Sebuah pintu di sebelah kiri Wonwoo terbuka dan Profesor Soyeon muncul dari kantornya dengan wajah terlihat muram dan sedikit terganggu.
"Saya telah dikirim untuk menemui Anda." kata Wonwoo dengan kaku.
"Dikirim? Apa maksudmu, Mr Jeon?" kata Profesor Soyeon.
Wonwoo mengulurkan catatan dari Profesor Jiyeon dan Profesor Soyeon mengambilnya darinya sambil merengut, lalu membukanya dengan ketukan tongkatnya, merentangkannya dan mulai membaca.
Matanya meluncur dari sisi ke sisi di balik kacamata perseginya selagi dia membaca apa yang ditulis Profesor Jiyeon, dan dengan tiap baris mata itu semakin menyipit.
"Masuk ke sini, Mr Jeon." kata Profesor Soyeon.
Wonwoo mengikutinya ke dalam ruang kerjanya. Pintu menutup secara otomatis di belakangnya.
"Bagaimana, ya? Benarkah itu?" kata Profesor Soyeon, sambil memberondongnya.
"Apanya yang benar?!" Wonwoo bertanya agak lebih agresif daripada yang dimaksudkannya.
"Profesor?" tambah Wonwoo dalam usaha untuk terdengar lebih sopan.
"Benarkah bahwa kamu berteriak kepada Profesor Jiyeon?" kata Profesor Soyeon.
"Iya."
"Kamu menyebutnya pembohong?"
"Ya."
"Kamu memberitahunya Dia-Yang-Namanya-Tidak-Boleh-Disebut sudah kembali?"
"Ya."
Profesor Soyeon duduk di belakang meja tulisnya sambil mengamati Wonwoo dengan seksama, "Makanlah sepotong biskuit, Mr Jeon." katanya.
"Makan apa?" kata Wonwoo.
"Makan biskuit dan duduklah." ulang Profesor Soyeon dengan tidak sabar, sambil memberi isyarat pada sebuah kaleng kotak-kotak yang terletak di puncak tumpukan kertas di meja tulisnya.
Telah ada kesempatan sebelumnya ketika Wonwoo, yang menduga akan dihukum oleh Profesor Soyeon karena menaiki sapu terbang tanpa seizin Madam Amber dan terbang di depan jendela kantor Profesor Soyeon, tapi Wonwoo malah ditunjuk oleh Profesor Soyeon untuk menjadi anggota tim Quidditch asrama dua sejak tahun pertamanya.
Wonwoo terbenam ke dalam kursi di seberangnya dan makan sepotong Kadal Jahe, merasa sama bingungnya dan kehilangan arah seperti yang dirasakannya pada kesempatan itu. Profesor Soyeon meletakkan catatan Profesor Jiyeon dan memandang Wonwoo dengan sangat serius.
"Mr Jeon, kamu harus berhati-hati." kata Profesor Soyeon.
Wonwoo menelan Kadal Jahenya dan menatapnya. Nada suaranya sama sekali bukanlah yang biasa didengarnya; tidak cepat, pendek dan tegas; tetapi rendah dan cemas dan entah bagaimana lebih manusiawi daripada biasanya.
"Perilaku salah di kelas Lim Jiyeon bisa mengakibatkan kalian lebih dari kehilangan poin asrama dan detensi." imbuh Profesor Soyeon.
"Apa yang Anda-?" kata Wonwoo.
"Jeon Wonwoo, gunakan akal sehatmu. Kamu tahu dari mana dia datang, dari Kementerian Sihir. Kamu pasti tahu kepada siapa dia melapor, ke Lee Sooman." sambar Profesor Soyeon, mendadak kembali ke gaya berbicaranya yang biasa.
Bel akhir pelajaran berdering. Dari atas dan sekitar datang suara gemuruh ratusan siswa yang sedang bergerak.
"Disini dikatakan bahwa dia memberimu detensi setiap malam dalam minggu ini, mulai besok." Profesor Soyeon berkata sambil melihat catatan Profesor Jiyeon lagi.
"Setiap malam dalam minggu ini?! Tapi, Profesor... Tidak bisakah Anda -?" Wonwoo mengulangi dengan terkejut.
"Tidak, aku tidak bisa." kata Profesor Profesor Soyeon dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN : Duty After School | MinWonSeok
FantasyKetika sebuah sekolah yang berisikan kelompok penembak dan kelompok penyihir harus bekerja sama untuk melawan makhluk-makhluk jahat yang datang ke dunia mereka. Mampukah mereka semua selama dalam misi menyelamatkan dunia mereka? *Credits to Harry Po...