Sabar yah !!

663 73 16
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡







Malam hampir larut, tapi Junkyu belum juga lelap. Dia menunggu, panggilan yang sudah dijanjikan sedari siang.

Sesekali melirik nakas, hanya sekedar untuk melihat angka yang berdetak. Entahlah, tapi Junkyu tengah butuh sandaran.

Yang ditunggu akhirnya datang, membuat Junkyu menerima panggilan.

"Hallo maa?"

"Hai sayang, masih belum ngantuk?"

Junkyu menggeleng, walaupun tak niat tapi raut sedihnya tercetak.

"Maafyah lama."

"Iya gakpapa."

"Kakak lagi apa?"

"Lagi kesel."

"Loh? Kesel kenapa sayang?"

"Maa."

"Iya nak?"

"Si kembar udah laporan soal hari ini?"

"Iya, tadi udah."

"Bilang apa aja?"

"Katanya kakak susah dibilangin, tetep ngebujuk pergi dan gak ngikutin saran dari Ruto." Mama berujar jujur.

Junkyu juga hapal, setiap laporan sang adik kembarnya pasti akan kembali dia dengar.

"Maa, aku ini kakak kan?"

"Iya sayang."

"Aku yang lahir lebih dulu kan?"

"Iya."

"Terus kenapa mama terus-terusan titip aku ke sikembar?" Junkyu ngehela nafas.

"Bukannya aku gak mau, tapi aku cuma takut." Lanjutnya lirih.

"Takut apa sayang?"

"Takut cuma ngebebanin mereka maa."

"Kok gitu mikirnya?"

Junkyu pun tak paham, tapi setelah percakapan tadi sore dengan Jihoon, setengah batinnya jadi memikirkan hal yang dibahas.

Takut-takut jika dirinya membebani sikembar, menjadikan pemberat bagi langkah kedua adik kesayangannya.

"Junkyu?"

"Maa, apa gak bisa aku diperlakukan biasa aja? Layaknya anak seumuran ku."

"Bisa sayang, bisa kok nak."

"Tapi, kenapa Junkyu gak diperlakukan seperti itu? Aku laki-laki juga maa, bisa kok jaga diri sendiri."

Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang