Awal

564 64 3
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡











"Kemana kak?" Tanya Jeongwoo, dia masih di rumah karena kelasnya dimulai siang nanti.

Junkyu menoleh, menunjukkan beberapa map yang dia bawa.

"Ada meeting."

"Tumben tampilan santai?"

"Iya, meeting nya diluar. Habis itu juga paling langsung pulang, cuma sebentar kok."

Jeongwoo menilik setiap lekuk tubuh kakaknya, dia dan Haruto memang kembar. Mendiami satu rahim yang sama, dan berbagi segala hal sampai lahir.

Tapi untuk pola pikir, Jeongwoo lebih bebas. Jika Haruto tak suka dengan baju yang menampilkan lekuk indah tubuh sang kakak, maka Jeongwoo akan jadi yang membiarkan nya.

Karena menurut pemuda berkelopak mata runcing itu, cukup menjaganya dari hal buruk dan tidak sampai melarang yang disukai.

"Yaudah, hati-hati yah kak !! Jangan lupa, kasih kabar juga."

Junkyu senyum. "Makasih yah, dah." Pamitnya setelah mengecup pipi sang adik.

Junkyu jalan kearah mobil, kali ini hanya rapat kecil. Jadi bisa sambil santai disebuah cafe, lagipun ini memang hari menjelang weekend.

Perjalanan menuju tempat yang dijanjikan cukup lumayan, belum lagi beberapa titik masih macet.

Junkyu ditemani lantunan lagu dari band favorit sang mama, lagu berjudul anugerah terindah itu membuka harinya.

Kata mama, Junkyu adalah bukti nyata dari kata yang tersusun rapih menjadi bait dan disempurnakan oleh sebuah melodi.

Mama sangat menyukai Sheila on 7, benar-benar menggilai semua karya salah satu band legendaris itu. Disaat yang lain mendengarkan lagu anak atau lagu barat yang tengah ngetrend.

Mama suka ngajak Junkyu buat dengerin lagu Sheila on 7 dalam berbagai kegiatan, bebenah rumah, merapihkan halaman, berkebun dibelakang rumah dan masih banyak lagi.

Lagu pemuja rahasia masih belum menyentuh klimaks, tapi harus sudah berhenti karena Junkyu telah sampai.

Saat masuk tempat itu, Junkyu mencari orang-orang yang menunggu nya. Tapi lagi-lagi, manik dia lebih dulu menyadari atensi lain.

Layaknya sebuah magnet, Junkyu selalu menemukan sorot itu. Entahlah, tapi dia cukup penasaran dengan hal kebetulan ini.

Tapi katanya, tidak ada kebetulan yang terulang. Jika memang seperti itu, maka harus segera dijadikan peluang.

"Hai Yosh." Sapa Junkyu, dengan nada riang seperti biasanya.

"Oh hallo Junkyu." Balasan kaku, seperti biasanya juga terlontar.

"Lagi nongkrong?"

"Iya, sambil nyoba nyiapin soal.

"Oh? Masih jadi guru les?"

Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang