18

2.5K 233 9
                                    

Sesampainya di rumah sakit terdekat, Christy dengan panik memanggil penjaga untuk membantu memindahkan kakaknya yang masih kesakitan, bahkan sekarang wajahnya sangatlah pucat. Christy jadi semakin takuk jika terjadi apa-apa dengan Chika.

"Harap tunggu di sini, pasien akan kami tangani," halang seorang peerawat saat Chika sudah dimasukkan ke dalam ruangan.

"Loh, tapi itu kakak saya. Saya pengen nemenin di sisinya," sahut Christy.

"Nanti ya mbak. Kamu periksa dulu pasiennya. Mbak tenang di sini." Sesudah berkata seperti itu, perawat masuk ke dalam ruangan meninggalkan Christy yang merasa deg-deg an menunggu hasil keadaan Chika.

"Sekarang gimana cara ku ngehubungin suami kak Chika? Nomornya aja ga ada," Monolog Christy.

"Ponsel kak Chika? Tapi kayaknya kak Chika ga bawa ponsel. Tadi daster bunga-bunga yang dia pakek aja ga ada sakunya." Christy, duduk bersandar pada tembok dengan lesu. Dia khawatir dengan Chika, di sisi lain dia bingung bagaimana jika suami Chika panik mencari keberadaan Chika yang tak ada di rumah.

"Bagaimana keadaan kakak saya bu dokter?" Christy berdiri dan bertanya pada dokter yang sudah keluar dari ruangan.

"Keadaan pasien baik-baik saja. Baru pembukaan 5, dan pasien sekarang sedang tertidur. Tapi sebelumnya pasien mengatakan ingin bertemu dengan suaminya," jelas Dokter itu.

"E...baik dok, saya akan menghubungi suaminya segera. Saya sekarang boleh masuk lihat keadaan kakak saya?" Tanya Christy.

"Boleh, silahkan," jawab dokter itu sambil tersenyum.

"Kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada apa-apa bisa cari saya." Dokter itu pergi karena masih ada tugas lain yang harus dikerjakan. Sedangkan Christy masuk ke dalam ruangan yang Chika tempati. Di sana masih ada perawat tadi yang sekarang sedang mengecek infus.

"Saya permisi," kata perawat itu saat pekerjaannya sudah selesai dan melihat keberadaan Christy.

"Makasih sus," ucap Christy.

Christy duduk di tepi ranjang memperhatikan kakaknya yang masih memejamkan mata. Raut kelelahan sangat tercetak jelas di wajah Chika. Christy menjadi sedih kalau melihat keadaan kakaknya seperti ini.

"Dedek bayi, jangan nyiksa kak Chika dong," kata Christy sambil mengelus perut Chika yang terkadang Christy merasakan ada pergerakan dari dalam.

"Ih gerak-gerak," kata Christy.

"Dedek bayi kalau mau lahir ya lahir aja langsung, gausah pakek bikin kak Chika kesakitan. Kasihan tau. Dedek bayi tega lihat kak Chika kesakitan?"

"Aduh! Malah ditendang," desis Christy saat merasakan telapak tangannya mendapat tendangan dari perut Chika.

"Kayaknya nanti lahir jadi bocil kematian nih. Kamu cewe apa cowo dek? Kalau cowo awas aja nanti aku botakin kalau udah lahir," ancam Christy seolah bayi yang ada di perut Chika mengerti.

Christy menghembuskan napas pelan. Otaknya berpikir, apa yang harus dia lakukan sekarang? Haruskah dia kembali ke vila Chika untuk mengambil keperluan Chika? Atau lebih baik membelinya saja? Tapi jika membeli itu akan memakan banyak waktu. Lebih baik dia mengambil perlengkapan di Vila Chika saja, yang jelas pasti sudah tersedia. Tapi apa tak masalah jika Chika ditinggal sendirian di sini tanpa pengawasan? Sepertinya Christy perlu meminta tolong pada suster untuk menjaga kakaknya sebentar selama dia pergi.

~~~~

Zeernan bernapas lega saat mobilnya sudah terpakir di halaman vila. Namun, kemudian dahinya berkerut karena melihat keberadaan mobil lain di sana.

"Mobil siapa itu?" Monolog Zeernan. Dia segera mengambil tas kerjanya dan keluar dari mobil. Melihat pintu vila pun terbuka Zeernan jadi berpikir pasti ada tamu yang datang berkunjung. Tapi siapa?

Zeernan memasuki vila untuk melihat siapa yang berkunjung. Namun, saat masuk nihil. Tak ada orang di ruang tamu. Zeernan jadi bingung, dimana keberadaan tamu dan tentu istrinya?

Zeernan pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengganti baju dan meletakkan barangnya. Pintu kamarnya terbuka? Apa Chika berada di dalam? Pikir Zeernan.

"Heh! Lo siapa?!" Tanya Zeernan saat melihat Christy yang berada di dalam kamarnya.

"S-saya Christy mas," jawab Christy duduk. Dirinya terasa seperti maling yang terciduk.

"Ngapain lo ada di rumah gua?! Dimana Chika?! Lo mau maling ya?!" Tuduh Zeernan.

"Eh, enggak-enggak mas. Saya ga pengen maling. Izinin saya jelasin dulu," kata Chirsty.

"Halah, lo pasti maling kan?! Keluar lo!" Zeernan menarik-narik tangan Christy menyuruhnya keluar.

"Aduh!" Pekik Zeernan karena kakinya diinjak dengan kencang oleh Christy. Christy melesat kabur ke sisi ranjang yang lain.

"Sini lo!"

"Nggak mau!" Tolak Christy.

"Lo orang asing di sini!"

"Saya adiknya kak Chika mas," kata Christy.

"Jangan bohong lo!"

"Saya ga bohong. Mas inget perempuan yang ketemu kak Chika di taman? Nah itu saya," jelas Christy. Zeernan diam, mengingat-ngingat kejadian beberapa waktu lalu.

"Lo bener adiknya Chika?" Tanya Zeernan setelah mengingat kejadian itu.

"I-iya mas, saya adiknya kak Chika."

"Terus ngapain lo di kamar gue? Dimana Chika?" Tanya Zeernan karena sampai sekarang belum bertemu dengan istrinya itu.

"Saya di sini nyari perlengkapan buat persalinannya kak Chika," jelas Christy.

"Persalinan?" Zeernan nampak bingung mendengarnya.

"Iya, kak Chika otw melahirkan."

"CHIKA MELAHIRKAN?! KENAPA GA BILANG DARI TADI!" Zeernan kalang kabut mencari tas yang sudah berisi perlengkapan yang dibutuhkan, sudah beberapa hari yang lalu mereka siapkan.

"Rumah sakit mana?!" Tanya Zeernan.

"Rumah sakit terdekat," jawab Christy.

"Ya terdekat mana?!" Geram Zeernan.

"Jangan marah-marah dong mas. Saya gatau nama rumah sakitnya, tapi saya tau tempatnya."

"Ayo!" Zeernan menarik tangan Christy untuk buru-buru pergi ke rumah sakit.
























Zeernan panik, si Christy agak ngeselin wkwkwk.

Dah gitu aja maap buat typo.

Besok dah senin aja ajg, males bangt😭


Thank You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang