5

3.1K 268 3
                                    

Ceklek~

"Hai. Sore Chik," sapa Zeernan pada Chika yang membukakan pintu untuknya.

"Bi Emi mana? Kok kamu yang bukain pintu?" Tanya Zeernan.

"Tadi keluar sebentar katanya," jawab Chika.

"Oke, saya ke masuk dulu, kebelet." Zeernan melipir masuk ke dalam vila untuk ke kamar mandi segera karena kebelet. Sedangkan Chika masih di depan pintu memperhatikan sekitar yang kini langit nampak berwarna orange karna waktu sudah menunjukkan sore hari.

Chika melangkahkan kakinya ke halaman vila. Sudah sejak Chika tinggal di sini dia tak pernah sekalipun berani berjalan-jalan keliling sekitar. Pasti hari-harinya hanya berdiam diri di dalam rumah. Dia terlalu takut jika keluar rumah. Rasa was-was saat melihat orang lain, dia menjadi memiliki pikiran negatif terhadap orang lain. Dia trauma jika kejadian yang lalu terjadi kembali.

Teng teng teng!

"Bakso-bakso!"

~~~

Zeernan keluar dari kamar mandi dapur setelah lega mengeluarkan urinnya. Masih dengan menggunakan pakaian kerjanya, Zeernan membuka tudung saji yang di dalamnya terdapat sayur sop daging yang terlihat menggugah selera makannya.

"Mandi dulu kali ya, baru ntar mandi," monolog Zeernan. Dia ingin mengambil tas kerjanya yang tadi diletakkan di atas meja, tapi tatapannya beralih ke arah Chika yang berlari ke arahnya.

"Chika kenapa lari-lari?" Tanya Zeernan khawatir takut Chika kenapa-kenapa.

"Emmm..." Chika terlihat seperti ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu.

"Ada apa?" Tanya Zeernan lagi.

"D-di depan a-ada tukan bakso."

"Ya terus?"

"A-aku mau bakso. Emm, tapi ga punya uang. Bolehkah aku minjem uang mu terlebih dahulu, aku ga punya uang. Nanti kalau ada uang, aku ganti, janji," jelas Chika.

"Aku mohon." Chika menyatukan tangannya memohon kepada Zeernan.

"Haiss, jangan memohon seperti ini." Zeernan meraih salah satu tangan Chika dan menariknya keluar.

Di halaman depan ternyata sudah ada tukang bakso yang berhenti. Sepertinya Chika sudah terlebih dahulu memberhentikan tukang bakso itu, dan meminta untuk menunggunya.

"Gih, pesenlah," kata Zeernan.

Mata Chika terlihat berbinar mendapat persetujuan dari Zeernan. "Bang, baksonya pedes ya."

"Jangan terlalu pedes bang," sela Zeernan.

"Apa sih, aku mau pedes," kata Chika.

"Nanti perut kamu sakit kalau pedes-pedes."

"Nggak! Bang kasih pedes ya," kekeh Chika.

Zeernan hanya menggelengkan kepala pasrah. "Pesen satu lagi bang, jadi dua sambel sama saos dipisah aja bang," kata Zeernan. Biarlah Chika meracik sambelnya sendiri nanti. Zeernan juga akan memantau berapa banyak sambal yang akan Chika gunakan. Zeernan tak mau terjadi hal yang tak diinginkan pada Chika, apalagi pada kandungannya.

"Berapa bang?" Tanya Zeernan setelah pesananya jadi.

"Enam belas ribu mas."

"Kembaliannya ambil aja bang," kata Zeernan sambil menyerahkan uang dua puluh ribu.

"Terimakasih," kata tukang bakso itu.

Chika lebih dulu masuk ke dalam rumah dengan membawa keresek bakso. Zeernan tersenyum melihat betapa antusianya Chika mendapatkan bakso yang diinginkan.

Di dapur Zeernan membantu Chika memindahkan bakso ke dalam mangkok. Chika kini sudah duduk dengan bakso yang sudah siap santap dihadapanya. Tapi tak lupa dia menambahkan sambal dan juga caos. Dia ingin membuat bakso miliknya memiliki rasa yang cukup pedas.

"Jangan terlalu pedas Chik. Inget kandungan kamu," peringat Zeernan.

"Iya," jawab Chika sambil mengaduk bakso miliknya agar tercampur rata dengan sambal.

Melihat Chika yang sangat menikmati saat memakan Bakso Zeernan jadi tersenyum senang. "Selanjutnya kalau kamu mau apa-apa lagi langsung bilang aja ke saya. Gausah sungkan, saya akan turuti kemauan kamu," kata Zeernan karena dia paham, keinginan Chika yang terkesan tiba-tiba itu adalah efek dari kehamilannya yang sering orang bilang, ngidam.

"Hemm, makasih Zeernan," kata Chika lalu tersenyum menampakkan gummy smilenya yang menggemaskan. Zeernan membalas senyuman Chika tak lama kemudian dia ikut memakan bakso miliknya sendiri.

"Oh iya Chik, saya sudah membicarakan soal pernikahan kita berdua pada orang tua saya dan mereka setuju. Orang tua saya ingin bertemu kamu langsung, dan soal pernikahan mereka ingin terlaksana satu minggu lagi."

Chika yang mendengarnya sontak terkejut sampai tersedak.

Uhuk uhuk!

Zeernan buru-buru menuangkan air putih dan memberikan pada Chika yang langsung Chika terima dan minum. "S-satu minggu lagi?" Tanya Chika tak percaya.

"Iya."

"Cepet banget."

"Lebih cepat lebih baik Chika. Siapkan diri kamu, besok pagi kamu ikut saya bertemu dengan orang tua saya," kata Zeernan.

Chikak ini menjadi termenung. Dia tak menyangka akan segera menikah. Dia pergi dari rumah agar tak menerima perjodohan dari orang tuanya, tapi kini justru dia akan menikah dengan orang yang belum sepenuhnya dia kenal latar belakangnya. Dan pernikahan ini akan terjadi satu minggu lagi? Sungguh sangat mengejutkan bagi Chika.

Dan mengejutkan lagi dia akan di bawa oleh Zeernan untuk menemui kedua orang tua Zeernan. Jujur dia malu jika harus bertemu dengan kedua orang tua Zeernan. Apalagi jika orang tua Zeernan tau bahwa dia hamil di luar nikah, dan parahnya adalah hasil dari pemerkosaan yang terjadi padanya. Hatinya kini jadi tak karu-karuan rasanya.


























Ngidam pertama Chika, pengen bakso.

Maap baru up.

Dah gitu aja maap buat typo.

Thank You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang