Selamat membaca
.........
"Amanda Ceselia?" ucap Pak Samudra, guru baru sekaligus wali kelas baru mereka, yang lebih cocok jadi artis saking gantengnya. Berdiri di depan papan tulis, ia tengah mengabsen sekaligus mencoba mengenal setiap muridnya.
Di kelas 12B SMA Bina Bangsa, mata tajam Pak Samudra yang menatap dingin suasana di sana tidak mendapati tanda-tanda akan ada yang mengakui nama yang baru saja ia sebutkan. Namun, dari semua meja dan kursi di sana, ada satu yang kosong di sebelah belakang pojok kanan, jika dilihat lurus dari keberadaannya.
Jika mencari Amanda Ceselia atau yang lebih akrab dipanggil Amanda, tentu kalian cukup mencarinya di luar kelas. Malahan kini Amanda sedang menjalani rutinitasnya, yaitu memanjat gerbang sekolah yang tinggi tepat di jam pertama kelas dimulai. Kemudian ulahnya itu akan membuat satpam yang sedang keliling tunggang-langgang menyusul karena merasa kecolongan. Terlebih, Amanda yang dari tampangnya sangat cantik sekaligus feminin sudah berlangsung kabur menggunakan motor gede warna merah yang ternyata sudah disiapkan oleh teman gadis itu. Lebih menjengkelkan lagi, Amanda sengaja meledek sang satpam dengan menjulurkan lidah sambil tertawa ria.
Lalu, jika kalian berpikir Amanda akan pergi ke mal atau menjalani perawatan, bahkan fatalnya kencan buta, kalian salah besar. Karena yang gadis cantik itu lakukan malah taruhan. Amanda tak hanya menjadi satu-satunya perempuan, sebab Amanda yang sibuk melemparkan batu ke arah lawan atau malah adu jotos dan adu tendang merupakan ketua dari pasukannya.
Terlepas dari semuanya, Amanda adalah tipikal pemimpin yang sangat menyejahterakan anggotanya. Tak ada satu pun anggota Amanda yang tertangkap razia polisi saking tertibnya Amanda mengamankan semuanya. Meski yang ada malah Amanda yang diciduk di bawah jalan-jalan menggunakan mobil polisi lengkap dengan motornya, hingga semua mata menjadikannya sebagai pusat perhatian. Kendati demikian, Amanda dengan bangga membalas setiap tatapan dengan senyum ceria yang membuat wajah cantiknya sangat tak berdosa.
"Bahagiaku sesederhana ini. Menjadi pusat perhatian, dan mereka kompak bertanya, apa yang orang tuaku lakukan, kenapa aku sampai begini? Menurut kalian, apa yang orang tuaku lakukan kenapa aku sampai begini?" batin Amanda. Ia memang tersenyum dan sampai membuat orang yang melihat geleng-geleng, menganggapnya tak punya otak. Namun, jauh di lubuk hatinya ia menangis. Wah, ada luka di sana yang membuat gadis itu kerap menjadikan kematian sebagai pilihan.
Suara berisik dari belasan motor yang beradu kecepatan di sepanjang jalan sepi sekaligus gelap kembali membisingkan malam di jalanan sekitar. Pemandangan seperti sekarang, yaitu balapan motor liar, memang sudah menjadi pemandangan langganan setiap malam, khususnya di malam Minggu layaknya sekarang.
Dari semua motor yang mengikuti balap liar di sana, motor berwarna merah terus memimpin. Namun, motor tersebut bersaing sengit dengan motor warna oranye aksen hitam yang terus berusaha menyusul. Sepanjang jalannya pertandingan, kedua pembalap tersebut bertatap sengit di antara sorak meriah para penonton sekaligus pendukung yang kebanyakan muda-mudi. Meski pada akhirnya, lagi-lagi si motor warna merah yang menyentuh garis finish lebih dulu, membuat si pengendara motor oranye menelan kekecewaan untuk kesekian kalinya.
Bangga, pembalap motor merah itu melepas helmnya. Detik itu juga, rambut panjang bergelombang warna kecoklatannya tergerai dengan sangat lembut. Ditambah terpaan angin, senyum di wajah gadis orientalnya membuat setiap mata laki-laki di sana terpana menatapnya. Dia adalah Amanda Ceselia Wicaksana, satu-satunya pembalap wanita yang juga selalu menjadi pemenang di setiap pertandingan balapan. Hitung sejak pertama kali gabung dan ikut sekitar empat bulan lalu, Amanda menjadi ratu balap mereka. Gadis cantik yang juga hobi bolos sekolah sekaligus berbakat tawuran.
