Sedari tadi tangan Chika terlihat meremas-remas tangannya sendiri. Entah berapa tisu yang sudah Chika ambil untuk mengelap tangannya yang basah karena berkeringat. Hal itu tak luput dari pandangan Zeernan meski dirinya lebih terfokus ke depan karen sedang menyetir mobil. Hari ini mereka akan pergi ke rumah orang tua Zeernan.
"Lama-lama habis tisu itu kamu ambil Chik," kata Zeernan, tapi matanya fokus pada jalanan di depan.
"Aku takut," ucap Chika.
"Takut kenapa?"
"Takut ketemu orang tua kamu lah."
"Gausah takut. Orang tua aku ga bakal gigit kamu," kata Zeernan berusaha menenangkan Chika.
"Sebentar lagi kita akan sampai," kata Zeernan. Chika memandang luar jendela yang menampilkan deretan rumah yang terbangun mewah seperti sang pemilik sedang bersaing satu sama lain memamerkan kemegahan rumah mereka.
Mobil Zeernan berhenti di depan gerbang sebuah rumah. Saat gerbang dibukakan oleh seorang satpam barulah mobilnya memasuki halaman rumah orang tuanya.
"Udah sampai, ayo kita turun," kata Zeernan sambil melepaskan sabuk pengamannya. Tapi kemudian pergerakan Zeernan berhenti melihat Chika hanya diam sambil memegang erat sabuk pengamannya.
"Kenapa diam?"
"Kita pulang aja yuk, aku takut. Aku takut orang tua kamu ga suka sama aku," kata Chika.
"Hei." Zeernan menangkup kedua pipi Chika.
"Kamu ga perlu takut. Saya yakin orang tua saya akan suka kamu. Ada aku yang nemenin kamu, jadi ga perlu takut oke? Kita udah sampai, ga mungkin bakal pulang gitu aja. Kita masuk, semua akan baik-baik saja."
"Kita masuk sekarang?" Tanya Zeernan. Chika mengangguk setelah perasaannya lebih baik dari sebelumnya.
Zeernan membukakan pintu mobil untuk Chika. Lalu tangannya diletakkan di atas kepala Chika saat akan keluar mobil. Hal itu dia lakukan agar kepala Chika tidak kepentok.
"Ayo." Zeernan menggandeng tangan Chika tanpa persetujuan. Membawa perempuannya masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan orang tuanya.
Orang tua Zeernan menyambut kedatangan anaknya dan calonnya itu dengan baik. "Hai nak, siapa nama kamu?" Tanya Mama Zeernan sambil merangkul pinggang Chika.
"S-saya Chika tante," gugup Chika.
"Chika? Nama yang cantik, kayak orangnya. Kamu ga salah milih pasangan Zee. Chika, panggil saya Mama aja jangan Tante oke." Chika hanya bisa mengangguk saja.
"Kamu udah makan belum? Mama sengaja masak banyak, ayo kita makan." Chika di bawa Mama Zeernan ke dapur untuk makan meninggalkan para lelaki yang masih diam di tempat.
"Ma, Papa belum kenalan sama Chika loh," kata Papa Zeernan.
"Sambil makan kan bisa Pa," sahut Mama Zeernan yang masih tetap menggiring Chika ke dapur. Papa Zeernan berdecak lalu menyusul mereka meninggalkan kini Zeernan sendiri.
"Perasaan di sini gue yang anaknya, tapi kenapa malah di tinggal sih?" Monolog Zeernan yang heran karena orang tuanya lebih fokus ke Chika daripada dirinya yang notabenya adalah anaknya.
~~~
Chika dibuat nyaman dengan keluarga Zeernan yang menerimanya dengan baik. Kehangatan dari keluarga Zeernan dapat dia rasakan, meski baru pertemuan pertama di antara mereka.
"Makan yang banyak nak, biar kamu lebih berisi. Ck, kamu keliatan kurus gini, ga dikasih makan sama Zeernan ya?" Kata Mama Zeernan.
"Enak aja. Zeernan selalu merhatiin Chika kok, Ma. Suudzon aja," sela Zeernan.
"Zeernan baik kok Ma. Selalu merhatiin Chika," kata Chika membela Zeernan.
"Tuu, dengerkan apa kata Chika sendiri," balas Zeernan.
"Kamu sudah tau kan kalau pernikahan kalian akan terlaksana satu minggu lagi?" Tanya Papa Zeernan.
"Iya p-pa. Saya sudah tau."
"Jangan terlalu formal nak, santai aja. Jangan takut sama Papa," kata Papa Zeernan.
"Muka Papa nyeremin sih, jadinya Chika takut sama Papa," goda Zeernan.
"Yeuuu, jangan usil kamu sama Papa," kata Papa Zeernan sambil melemparkan sisa ujung timun yang tak ia makan. Zeernan hanya terkekeh karena berhasil menjahili sang Papa.
"Siapkan diri kamu nak. Zeernan sudah menceritakan semua tentang kamu. Jadi selanjutnya gimana dengan orang tua kamu? Kamu ada niatan memberi tau mereka tidak tentang pernikahan ini?" Tanya Papa Zeernan terdengar cukup serius.
"Saya takut. Saya ga berani pulang. Saya takut jika nanti saya akan kembali dipaksa menikah dengan lelaki yang mereka inginkan," jawab Chika.
"Jadi kamu tidak ingin memberi tau mereka?" Chika menggeleng sebagai jawaban.
"Sudahlah pa, hargai keputusan Chika. Mungkin ini adalah yang terbaik. Toh juga mau mereka tau atau tidak Chika dan Zeernan tetap akan menikah," sela Mama Zeernan.
"Ya, tapi itu juga kalau Chika mau sama modelan Zeernan yang kayak gini." Kini giliran Papa Zeernan yang ingin menggoda anaknya.
"Heh! Chika pasti mau lah sama aku Pa," kata Zeernan tak terima.
"Coba kita tanya ke Chika. Nak memangnya kamu mau sama Zeernan?" Tanya Papa Zeernan pada Chika.
"Maulah. Chika kamu mau kan nikah sama saya?" Tanya Zeernan sambil menatap Chika penuh harap.
Malu-malu Chika mengangguk. Pipinya terasa panas karena situasi ini. Apalagi dia sekarang menjadi pusat perhatian satu keluarga ini. "Ciee cieee," goda orang tua Zeernan.
Zeernan jadi ikut salting sendiri karena godaan orang tuanya. "Sudahlah, makan abisin noh," elak Zeernan.
"Hahaha...sudah-sudah, segera habiskan makannya. Chika sehabis makan, kamu ikut Mama ya. Kita ke mall, belanja keperluan, ke salon juga."
Chika menatap ke arah Zeernan seolah meminta jawaban, apa dia bisa ikut dengan Mama Zeernan atau tidak.
"Pergilah," kata Zeernan yang mengerti. Chika mengangguk mengiyakan ajakan Mama Zeernan.
Lanjutin cerita ditemenin lagu jkt48 malem malem gini, seru abisss.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You [END]
Novela JuvenilBerawal dari menemukan dirinya di antara semak-semak hingga sekarang menjadi bagian dari hidupku