3

3.1K 269 20
                                    

Ada yang blom tidur?👀

















Chika menatap langit-langit atap dengan tatapan kosong. Pikirannya kacau. Tangannya sesekali meremas seprei untuk meredam kemarahan yang bisa saja memuncak. Terbaring terlentang di atas kasur meratai nasib buruk yang menimpa dirinya. Air mata tanpa sadar menetes. Dia benci semua yang terjadi pada dirinya.

"Seperti yang saya katakan, pastikan nona Chika untuk selalu menjaga kesehatan dan hindari hal yang bisa membiat stress. Kurangi juga untuk melakukan kegiatab berat, karena kandungan masih sangat rentan. Jaga pola makan dan pola tidur, agar bayi yang di dalam kandungan juga ikut sehat. Ini vitamin untuk nona Chika, pastikan di minum dua kali sehari saat bangun tidur dan saat tidur."

"Baik dok. Saya akan memantau keadaanya."

Sayup-sayup Chika dapat mendengar percakapan antara Zeernan dan Dokter di depan pintu kamar.

"Chika, ini vitamin buat kamu dari dokter. Jangan lupa di minum," jelas Zeernan yang masuk sambil membawa obat yang diberikan oleh dokter pribadinya setelah memeriksa keadaan Chika.

"Jangan memikirkan hal-hal yang membahayakan nyawa Chik," peringat Zeernan. Dia duduk di tepi ranjang, memandang Chika yang menangis dalam diam.

"Dia tak seharusnya hadir," lirih Chika.

"Apa pun yang terjadi, dia tak bersalah. Ini pemberian Tuhan yang harus kamu terima," kata Zeernan.

"Aku tak menerima hadirnya dia. Aku ingin dia menghilang."

"Jangan bertindak bodoh. Mau bagaimana pun dia adalah darah daging kamu, calon anak kamu."

"Dia anak haram hiks!" Chika menutup wajahnya dengan guling.

Zeernan mengerti apa yang Chika rasakan saat ini. Pasti sekarang dia sangat tertekan setelah mengetahui fakta yang baru saja terjadi. Dia hamil! Ya dugaan kalian benar. Hamil anak dari hasil tragedi pemerkosaan lelaki bajingan yang tak bertanggung jawab.

"Aku malu! Aku mau ngegugurin bayi ini," kata Chika dengan suara yang teredam di balik guling.

"Jangan! Bayi itu ga salah," kata Zeernan.

"Aku benci! Kenapa nasib ku seperti ini."

"Tuhan lagi menguji mu Chika."

"Tuhan jahat!"

"Jangan menyalahkan Tuhan. Ia tak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan umatnya."

"Diem! Kamu bukan ustadz! Tutup omong kosong mu itu!" Sela Chika. Zeernan terdiam. Suara tangisan Chika kini terdengar semakin keras. Terdengar sangat memilukan.

"Hei! Jangan gila!" Sentak Zeernan karena terkejut dengan perbuatan Chika yang tiba-tiba memukul-mukul perutnya dengan tangannya sendiri.

"Jangan seperti ini!" Zeernan menahan tangan Chika cukup keras. 

"Aku ingin dia hilang!" Marah Chika masih sambil menangis.

Zeernan menarik tubuh Chika agar duduk. Dia merasa iba melihat wajah Chika yang kini sangat merah dan basah karena keringat dan air mata. Tanpa persetujuan Zeernan merengkuh tubuh Chika yang kini terasa hangat. Tangisan Chika teredam di balik dada bidang Zeernan.

"Jangan lakukan hal bodoh. Bayi kamu ga salah. Kamu harus menjaganya sampai hadir di dunia ini. Anak kamu harus bisa hadir melihat kecantikan ibunya nanti, yaitu kamu." Banyak kata-kata penenang yang Zeernan ucapkan pada Chika.

"Aku takut kalau orang-orang mamandang jijik nantinya, karena aku hamil di luar nikah, tanpa suami. Aku ga mau bayi ku lahir tanpa adanya sosok ayah," lirih Chika yang sudah kehabisan tenaga karena menangis.

Zeernan masih setia memeluk tubuh Chika dan sesekali mengusap punggungnya agar lebih tenang. Zeernan mendengarkan keluhan-keluhan dari Chika. Zeernan juga memikirkan cara untuk bisa membantu Chika. Terutama cara agar Chika membuang pikiran bodohnya jika sewaktu-waktu dia ingin mengugurkan kandungannya.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku ga bisa jalanin ini sendiri," kata Chika.

Zeernan menghela napas dan memejamkan matanya, ikut merasakan kesedihan dari Chika. "Kamu tenang aja. Kamu ada saya. Saya akan menikahi kamu. Saya akan selalu menemani kamu di saat senang atau sedih nantinya. Izinkan saya untuk menjadi suami kamu," putus Zeernan. Meski ini terkesan menjadi keputusan mendadak. Tapi Zeernan sudah meyakin diri bertanggung jawab dengan apa yang dia ucapkan. Zeernan akan menerima lapang dada bagaimana pun kondisi Chika.

"Sudah, kamu tenang saja oke? Sekarang kamu istirahat lagi," kata Zeernan. Dia mencium pelipis Chika dengan lancang, tapi tak ada elakan dari Chika. Dia sudah lelah untuk melakukan apa-apa. Kepalanya terasa pusing dan ingin pecah. Dia masih berharap jika semua yang dia alami ini hanyalah mimpi.



























Chika hamidun gess.

Dikit-dikit dulu aja oke, jangan banyak-banyak ga boleh maruk wkwkwk. Btw gua tadi abis potong rambut gesss.

Dah gitu aja maap buat typo.

Thank You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang