Chika tersentak saat mengalami mimpi terjatuh dari ketinggian. Matanya mengerjab, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tiga dini hari. Sebuah tangan bergerak merengkuh tubuh Chika untuk semakin dekat. Zeernan terlihat masih menutup matanya tertidur dengan nyenyak. Chika menyadari bahwa lelaki dihadapannya ini sangatlah tampan. Dia cukup bersyukur mendapatkan Zeernan apalagi lelaki ini sangatlah baik padanya. Chika membalas pelukan Zeenan dengan erat, mencari kehangatan yang lebih meski sudah ada selimut yang menutupi tubuhnya.
Zeernan melenguh saat merasa pelukan yang sangat erat hingga membuat dirinya terbangun dari tidur nyenyak. "Pagi Chik," sapa Zeernan dengan suara khas bangun tidurnya.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Zeernan.
"Jam tiga."
"Masih pagi, kita lanjutin tidur lagi aja," balas Zeernan.
"Hemm...tapi bentar lagi subuh," kata Chika.
"Gapapa tidur bentar lagi aja. Nanti subuh kita bangun lagi."
~~~
Bau harum masakan tercium di area dapur. Zeernan melihat sang mama yang sedang berkutat dengan masakannya.
"Pagi Ma," sapa Zeernan.
"Pagi nak. Dimana istri kamu?" Tanya Mama Zeernan.
"Masih mandi di kamar. Tadi pagi dia mual-mual lagi, ga tega aku lihatnya," ungkap Zeernan.
"Namanya juga ibu hamil, pasti ada saatnya mereka mual gitu. Ga papa kok, hal wajar kalau itu terjadi," balas Mama Zeernan memberi ketenangan.
"Tapi tetep aja Zeernan ga tega." Zeernan mendudukan dirinya di kursi sambil memperhatikan mamanya yang berkutat dengan masakan.
"Kamu jagain baik-baik istri kamu kalau ga mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Chika blom ada susu buat ibu hamil Zee?" Tanya Mama Zeernan.
"Belom Ma."
"Beliin lah Zeernan. Ibu hamil itu butuh banyak vitamin, terutama buat kesehatan janin. Kamu harus perhatiin betul-betul asupan untuk Chika, biar dianya sehat bayinya pun ikut sehat," jelas Mama Zeernan.
"Gitu ya? Nanti aku beliin banyak makanan yang mengandung vitamin," jawab Zeernan.
"Beli buah-buahan juga Zee."
"Aman kalau itu mah. Zeernan bakal mantau asupan-asupan yang harus Chika konsumsi. Kalau bisa nanti sekalian buku panduan untuk ibu hamil dan calon ayah yang baik."
Mama Zeernan tersenyum mendengarkan anaknya yang semangat untuk menjaga istrinya yang tengah hamil. Ia yakin jika anaknya ini sudah mantap untuk menjadi seorang ayah dan suami yang baik untuk keluarga kecilnya.
"Hai pagi nak," sapa Mama Zeernan melihat menantunya sudah turun, ikut bergabung di dapur.
"Sini Chik duduk-duduk." Zeernan menarik satu kursi, mempersilahkan Chika untuk duduk.
"Aku mau bantu mama kamu masak," kata Chika yang sudah memberi tanda jika dirinya tak ingin duduk.
"Gausah nak, udah mau selesai. Lagian ya kamu jangan sampe kecapean," sahut Mama Zeernan.
"Tuh dengerin Chik. Kamu ga boleh kecapean. Jangan bikin anak saya ngambek nanti kalau kame kecapean," sahut Zeernan juga.
"Dih, apaan tuh?" Mama Zeernan membalikkan badannya dan mendelik heran.
"Panggilan kok masih pakek saya-saya. Kaku banget! Yang gaul dikit dong, sayang kek, zeyenk, atau mama papa lagian kan kalian udah nikah," sela Mama Zeernan yang merasa aneh karena anak nya masih menggunakan kata saya dalam berkomunkasi dengan istrinya.
"Udah biasanya gini Ma," balas Zeernan lalu bibirnya tercengir.
"Ganti! Mama gamau denger kalian kaku kayak gini. Ga menggambarkan anak jaman sekarang. Ga gaul kalian, masa kalian kalah sama mama sama papa," kata Mama Zeernan menyombongkan diri. Karena mengingat bahwa jalinan kasih antar suaminya itu sangatlah gaul. Hal itulah salah satu yang membuat mereka awet tak banyak pertengkaran dalam rumah tangga, hingga saat ini.
"Chika ga keberatan kok ma kalau pakek saya-sayaan," sela Chika membela Zeernan.
"Haiss kalian ini sama aja deh." Mama Zeernan kembali berbalik berkutat dengan masakannya.
"Ngomong-ngomong Papa kemana Ma?" Tanya Zeernan mengalihkan pembicaraan.
"Masih ngebo. Kecapean Papa, biarin istirahat dulu lah," jawab Mama.
"Oh gitu."
"Chika boleh bantu apa Ma?" Tanya Chika yang sudah berdiri di samping Mama Zeernan.
"Udah selesai nak. Udah kamu jangan kecapean kan mama bilang. Eh, nanti kamu pergi sama Zeendra belanja bulanan ya. Mama males mau keluar. Nanti Mama kasihin catatan apa aja yang harus dibeli—dan Zeernan, kamu jangan lupa beli susu ibu hamil buat Chika," jelas Mama Zeernan.
"Iya Ma, Zeernan ga bakal lupa," jawab Zeernan.
Dikit aja. Gua lagi pusing, tugas makin hari makin ga ngotak. Bisa-bisa tipes nih gue, overdosis karna tugas.
Hadueh...
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [END]
Teen FictionBerawal dari menemukan dirinya di antara semak-semak hingga sekarang menjadi bagian dari hidupku