Tak mau kalah, pembalap motor warna oranye melepas helmnya juga. Bedanya, ketika Amanda melakukannya dengan senyum penuh kemenangan, ia justru melakukannya penuh kekesalan. Pemuda bermata sipit, berkulit putih bersih, bernama Miko, mendengkus sebal menatap Amanda.
"Balapan aja langganan kalah, kok bisa-bisanya mimpi jadi pacar saya!" Sinis Amanda sengaja menyindir dan ditanggapi tawa geli oleh teman yang mengerumuni.
"Kalau memang nggak mau pacaran karena takut nggak halal, sini aku nikahin sekalian!" kesal Miko yang sampai turun dari motor. Teman-teman yang mengerumuninya balas menertawakan Amanda berikut rombongannya. Jadi yang selalu terjadi karena cekcok dan tidak pernah akur memang sudah menjadi slogan sekaligus kebangsaan mereka.
Gua sengaja menyusul Amanda yang kiranya hanya berjarak sekitar tujuh meter dari keberadaannya.
"Uang hadiah menang dibagi-bagi saja, aku cabut dulu," pamit Amanda buru-buru mengenakan helm.
Amanda memilih pergi karena tak mau berurusan dengan Miko yang awalnya merupakan pemimpin balap motor liar di sana. Amanda kembali mengemudikan motornya dengan kecepatan penuh, membelah hiruk pikuk suasana malam di ibu kota yang mau tak mau membuatnya turut menjadi bagian dari kemacetan.
Selain macet, di depan sana juga sampai lampu merah. Tidak terpaksa melepas helmnya lantaran terbatuk-batuk. Ia memutuskan untuk minum sisa air mineral di sebelah setang kanannya. Waktu yang sama, ia tak sengaja menoleh ke kirinya, dan ada seorang pria tampan yang tampak kesal dengan kemacetan yang menjebak mereka. Pria itu langsung terkejut. Ia menatap Amanda seolah memang mengenal Amanda, tapi terlalu ragu untuk menyapa.
Hingga akhirnya, kemacetan yang mulai terurai membuat Amanda memilih kembali mengendarai motornya.
"Si Amanda yang mau dijodohin sama aku kan? Murid berbakat bolos yang hobinya tawuran sama balap liar?" lirih si pria, Samudra Wijaya. Ia melongok penasaran kepergian Amanda yang juga menjadi tujuan kepergiannya.
"Nanti kalau Manda sudah lulus SMA, kalian langsung nikah saja ya, Sam. Biar Mama juga tenang karena dulu Mama sudah janji sama almarhum Mama Manda," ucap Ibu Sintia yang duduk di bangku penumpang belakang Samudra.
Ibu Sintia tak duduk sendiri karena ia ditemani oleh seorang bocah perempuan berusia sekitar sepuluh tahun dan memanggil Samudra dengan sebutan Papah, walau usia Samudra memang baru menginjak awal kepala tiga. Sedangkan di sebelah Samudra, Pak Jaya yang sibuk tersenyum, jelas setuju dengan pembahasan pernikahan yang sedang berlangsung.
"Akhirnya, Mir. Akhirnya sebentar lagi kita akan membuat janji kita menjadi nyata. Sebentar lagi Manda dan Samudra akan menikah. Sebentar lagi aku bisa menjaga Manda dengan leluasa, dan Manda sungguh akan menjadi anak perempuanku," batin Ibu Sintia. Di tengah suasana temaram dalam mobilnya, ia menyeka kedua sudut matanya yang basah mengiringi sesak di dada. Sebab, setiap ia mengingat Amanda dan juga Miranda, mama dari Amanda sekaligus sahabatnya, hatinya selalu teriris.
Benar-benar pedih.
Bersambung.
Ikuti terus ya kisahnya Pak Samudra dan Amanda! Xixi

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET WEDDING TO A TEACHER [END]
عاطفيةSTART: AUGUST 6, 2023 END: OCTOBER 16, 2023 Amanda masih sangat berduka ketika 1 bulan dari kematian sang Mama,sang papah malah menikah lagi padahal Amanda tidak mengizinkannya. memiliki mamah dan juga adik tiri perempuan sebaya dengannya yang membu...