31. meet her

23 4 18
                                        

Setelah pertarungan yang dilakukan oleh semua awakend muda, Orion mencari keberadaan Lettice— sosok yang tak pernah lagi ada kabar setelah tertelan lautan, sosok yang tak ditemui oleh siapapun. Karena setelah kepergian Lettice; semuanya terasa begitu berat tak hanya awakend kelas dunia yang mendatanginya akan tetapi mereka yang berada di dunia gelap juga ikut mendatangi dirinya, entah hanya untuk menantangnya atau dengan tujuan untuk mencari keberadaan Lettice. Ia juga penasaran bagaimana Lettice memiliki urusan dengan orang-orang itu mengingat statusnya yang merupakan kepala keluarga atau saat ia berjalan melepas statusnya? Tak ada titik terang yang bisa Orion temukan selain meminta penjelasan langsung terhadap yang bersangkutan.

Orion menemukan keberadaan Lettice, jubah putih yang berkibar akibat tiupan angin pantai dan jangan lupakan bulan yang bersinar dengan indah.

“Noona...” suara Orion serak sepertinya hal pertama yang bisa ia lakukan adalah menumpahkan segala perasaannya yang kacau dengan tangisan.

“Hai." sahut Lettice dengan santai dan membalikkan tubuhnya menghadap Orion "Cengeng" lanjutnya saat melihat Orion menangis.

Orion tak peduli dengan apa yang ia dengar, Lettice— sosok yang merupakan teman pertamanya, kakak perempuan yang selalu ia cari keberadaannya, ibu tempatnya untuk mengadu ada didepan matanya tak kurang suatu apapun, dan tanpa mempedulikan apapun lagi ia memeluk Lettice, tak peduli jika nanti ia akan dimarahi atau apapun setidaknya ia berhasil kembali bersama dengan Lettice.

Lettice menepuk bahu Orion ia sendiri tak ingin menyampaikan apapun, ya setidaknya untuk sekarang. Ia ingin serakah sedikit lagi, benar hanya serakah sedikit lagi sebelum semua perbuatan keluarganya ia pertanggung jawabkan. Setidaknya sampai Oliver menyadarkan dirinya akan segala keserakahannya, yang ia sendiri tak yakin bahwa tindakannya adalah sebuah keserakahan.

“Anda tak menghampiri mereka?”

“Biarkan saja, sebelum dia memilih kematiannya sendiri.”

“Tuan bukankah anda juga mencintai nona tua keluarga Hardjodiningrat?”

“apa menurutmu begitu?”

Seseorang dengan pakaian hitam berpadu dengan warna merah menatap punggung sang tuan muda, meski langkah sang tuan muda cukup tegap dan tegas ia paham ada hal-hal diluar kemampuan sang tuan muda yang disembunyikan terutama soal cinta.walau sudah paham bahwa sang tuan muda dan nona tua dari keluarga Hardjodiningrat tak mungkin memiliki kisah romansa yang baik, sedikitnya ia berdoa yang terbaik untuk keduanya, itupun jika memang dewa benar-benar ada dalam hidup mereka karena hal semacam itu telah lama menghilang dari dirinya, di kerasnya dunia awakend yang ia jalani seolah tak ada campur tangan dewa yang selalu diyakini oleh keluarganya dulu— dulu disaat dunianya terasa lebih damai.

Nona tua, mata dibayar dengan mata, kematian dengan kematian.

Lettice bukan tak menyadari keberadaan beberapa pasang mata yang menangkap keberadaannya dengan Orion, bocah yang sudah susah payah ia keluarkan dari keluarganya sendiri.

“aku dengar kau berlatih seperti tak ada hari esok.” Lettice membuka percakapan diantara keduanya sambil tertawa dan melepas pelukan yang Orion berikan

“itu.. karena saya...”

“itu bagus kalau kau terus berlatih  akan tetapi perhatikan mereka yang selalu mencemaskan mu, hanya satu nyawa yang melayang bukan masalah besar Orion, ada banyak orang yang selalu menunggumu.” sergah Lettice, dia memang tak memprediksikan hal tersebut— Orion gila belajar adalah hal yang berada diluar perkiraannya.

Orion menundukkan kepalanya, dia memang sudah bersiap dengan segala kemungkinan akan dimarahi oleh Lettice akan tetapi bukan yang seperti ini. Meski tidak dengan nada marah yang selalu ia dengar, Lettice mengucapkan semuanya dengan bijak tapi itu benar-benar menyakitkan seolah ia disingkirkan, benar bukan? yang menganggap semua istimewa hanya dirinya karena Lettice memiliki segalanya Harta, Tahta, dan Kekuasaan jadi bukan hal sulit bagi Lettice untuk membuangnya.

Our World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang