Chapter 6

459 44 16
                                    

Tak lupa prefek asrama nomor dua memandu para siswa untuk berjalan menuju ke ruang rekreasi. Betapa terkejutnya para siswa dari kelas penembak saat melihat tangga-tangga besar disini bergerak dengan sendirinya.

"Anjir! Tangganya gerak, Gyu!" kata Dokyeom.

"Iya, woi. Ini tangganya bakal bergerak lagi setiap berapa menit?" kata Mingyu.

"Tangga disini bergerak sesuai dengan keinginan orang yang ingin melewatinya." kata Myungho.

"Oh, begitu. Unik, ya?" kata Seungcheol.

"Disini lukisannya juga bergerak." kata Dino merasa kagum.

"Lukisannya bisa diajak ngobrol gak, ya?" kata Jun.

"Sangat bisa sekali, anak muda." sahut seorang bangsawan dalam lukisan di sebelah Jun.

"Selamat datang di dunia sihir!"

"Kelompok penembak itu juga termasuk dalam dunia sihir, bodoh!"

"Wih, gila sih." kata Mingyu yang juga ikut dibuat kagum sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya para siswa tiba di depan pintu asrama nomor dua dengan lukisan seorang wanita berbadan gemuk dan cantik sedang duduk di meja makan seorang diri.

"Kok belum masuk, sih?" kata Hoshi dari barisan belakang.

"Kita harus mengucapkan kata sandi dulu untuk membuka pintu asrama. Gak langsung dibuka seperti di asramamu." kata Woozi sedikit menoleh ke belakang.

"Ohh... Baiklah." kata Hoshi.

Hoshi berpikir begitu karena memang di asrama kelompok penembak tidak memakai kata sandi dan pintunya dibuka hanya menggunakan kunci yang dibawa oleh prefek mereka.

"Kata sandinya, nak." kata sang wanita dalam lukisan di pintu asrama.

"Mimbulus Mibletonia." kata Baekho, selaku prefek asrama nomor dua yang merupakan siswa tahun kelima.

Setelah kata sandi diucapkan, lukisan untuk membuka jalan dan para siswa pun memasuki asrama mereka dengan disambut dengan ruang rekreasi.

"Selamat datang di asrama nomor dua. Sama seperti Gryffindor, asrama ini menggunakan warna merah sebagai latar belakangnya. Untuk asrama laki-laki ada di sebelah kiri lewat tangga di belakangku ini. Sedangkan untuk asrama perempuan ada di sebelah kanan lewat tangga yang sebelah sana. Jika terjadi sesuatu, kalian bisa menemuiku atau Profesor Minhyun atau Profesor Soyeon." kata Baekho.

"Hawa disini tenang sekali." kata Dino.

"Lebih terang daripada asrama nomor empat." kata Hoshi.

"Sepertinya aku akan betah berada disini." kata Seungcheol.

"Bisa jadi aku akan ketiduran di ruangan ini." kata Dokyeom.

"Benar-benar di luar bayanganku." kata Jun.

Perbedaannya dengan asrama di kelompok penembak yakni asrama penembak memiliki konsep ruang rekreasi yang semi militer, tapi tetap memakai warna latar belakang yang sama sesuai nomor asrama. Selain itu, kamar tidur mereka tidak bisa didekorasi dengan konsep kasual  atau semuanya sendiri dan harus mempertahankan unsur kemiliteran disana.

Banyak culture shock yang didapat oleh Mingyu dan teman-temannya saat memasuki asrama baru mereka. Bagi mereka asrama baru disini terlihat lebih nyaman, karena mereka sering kesulitan tidur di asrama sebelumnya. Tempat tidur mereka juga atas bawah, ada lima dipan, dan bisa memuat sekitar sepuluh anak dalam satu kamar.

Sedangkan di asrama ini hanya akan ada lima anak dalam satu kamar. Wonwoo sekamar dengan Jeonghan, Joshua, Myungho, dan Woozi. Seungkwan dan Vernon sekamar dengan Kino, Wooseok, Seonghwa, dan Jongho.

SEVENTEEN : Duty After School | MinWonSeokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang