17

2.6K 228 11
                                    

Hari-hari terus berlalu. Kini kandungan Chika sudah memasuki bulan ke sembilan. Sungguh cepat sekali, kemarin Chika dan Zeernan sempat memeriksa kandungan di rumah sakit, dan Dokter memperkirakan tak lama lagi bayi mereka akan segera lahir. Tentunya Chika dan Zeernan sangat senang menunggunya, mereka tak sabar menanti kelahiran bayi yang sudah ditunggu-tunggu selama sembilan bulan.

Chika kini sedang membersihkan rumah sendiri. Bi Emi tidak ada di vila karena kerabatnya ada meninggal. Sedangkan Zeernan memang sudah mengambil cuti, tapi tadi dia izin pergi ke kantor sebentar untuk mengambil berkas yang tertinggal. Tangan Chika bergerak maju mundur mengarahkan kain pel di atas lantai yang basah. Perutnya yang semakin membesar tak menjadi halangan untuk dirinya melakukan bersih-bersih. Justru Chika malahan selalu menyibukkan diri dan mengambil kelas yoga untuk ibu hamil. Semua itu dia lakukan untuk persiapan persalinan. Karena saran yang dia dapat dari dokter ataupun mertuanya, dia harus banyak bergerak agar kuat nantinya saat melahirkan.

"Ciku jangan jalan di sana. Lantainya baru saja di pel!" Pekik Chika, karena kucingnya itu dengan santai berjalan di atas lantai yang baru saja dia pel.

Ngeongg~

Ciku tanpa berdosa tetap berjalan di sana bahkan sekarang menghampiri Chika dan bergelendot manja di kaki Chika. Chika menghembuskan napas lelah. Dia berusaha sabar, karena dia lah yang memang mengeluarkan Ciku dari kandangnya agar tak bosan dan bisa bergerak dengan bebas.

"Jangan ganggu Mama beberes," kata Chika pada Ciku. Chika sudah menganggap kucingnya itu sebagai anaknya sendiri, tak hanya kucing, ikan pun juga, kiko.

Ngeongg~

Ciku duduk dan menjilati kakinya lalu mengusapkan pada kepalanya sendiri. Sepertinya sudah saatnya Chika harus memandikan Ciku. Chika kembali menggerakkan pelnya, tapi tak lama dia berhenti dan memijat pinggang belakangnya yang tiba-tiba terasa nyeri.

"Aduh, kenapa lagi ini?" Monolog Chika. Kejadian ini tak baru terjadi sekali ini, kemarin dia sudah mengalami, perutnya pun terasa mulas, tapi ternyata itu hanya kontraksi palsu yang terjadi. Namun, kali ini kembali terjadi, sepertinya kali ini masih sama kontraksi palsu, pikir Chika. Chika mengelus perutnya berharap rasa sakit ini segera hilang.

"Plish, kalau lahiran jangan sekarang, Zeernan lagi ga di rumah, nanti repot kalau ga ada Zeernan," monolog Chika penuh harap.

Ting tong~

Suara bel rumah berbunyi. Chika harap itu adalah Zeernan yang sudah kembali dari kantor. Dengan langkah sedikit tertatih dia berjalan menuju pintu diikuti Ciku yang terus mengeong di sisi kakinya. Hal itu membuat Chika semakin hati-hati takut nanti Ciku terpijak oleh kakinya kan kasihan, atau hal buruknya dia bisa saja terjatuh karena Ciku yang menghalangi kakinya.

Ceklek~

"Sayang kamu udah pul-" perkataan Chika terhenti karena bukan Zeernan yang berada di depan pintu.

"Sedang apa kamu ke sini?!" Sentak Chika karena yang berada di depan pintu adalah Christy, adiknya.

"Kak Chika, maaf ngganggu waktu kakak-"

"Tau dari mana kamu alamat ini?!" Sela Chika. Dia tak memberi celah adiknya untuk menjelaskan.

"Kakak ga perlu tau aku tau darimana. Kedatangan aku ke sini cuma mau ngajak kakak pulang. Ayo pulang kak. Ayah sakit parah, dia pengen liat kakak," jelas Christy.

"Aku udah gamau lagi ber-urusan sama orang yang udah bikin aku menderita waktu itu. Jadi lebih baik kamu pergi dari sini, karena percuma kamu datang ke sini," kata Chika dengan mata yang berkaca-kaca. Sebenarnya dia tak tega membentak adiknya seperti ini, tapi semua itu harus dia lakukan karena rasa kecewa yang masih dia rasakan sampai saat ini.

"Maafin kami kak, kami nyesel karena tindakan yang udah lalu," ungkap Christy.

"Pergi kamu dari sini! Awh!" Chika meringis memegangi perutnya yang kembali merasa sakit. Sepertinya kontraksi datang lagi.

"Kak, kak Chika kenapa?" Panik Christy. Dia mendekat memegangi tubuh kakaknya yang masih meringis kesakitan.

"Perut aku sakit," ringis Chika.

"Kak Chika mau melahirkan?" Tanya Christy yang semakin panik.

"Aku harus apa kak?!" Christy menjadi sangat panik sekarang.

"Kenapa ini kenapa?" Tanya ibu-ibu tetangga yang mampir karena melihat Chika yang kesakitan.

"Perut kakak saya sakit bu. Sepertinya kakak saya mau melahirkan," jawab Christy.

"Kalau begitu segera bawa ke rumah sakit terdekat, tak jauh dari sinu ada rumah skait 24 jam," kata Ibu tetangga.

"Tolong bantu saya bawa kakak saya ke dalam mobil bu. Saya akan segera bawa ke rumah sakit sekarang," kata Christy. Ibu-ibu itu membantu Christy memasukkan Chika ke dalam mobil. Tanpa persiapan apa pun, Christy langsung pergi membawa kakaknya itu  ke rumah sakit. Yang terpenting kakaknya dapat penanganan terlebih dahulu, walaupun nanti dirinya akan kembali ke vila, mencari keperluan yang kakaknya butuhkan untuk di rumah sakit nantinya.





















Up lagi. Rencana mau gue end in sih ini, tapi gatau deng wkwkwk.

Eh btw klo kita bikin grub kecebong asik kali ye? Setuju ga? Klo setuju komen di sini dah. Klo ternyata banyak yg setuju kita bikin, tapi klo ternyata pada ga minat yaudah, lain kali aja kita bikinnya wkwkw.

Dah gitu aja maap buat typo.

Thank You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang