Sebuah mobil melaju di tengah gelapnya malam dan sepinya jalan. Kanan kiri jalan yang di lewati saat ini adalah pepohonan dan semak-semak. Suasana cukup mencekam memang jika melewati jalan ini ketika malam, apalagi di tengah hujan lebat yang turun. Takut-takut hal di luar nalar hingga bisa di nalar terjadi di sini.
Tapi seoarang pria yang mengendarai mobil ini tetap fokus dalam menyetir, menatap lurus ke depan jalan, tak ingin menengok kanan kiri. Dia tak ingin mengambil resiko. Jujur saja dalam hatinya dia sedikit takut. Mendengar banyak cerita dari tetangganya tentang penampakan di sini. Tak sedikit yang sudah menjadi korban, dengan di perlihatkan macam-macam bentuk makhluk berbeda dunia itu.
Zeernan jujur saja menjadi parno jika mengingat cerita-cerita itu. Zeernan? Ya, itulah nama pria yang sedang menyetir mobil ini. Emilio Zeernan Adipramana.
Zeernan dibuat panik. Saat tiba-tiba mobilnya tersendat-sendat dan berhenti di tengah gelapnya hutan. Mobilnya masih menyala, tapi entah kenapa tak bisa jalan.
"Plish Ya Allah, lindungilah saya dari makhluk-makhluk tak kasat mata," monolog Zeernan. Jujur saja dia takut sekarang. Sudah beberapa kalu dia mencoba menginjak gas berharap mobil kembali berjalan tapi nihil. Hal itu sia-sia.
"Apa mesin mobil gua, yang bermasalah? Tapi perasaan kemarin abis gua, servis."
"Masa gua, harus keluar ngecek? Yang bener aja. Di tengah hutan ini broo, klo ada apa-apa gimana?"
"Tapi kalau gua, ga keluar bisa-bisa semaleman gua, di sini sendirian. Malah tambah ngeri lagi."
"Oke-oke. Gua, berani. Gua, anak berani ga ada takut-takutnya. Cuma benerin mesin mobil mah gampang. Oke, ayo kita keluar."
Setelah bermonolog, mempertimbangkan pilihan. Kini Zeernan memiluh untuk keluar. Dia mencari senter di dashboard mobil, untuk pencahayaan. Zeernan menarik napas dan mengeluarkan beberapa kali, setelah itu baru dia keluar dari mobil.
Yang dia rasakan saat keluar mobil adalah dingin. Dingin karena terkena air hujan dan juga hawa efek dari hujan ini. Zeernan tak ingin memperdulikan sekitar, dia hanya akan fokus untuk melihat apakah ada yang bermasalah di mesin mobionya atau tidak.
"Ga ada yang bermasalah kok. Tapi kenapa tiba-tiba ga bisa jalan mobilnya?"
Zeernan masih berdiri di depan mobil tak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup karena hujan yang tak kunjung turun.
Tiba-tiba saja Zeernan mendengar suara tangisan yang tersamarkan oleh suara hujan. Seketika bulu kuduk Zeernan berdiri. Dia merinding.
"Plishh, jangan sampe gua, di gangguin. Ga lucu sih ini." Batin Zeernan.
Dia memperhatikan sekitar yang benar-benar sepi tak ada manusia atau kendaraan satu pun yang lewat. "Tau gini tadi gua, pulang ke rumah bokap nyokap aja, jangan pakek segala pulang ke vila puncak," batin Zeernan lagi.
Ya jadi tadi dia habis ada kerjaan di kantor. Selesai dari kantor dia memutuskan untuk pulang ke vila puncak warisan dari sang kakek. Karena dia adalah salah satu cucu kesayangannya, sebelum beliau meninggal, baliau mewariskan vila di puncak itu ke cucunya. Lucu memang bukannya untuk anaknya malah ke cucunya. Tapi ya Zeernan nurut-nurut aja. Jadi sudah setelah sekian lama, seminggu ini Zeernan baru berniat menempati karena sekaligus untuk mengobat rasa rindunya pada kakek. Makanya dia tak pulang ke rumah orang tuanya malah pulang ke vila.
Suara tangisan terus saja terdengar yang berasal dari semak-semak. Zeernan mengarahkan senternya ke arah semak-semak itu. Dia mencoba berpikir positif jika dibalik semak itu adalah manusia bukanlah makhluk tak kasat mata. Zee dengan perlahan mendekat ke arah semak yang menjadi sumber suara itu. Jujur saja hatinya deg-deg an parah. Takut-takut ternyata itu mbak kunti kan, serem.
Suara semakin jelas saat jarak Zeernan semakin dekat. Tangan kanan Zeernan bergetar saat akan menyingkap semak-semak itu, sedangkan tangan kirinya masih terus memegang senter yang menjadi pencahayaanya.
Srek!
Mata Zeernan melebar dan mulutnya pun membuka, kaget. Saat dirinya melihat makhluk perempuan entah itu manusia atau bukan yang menangis di balik semak-semak dengan pakaian yang sudah lusuh dan basah.
"Ampun-ampun, tolong jangan apa-apakan saya. Saya takut, tolong jangan lagi," racau perempuan itu. Dengan beringsut mundur tapi masih dalam posisi bersimpuh di tanah.
"A-anda manusia atau hantu?" Pertanyaan itu muncul dari mulut Zeernan.
"Ampun mas, jangan lecehin saya. Saya takut, jangan," racau perempuan itu lagi.
"Sepertinya dia manusia," batin Zeernan.
"Saya ga akan apa-apain anda. Anda sedang apa di sini sendirian?" Zeernan mendekat berniat membantu perempuan itu.
"Jangan mendekat! Pergi! Hiks pergi!"
"Tenang mbak, saya ga akan apa-apain mbak," kata Zeernan menenangkan.
Zeernan memegang tubuh perempuan itu yang terus berontak. Entah apa yang merasuki Zeernan dia kini menarik perempuan itu ke dalam dekapannya.
"Lepas, jangan apa-apain saya. Saya mohon," kata permepuan itu lagi di sela tangisannya.
"Saya ga, apa-apain kamu. Saya ingin membantu kamu." Perempuan itu sepertinya luluh dan tak lagi berontak, dia menikmati dekapan yang Zeernan berikan padanya.
"Ayo, kita pergi dari sini. Hari semakin malam, hujan juga tak kunjung reda." Zeernan menuntun perempuan itu untuk bangun, tapi perempuan itu merintih menahan sakit.
"Kenapa?" tanya Zeernan.
"Itu saya sakit mas," lirih perempuan itu.
"Itu apa?"
"Bagian intim saya," lirih perempuan itu lagi.
"Memangnya kamu abis kenapa?" Tanya Zeernan kepo.
"Hiks, saya habis diperkosa Mas."
"Astaghfirullah." Zeernan tak menyangka jika perempuan yang dia tolong ini adalah korban pemerkosaan. Pasti perempuan ini setelah diperkosa ditinggal begitu saja di tengah hutan. Sungguh tega sekali lelaki bejat yang sudah melakukan hal keji ini.
"Yasudah ayo masuk ke mobil saya. Kelamaan kena hujan nanti sakit." Zeernan tanpa meminta persetujuan perempuan itu langsung menggendongnya ala bridge style.
Zeernan mendudukan perempuan itu di samping kursi kemudi. Setelah itu Zeernan menyusul masuk ke dalam mobil. Zeernan mengambil selimut yang terletak di kursi belakang. Untung saja selimut yang dia bawa kemarin masih ada di sini. Langsung saja Zeernan membentangkan selimut itu dan menyelimutkannya di tubuh perempuan yang terlihat sangat kedinginan.
"Nanti selimutnya kotor," kata perempuan itu merasa tak enak.
"Gapapa, kotor bisa saya cuci besok. Ini air, minumlah." Zeernan membuka tutup botol air minum dan menyerahkan pada perempuan itu.
"Terimakasih."
Zeernan tersenyum mendengarnya. Dia menyalakan mobilnya dan mencoba menginjak gas. Berharap mobilnya bisa melaju kembali. Dan ternyata mobil itu kembaki menyala. Zeernan sampai heran, apa yang terjadi dengan mobilnya tadi yang tiba-tiba mati, tapi sekarang sudah bisa kembali menyala.
"Rumah mbak dimana? Biar saya antarkan pulang," kata Zeernan.
"Saya diusir dari rumah. Saya ga punya rumah sekarang. Saya gatau harus kemana."
Zeernan yang mendengarnya pun merasa iba. "Mbak mau tinggal di rumah saya? Sementara waktu ga papa."
"Ga ngerepotin?"
"Nggak kok, tenang saja."
"S-saya mau mas."
Tapi Zeernan masih tak habis pikir jika dirinya akan membawa perempuan ini pulang ke rumahnya. Perempuan yang dia temukan di balik semak-semak. Biasanya orang akan menemukan hewan seperti kucing di semak-semak, tapi kali ini yang Zeernan alami beda. Bukannya menemukan kucing, Zeernan malah menemukan wanita cantik.
Tiba tiba pen pub skarang. Moga suka deh.
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [END]
Teen FictionBerawal dari menemukan dirinya di antara semak-semak hingga sekarang menjadi bagian dari hidupku