Hari berganti. Chika kini sedang duduk bersandar dikepala kasur. Raut wajahnya terlihat garang, tanganya bersedap dada, mata tajamnya itu bergerak mengikuti setiap pergerakan yang Zeernan lakukan. Zeernan menyadari hal itu yang membuat badannya terasa kaku seperti robot. Tak jarang tiba-tiba dia lupa ingin melakukan apa, itu semua terjadi karena rasa tak nyaman akhibat istrinya itu.
Bukan tanpa sebab Chika seperti itu. Semua karena janji Zeernan yang dengan sadar diingkari. Zeernan berjanji siang ini akan mengajak Chika ke pet shop, namun Zeernan membatalkannya karena tiba-tiba ada meeting yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. Tentunya Chika kesal dengan hal itu, dia sudah sangat bersemangat sebelumnya, tapi karena hal tak terduga membuat mood Chika hilang seketika.
"Aduhh, susah banget masang dasinya," monolog Zeernan. Sebenarnya itu adalah kode untuk Chika, agar mau memasangkan dasi untuk Zeernan. Bukannya Zeernan tak bisa, dia sangat pro tentang memasang dasi, tapi demi bisa berkomunikasi dengan istirnya, Zeernan sengaja bersikap tak bisa memasang dasi.
Zeernan masih berdiri di atas kaca lemari membenarkan dasi berwarna merah miliknya. Dengan sengaja Zeernan melirik Chika dari kaca lemari itu. Zeernan menelan ludah susah payah saat melihat betapa dinginnya tatapan istrinya itu.
"Sayang, pasangin dasi aku dong." Zeernan memberanikan diri meminta tolong pada Chika.
"Pasang sendiri. Kamu masih punya tangankan?" Kata Chika.
"I-ini susah sayang," balas Zeernan.
"Ga usah pakai dasi sekalian kalau ga mau ribet," kata Chika. Jika biasanya Chika akan memasangkan dasi untuk Zeernan, tapi kali ini tidak. Chika sedang merajuk, jangan harap Zeernan akan merasakan hal seperti biasa yang Chika lakukan.
Zeernan mengerucutkan bibirnya dan mendekati Chika. "Sayang maafin aku. Aku gatau kalau ternyata hari ini ada jadwal meeting. Aku bener-bener lupa," ungkap Zeernan. Dia kini duduk di samping Chika dan memeluknya dari samping.
"Yaudah sana pergi, ngapain masih di sini?" Kata Chika.
"Ih sayang. Aku ga bakal pergi kalau kamu masih ngambek gini. Aku ga bisa tenang nanti meetingnya karena mikirin kamu terus," balas Zeernan.
"Emangnya kamu mikirin aku? Janji kamu aja, kamu ingkarin sendiri," sewot Chika. Jangan salahkan Chika jika dia terkesan sewot, karena efek hormon ibu hamil membuat emosi Chika susah terkendali.
"Oke maafin aku. Besok kita ke pet shop. Sebagai ganti besok kamu kemana aja aku turutin. Aku bakal kosongin jadwal besok khusus buat kamu," rayu Zeernan.
Ddrrtt~
Ponsel Zeernan bergetar. Itu adalah panggilan dari sekertarisnya. Zeernan meminta izin sebentar untuk mengangkat telponnya. Hanya sebentar Zeernan berbincang. Hal yang mereka bicarakan mengenai meeting yang akan segera dimulai, tapi Zeernan belum sampai di tempat.
"Sayang-"
"Sana pergi!" Chika menyela, karena dia sudah tau jika suaminya itu akan meminta izin untuk berangkat sekarang.
"Sayang, jangan ngambek lagi dong. Aku janji abis dari meeting langsung pulang. Kamu mau nitip apa? Biar aku beliin nanti pas pulang," rayu Zeernan.
"Kamu meeting dimana?" Tanya Chika dengan tampang judesnya.
"Aku meeting di luar kantor."
"Ya dimana?!"
"D-di cafe 123," jawab Zeernan dengan cepat.
"Berdua doang sama perempuan itu?" Perempuan itu adalah kolega yang akan meeting dengan Zeernan.
"Ya nggaklah sayang. Ada sekertaris aku sama sekertaris dia juga. Jadi ga berdua doang," jawab Zeernan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [END]
Teen FictionBerawal dari menemukan dirinya di antara semak-semak hingga sekarang menjadi bagian dari hidupku