24. the twins

40 4 22
                                        

Oliver berjalan mendahului lettice sambil membawa Meridian dan Zion dengan kedua tangannya. 

"Sweety, put my mask on my face." 

"So stop your step." 

"Are you mad?" 

Oliver membalikan badan dan memasang wajah memelas, siapapun bisa tertipu oleh tampang oliver. Lettice tak memberi jawaban apapun dan mengambil topeng hitam milik Oliver, tanpa diduga oliver menarik pinggang ramping lettice membiarkan dua anak yang terluka berada dalam asap hitam miliknya. 

"Why you not give me the answer? ssstt salah satu dari keduanya masih memiliki sedikit kesadaran jawab dengan benar sayang. Ck pengganggu, pasangkan saja topengnya." 

Lettice bernafas lega ketika oliver meminta dirinya memasangkan topeng dan melepas tangannya dari pinggang lettice, setidaknya dirinya aman dari sikap liar oliver untuk beberapa saat. Liam menepati omongannya kembali bersama Edward dan beberapa orang lainnya. 

"Kak Manggala?" seru Liam begitu melihat Oliver dan Lettice

"Hai, liam. Raden rara sudah di rawat?" 

"Raden rara istirahat di kamarnya karena syok." 

Manggala menoleh ke arah belakang dimana lettice masih berdiam diri, memperhatikan gadis itu dengan seksama tak ada yang benar dari dirinya, darah yang masih menetes menandakan lukanya cukup serius tapi zraaf hanya syok, si kecil di belakangnya sepertinya mengalami benturan pada kepalanya. 

Edward memperkenalkan diri mengambil perhatian dari manggala dibalas dengan senyuman ramah, dan saat meridian dan zion diminta dari tangannya dia memberikan dua anak itu. 

Lettice terpekik saat manggala tanpa permisi menggendongnya. 

"Harusnya kita menunggu liam datang agar anda tak perlu berjalan kaki pasti sakit bukan?  berhubung tangan saya sudah bebas jadi sekarang anda yang saya bawa, saya harap anda tidak keberatan." Lettice hanya mendengus sebal saat ranendra memperlihatkan senyum terbaiknya. 

Jika di dunia mereka tinggal ada acara award bergengsi dengan nominasi aktor terbaik sudah pasti ranendra akan memenangkannya. 

"my little monster be a good girl? is your lil sister really fine?" bisikan dari ranendra membuat lettice merinding. 

Deheman singkat dari lettice sudah membuat ranendra senang, karena seperti itulah image yang sengaja ranendra tampilkan— ranendra yang selalu perhatian dan lettice yang dingin. Tak ada seorangpun yang tahu bahwa ranendra sering melecehkan lettice. 

Sepanjang jalan ranendra terus memuji betapa indahnya lokasi akademi yang dibangun, hal yang jujur ia sampaikan. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu lettice temui. 

"Sweety go sleep and recover yourself, remember that only you the Hardjodiningrat can treat them, linn can't do that." ranendra membisikan kata tersebut sambil memberi ciuman pada dahi lettice yang masih berdarah, gadis dalam dekapnya tak memberi respon apa-apa. Jika saja tak ada orang lain ranendra sudah pasti menggoda lettice lagi dan menekan gadis itu agar membuka suara. 

"Raden Ajeng tidak mengantuk? bukankah raden ajeng harus menyembuhkan dua anak tadi?" Pernyataan dari ranendra sukses membuat liam dan edward yang berada tepat di depannya menoleh. Edward menatap khawatir pada lettice yang memiliki kondisi lebih parah dari adiknya tapi dia juga tahu tak ada yang bisa menyembuhkan kedua adiknya sampai benar pulih selain anggota keluarga hardjodiningrat sendiri karena merekalah yang menyebabkan luka tersebut.

"Diam dan jalan saja." 

"Seperti yang raden ajeng minta." 

***

Our World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang