29. Teman Lama

26 3 17
                                        

Sudah tiga bulan berlalu sejak tenggelamnya Lettice dan tak ada tanda-tanda kehidupan dari gadis itu. Sayangnya kehidupan terus berjalan seolah tak ada yang terjadi, semua orang kembali ke aktivitas masing-masing, akademi awakend untuk sementara diliburkan, dan anak-anak kembali ke sekolah biasa mereka— mereka kembali ke ibu kota. 

"Orion…" 

"Terima saja, Kak, kali ini aku berjanji tak akan terluka parah." 

Linn mendudukan dirinya di depan pintu kamar Orion, ia yakin anak itu belum beristirahat, kehilangan Lettice ternyata membuat Orion menjadi sangat kacau. Ia lebih baik dihadapkan dengan tangisan yang amat memilukan daripada harus terus berhadapan dengan Orion yang terus berlatih dan tenggelam dalam buku-buku. Dirinya pernah tenggelam dalam buku dan berlatih dengan keras untuk menjadi sosok dirinya yang sekarang, tentu berkat pelatihan dari Lettice tapi statusnya adalah bawahan Lettice akan sangat wajar jika ia berlatih dan belajar sekeras itu, tapi Orion… Linn masih sanggup mengusir orang-orang yang menantang anak itu. 

"Seseorang dari Magaskara akan datang, kamu dan yang lain diminta kembali ke akademi selama sepekan, mungkin saja Lettice kembali." suara Linn memelan di akhir, dia sendiri masih tak percaya bahwa Lettice pergi hanya karena ombak besar, yang tentu tak bisa dikatakan hanya. 

"Apa kali ini kak Linn yakin?" pintu terbuka dan menampilkan Orion dengan rambut acak-acakan dan mata panda, anak itu belum terbiasa memforsir diri sedemikian keras bahkan jauh lebih keras daripada saat bersama Lettice.

Terkutuk lah mulutnya dan dirinya yang masih mengharapkan Lettice untuk kembali, benar Lettice harus kembali sepahit-pahitnya adalah untuk berpamitan dengan baik dan benar, sangat tak adil jika dia ditinggal sendiri tanpa di pamiti, atasan macam apa yang meninggalkan bawahannya tanpa pamit— Lettice Hardjodiningrat.

“Kak, kau baik?”

“Tentu, diluar sudah ada Alston dan Hunter yang menjemputmu ke H&J Grup.”

“Kak Linn, tidak ikut?”

“Tidak, aku menunggu balasan email dari seseorang.”

Orion mengangguk tanda ia paham, lagi pula tak banyak yang bisa ia obrolkan dengan Linn.

Heh bocah! kamu pikir bisa melindungi seseorang dengan kemampuan seperti itu? Kemana semangat anak muda mu? Orang yang memiliki pengaruh paling besar di dunia ini saja tak bisa melindungi orang-orangnya apalagi jika kamu tak mau berlatih.

Rungu Orion kembali mendengar suara Lettice yang memarahinya karena ia bermalas-malasan pada waktu itu, dan penyesalan kembali menyusup ke dalam hatinya.

Seandainya dirinya lebih kuat, seandainya ia bisa lebih cepat tak mungkin ia kehilangan Lettice, pasti gadis itu masih ada bersamanya kan?

“Mau mampir ke tempat kak Leight dulu? Ku dengar dia langsung kembali membuka toko roti.” Usul Hunter begitu Orion tiba di ruang tamu, matanya menatap Orion sedih—  anak itu menjadi pendiam hampir menyaingi Alston. Tapi semua orang akan paham jika Orion masih dalam masa berkabung.

“Aku ikut saja, jika memang mau.”

Alston dan Hunter saling pandang tak biasanya Orion dengan cepat menyetujui usulan mereka, meski tadi tak bisa dikatakan sebagai persetujuan tetapi penolakan secara mentah-mentah tak lagi mereka terima.

“Kamu mau roti apa biar ku pesankan pada kak Leight.” Tanya Hunter yang telah bersiap dengan ponsel di tangannya

“Roti isi coklat dan messes, banyakin messes nya, apa kak Leight juga membuat bolu kukus?”

“Biar ku tanya dulu”

Sebenarnya Orion tak berharap banyak untuk bolu kukus, dia hanya tahu bahwa Lettice sangat menyukainya dan biasanya noona nya itu akan berkutat di dapur untuk membuat bolu kukus yang katanya rasanya persis seperti saat Lettice kecil, makanan mewah yang Lettice dapat saat gadis itu masih kecil.

Our World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang