"Sudah siap?" Tanya Zeernan.
"Udah, yuk berangkat," jawab Chika.
Jam masih menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Mereka berniatan untuk berkunjung ke taman kota sekedar menghilangkan kebosanan dan mendinginkan otak. Mereka ingin menikmati hawa luar, mumpung Zeernan juga sedang libur kerja.
"Bi kita pergi dulu ya," pamit Zeernan.
"Iya den hati-hati."
Denyan mengendarai mobil, Zeernan dan Chika menuju taman kota. Niat mereka setelah dari taman kota, ingin mempir ke rumah orang tua Zeernan yang sudah lama tidak mereka temui. Karena kesibukan Zeernan yang membuat tak bisa berkunjung. Namun, orang tua Zeernan yang beberapa kali berkunjung ke vila untuk melihat perkembangan Chika yang mengandung cucu pertama mereka.
"Mau mampir ke suatu tempat dulu ga sebelum sampai ke taman kota?" Tanya Zeernan, karena mereka sudah memasuki perkotaan.
"Apa ya?" Chika mengetuk pelan daginya dengan jari. Dia berpikir.
"Mau cemilan? Kita sekalian piknik di sana," saran Zeernan.
"Jangan cemilan! Nanti aku tambah gendut. Kamu ga liat ini tubuh aku tambah melar gini? Berat badan aku bahkan hampir 70kg lebih," ungkap Chika.
"Ya wajar dong sayang, kan kamu lagi hamil. Ibu hamil harusnya gitu, tandanya kamu dan bayi kita sehat," kata Zeernan menenangkan Chika.
"Tapi aku jadi jelek sekarang!" Kesal Chika.
"Hey-hey." Zeernan mengambil satu tangan Chika dan menggenggamnya.
"Kata siapa kamu jelek? Kamu cantik. Istri aku ini cantik, justru sekarang aku malahan pengen peluk kamu terus karena lebiu berisi gini. Bikin nyaman. Nanti seiring berjalannya waktu nanti kamu juga kembali lagi ke tubuh yang kamu inginkan," kata Zeernan menenangkan.
"Tapi kalau nanti aku udah melahirkan dan bentuk tubuh aku tetap sama kayak gini, ga seksi kayak dulu lagi gimana?" Raut wajah Chika menjadi lesu.
"Ya nggak papa. Aku tetep nerima kamu apa adanya. Kamu jangan seolah olah masih lajang. Kamu udah ada aku sayang, udah ada suami. Dan udah jadi kewajiban aku untuk menerima kamu apa adanya. Aku ga melihat seberapa seksi kamu. Aku nerima kamu tulus, karena aku cinta sama kamu dan sayang sama kamu. Jadi kamu tenang aja, aku akan selelu nemenin kamu dalam kondisi apapun. Sampai nanti rambut kita sama-sama memutih," ungkap Zeernan. Mata Chika berkaca-kaca mendengarnya. Dia jadi berpikir, terbuat dari apa hati Zeernan ini. Suaminya itu terlalu baik. Jika mengingat hal apa saja yang terjadi pada Chika, tapi Zeernan masih mau menerima dirinya tanpa imbalan atau bahkan paksaan.
"Udah ya, jangan sedih." Chika mengangguk dan menyenderkan kepalanya dibahu sang suami. Sedangkan Zeernan mengusap pipi Chika yang gembil.
~~~
Zeernan dan Chika sudah sampai di taman kota. Keadaan taman kota saat ini tak terlalu ramai, tapi tak juga terlalu sepi. Suasana sangat damai di pagi menuju siang ini. Zeernan dan Chika duduk di salah satu bangku yang sudah tersedia meja di depannya lalu meletakkan sebuah kantong keresek berisi cemilan yang sempat mereka beli di Supermarket.
"Hah~ sejuk banget suasananya ya?" Ungkap Zeernan.
"Iya. Seneng banget bisa jalan-jalan bareng kamu berdua," balas Chika.
"Maaf ya, karena aku sibuk jadi ga bisa sering-sering ngajak kamu jalan-jalan."
"Gapapa sayang. Kamu sibuk kerja kan juga untuk keluarga kita. Aku ngerti kok," jawab Chika.
"Makasih sayang." Zeernan mencium pelipis Chika dan merangkul bahunya.
"Aku mau jajan," kata Chika.
"Kamu mau? Aku bukain ya." Zeernan mengeluarkan minuman susu yang Chika beli, dan mengambil keripik lalu membukanya. Chika dengan semangat langsung memakannya sambil berbincang mesra dengan Zeernan.
"Aku ke toilet bentar ya? Kamu di sini aja jangan kemana-mana," izin Zeernan.
"Iya. Kamu jangan lama-lama."
"Iya sayang, bentar ya." Zeernan buru-buru mencari toilet karna memang sudah kebelet.
Chika menyibukkan diri dengan bermain ponsel dan tetap memakan jajannya yang belum habis. Dia mencari tau di google apa yang harus dia lakukan jika nanti kontraksi. Untuk berjaga-jaga agar dia tidak panik nantinya jika hari itu tiba.
"Kak Chika?"
Chika menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Mata Chika melebar saat melihat ternyata yang memanggil itu seorang perempuan yang tak lain adalah adiknya.
"Kak Chika, akhirnya aku ketemu sama kak Chika lagi."
"Jangan ganggu aku, Christy," kata Chika lalu memalingkan mukanya.
"Kak maafin aku, ga bisa bantu kakak waktu itu," sesal Christy.
"Semua udah berlalu lupain aja. Lupain kalau kakak ini kakak kamu."
"Ga mungkin aku bisa lupain kakak aku sendiri. Ayo kak pulang, mama papa nungguin kakak di rumah, mereka selalu cari kabar tentang kakak yang kabur. Papa udah nyesel kak, dia merasa bersalah. Sekarang dia sakit-sakitan," ungkap Christy.
"Kak p-perut kakak kenapa?" Tanya Christy yang baru menyadari jika perut Chika kini membuncit.
"Kamu ga perlu tau. Jangan ganggu kakak." Chika bersiap untuk pergi, tapi Christy tetap menahannya.
"Kakak hamil?"
Chika hanya diam tak membalas pertanyaan Christy, dia masih tetap membereskan barang-barangnya. Dimana Zeernan ini? Chika sangat berharap suaminya itu cepat kembali.
"Jangan sentuh aku!" Chika menghindar saat Christy saat ingin memegangnya.
"Kak maafin Christy kak."
"Lupain semuanya! Aku kecewa sama kamu. Kakak ga bakal pernah lupa dimana kamu malahan dukung papa agar aku menikah dengan lelaki tua itu."
"Maafin Christy kak, Christy nyesel," sesal Christy, bahkan dirinya kini sudah menangis.
"Apus air mata palsu kamu itu!"
"Maafin Christy kak."
"Ada apa ini?" Akhirnya Zeernan kembali.
"Sayang." Chika beralih memeluk erat tubuh Zeernan.
"Kamu kenapa? Siapa dia?" Tanya Zeernan bingung karena melihat istrinya bersama orang lain dengan keadaan menangis.
"Ayo kita pergi dari sini, aku ga mau liat dia," pinta Chika.
"Iya-iya ayo kita pergi."
Berkali-kali Christy menahan, Chika tetap kekeh pergi meninggalkannya. Hati Chika terlalu sakit jika mengingat adiknya itu mendukung keinginan ayahnya untuk menikahkan Chika dengan lelaki tua itu.
Pagi semua.
Dah gitu aja ya, gua mo otw ngerjain tugas kelompok. Hari libur pun ttp nugas.
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [END]
Teen FictionBerawal dari menemukan dirinya di antara semak-semak hingga sekarang menjadi bagian dari hidupku