dan anak lainnya yang sedang bercanda, mereka pun menghentikan aksinya. Mantap ke arah Arul, dengan tatapan binggung.

"Lo kenapa? Tiba-tiba gini," tanya Diki.

Arul mengeser kursi, duduk diantara mereka. Ema pun ikut duduk.

"Menurut kalian, gue mundur atau bertahan?"

Wajah Diki terlihat binggung, menatap Arul penuh arti. "Lo punya pacar?"

"Mantan. Maaf sebelumnya, gue gak cerita sama kalian. Gue bukan gak mau cerita, cuman belum waktunya aja. Pas gue mau publik ke kalian. Eh, malah putus," curhatnya.

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang