Pernikahan akhirnya terlaksana di kediaman orang tua Zeernan. Zeernan telah mengucapkan akad nikah beberapa saat yang lalu. Chika hanya menampilkan senyuman tipis saat sesi foto pernikahan berlangsung. Perasaanya kini sangat campur aduk. Dia tak menyangka sekarang sudah menyandang status sebagai istri seorang Zeernan, di sisi lain dia merasa senang karena anaknya akan mempunyai ayah meski pun bukan darah daging dari Zeernan.
"Sekarang kalian udah sah, jagain istri kamu. Kamu juga jagain suami kamu ya, dia suka bandel anaknya," kata Papa Zeernan.
"Apa sih pa, aku udah gedhe, udah ga nakal lagi," protes Zeernan.
"Apa sih kamu ini, protes kerjaanya," desis Papa Zeernan sambil melirik sinis. Zeernan membalas tatapan sinis sang Papa. Dasar anak dan bapak ini sama saja.
~~~
Sekarang adalah waktunya sepasang pengantin baru ini beristirahat. Chika duduk di atas kasur kamar Zeernan. Kepalanya berkecambuk, memikirkan dimana dia harus tidur malam ini? Apa dia harus tidur sekasur dengan Zeernan atau memilih tidur di atas sofa yang tersedia?
Matanya beberapa kali menatap ke arah kamar mandi yang terisi oleh Zeernan yang sedang membersihkan diri. Chika merasa gugup sekarang, apa yang harus dilakukan selanjutnya?
"Loh kamu belum tidur?" Tanya Zeernan sambil mengeringkan rambutnya. Chika menggeleng menanggapi.
"Istirahat lah, kamu pasti lelah," imbuh Zeernan.
"Aku harus tidur dimana?" Pertanyaan itu akhirnya Chika ucapkan. Zeernan mengernyit bingung mendengarnya.
"Ada tempat tidur Chika, kenapa harus tanya lagi tidur dimana?"
"K-kita sekasur?" Gugup Chika.
"Iya dong, kan kita udah sah. Gapapa lah tidur sekasur. Ga baik suami istri tidur beda tempat," jawab Zeernan.
Chika terdiam sambil memainkan ujung kukunya, gugup. Sedangkan Zeernan mengembalikan handuk kemudian menyusul Chika naik di atas kasur. Dengan santai Zeernan merebahkan tubuhnya, desahan suara lega terdengar. Akhirnya Zeernan bisa merasakan empuknya kasur lagi setelah sibuk kegiatan siang tadi.
"Sini tidur." Zeernan menepuk tempat sebelahnya. Chika sampai bingung, apa Zeernan tak meraskan kegugupan seperti apa yang dia rasakan sekarang.
"Sini Chika." Chika akhirnya dengan perlahan merebahkan dirinya di samping Zeernan. Cukup ada jarak diantara mereka berdua, apalagi sebuah guling menjadi pembatas. Jantung Chika berpacu sangat cepat, ini adalah pertama kali dia tidur sekasur dengan lelaki selain ayahnya.
"Gulingnya ngalangin aja deh." Zeernan malah menyingkirkan guling itu dan mendekatkan tubuhnya dengan Chika. Tak taukah Zeernan kalau janting Chika semakin cepat berdetaknya.
"Sini." Zeernan merengkuh tubuh Chika tanpa persetujuan, menjadikan lengan tangannya sebagai bantalan untuk kepala Chika. Chika yang shock ya hanya menurut saja. Dia bingung harus melakukan apa. Tapi saat dirasa, pelukan Zeernan sangatlah nyaman baginya. Apa lagi harum tubuh Zeernan yang seakan adalah parfum yang menenangkan.
"Ga nyangka banget, ternyata kamu yang bakal jadi istri saya sekarang," ungkap Zeernan. Chika hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan oleh Zeernan.
"Saya kira, saya akan jadi perjaka tua nantinya karna terlalu malas mencari pasangan. Tapi takdir berkata lain, sekarang malah sudah menikah," lanjut Zeernan.
"Jangan nyesel karna udah nikah sama saya ya Chik."
"Seharusnya aku yang bilang gitu, kamu jangan nyesel karena menikahi aku. Perempuan yang kotor, hamil diluar nikah. Pere-" Zeernan membungkam bibir Chika dengan jari telunjuknya. Menghentikan perkataan Chika yang merendahkan diri sendiri.
"Jangan bilang gitu. Kamu ga kotor, kan tadi udah mandi." Zeernan menyelemor mencoba menghibur Chika.
"Ishh, bukan gitu," desis Chika. Zeernan tertawa mendengarnya.
"Udahlah Chik. Saya mau menerima keadaan kamu mau nagaimana pun itu. Kamu ga kotor, kamu berharga. Dan ini, bayi ini mulai sekarang bayi saya juga," kata Zeernan sambil mengusap perut Chika yang masih rata.
"Makasih ya," ucap Chika. Dia tak menyangka akan bertemu dengan lelaki sebaik dan setulus Chika.
"Sama-sama Chika." Zeernan menatap mata Chika dalam. Dia menyadari sekarang bahwa mata coklat milik istrinya ini sangatlah indah.
"Mata kamu indah," puji Zeernan. Chika berkedip lalu menubrukkan wajahnya di dada Zeernan. Dia malu.
"Hey, liat sini." Chika kembali mendongakkan wajahnya menatap Zeernan.
"Kapan kita lakuin itu?" Tanya Zeernan.
"Lakuin apa?"
"Kegiatan malam pertama heheh...." Raut wajah Chika berubah seperti ada ketakutan yang tersirat.
"A-aku ga bisa," jawab Chika.
"Kenapa?"
"Aku takut. Aku gamau."
"Aku gamau!" Chika menutup wajahnya dengan tangan dan mulai terisak. Dia kembali mengingat kejadian tempo lalu yang terjadi padanya itu di tengah malam.
"Hey, oke-oke kita ga akan lakuin sekarang. Kita bisa lakuin lain kali, yang penting kamu tenang dulu. Maafin saya, oke." Zeernan menenangkan Chika. Dia tak menyangka bahwa pertanyaanya itu malah membuat Chika kembali mengingat hal kelam. Sepertinya Chika trauma. Zeernan harap jika iya, rasa trauma itu segera hilang. Karna Zeernan tau kalau rasa trauma itu sangatlah menyiksa.
"Maafin saya Chik." Zeernan kembali memeluk erat Chika memeberi ketenangan sampai napas Chika mulai teratur dan akhirnya tertidur.
Okee up di hari minggu. Gua lagi banyak bet tugas. Hari hari jadi ga bisa tenang hadehh.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [END]
Teen FictionBerawal dari menemukan dirinya di antara semak-semak hingga sekarang menjadi bagian dari hidupku