Chapter 31

150 14 17
                                    

Profesor Jiyeon akhirnya mengakhiri pidatonya dan kembali duduk. Profesor Jaesuk bertepuk tangan. Para staf mengikuti petunjuknya, walaupun Wonwoo memperhatikan bahwa beberapa di antara mereka menyatukan tangan mereka hanya sekali atau dua kali sebelum berhenti.

Beberapa siswa bergabung, tetapi kebanyakan tidak menyadari akhir pidato karena tidak mendengar lebih dari beberapa kata dan sebelum mereka bisa mulai bertepuk tangan dengan pantas, Profesor Jaesuk telah berdiri lagi.

"Terima kasih banyak, Profesor Jiyeon. Itu sangat menerangkan. Sekarang, seperti yang kukatakan, uji coba Quidditch akan diadakan..." kata Profesor Jaesuk sambil membungkuk kepadanya.

"Ya, tentu sangat menerangkan." kata Jeonghan dengan suara rendah.

"Kamu gak sedang memberitahuku kalau kamu menikmatinya, kan? Itu adalah pidato paling membosankan yang pernah kudengar. Lebih buruk dari pidato Profesor Namjoon." Seungcheol berkata dengan pelan, sambil memalingkan wajah kaku kepada Jeonghan.

"Kubilang menerangkan, bukan menyenangkan. Kata itu menjelaskan banyak hal." kata Jeonghan.

"Benarkah? Terdengar seperti banyak omong kosong bagiku." kata Wonwoo terkejut.

"Ada beberapa hal penting yang tersimpan dalam omong kosong itu." kata Mingyu dengan suram.

"Adakah? Apa itu?" kata Dokyeom dengan hampa.

"Bagaimana dengan: "kemajuan hanya demi adanya kemajuan harus dihindari"? Bagaimana dengan: "memangkas dimanapun kita menemukan praktek-praktek yang harus dilarang"?" kata Mingyu.

"Iya, apa artinya itu?" kata Dokyeom dengan tidak sabar.

"Kuberitahu kalian apa artinya. Artinya adalah Kementerian ikut campur ke Hogwarts." kata Mingyu melalui gigi-gigi yang dikertakkan.

Ada suara berisik dan bantingan di sekitar mereka; Profesor Jaesuk jelas baru membubarkan sekolah karena semua orang sedang berdiri siap untuk meninggalkan Aula. Dokyeom melompat bangkit dan terlihat bingung.

"Gyu, kalian harus menunjukkan kepada anak-anak kelas satu ke mana harus pergi! Panggil Jinsoul untuk membantumu memberitahu mereka!" kata Wonwoo.

"Oh, iya. Hei, hei, kalian semua! Kerdil!" kata Mingyu memanggil para adik kelasnya yang baru itu.

"Mingyu goblok!" seru Dokyeom sambil menapuk kepala Mingyu saking kesalnya.

"Lah, mereka memang begitu. Mereka itu cebol..." kata Mingyu.

"Aku tahu, tapi kau gak boleh memanggil mereka kerdil karena mentang-mentang kamu sebesar ini! Siswa-siswa kelas satu! Lewat sini!" sahut Jinsoul yang kemudian memanggil dengan nada memerintah menyusuri meja.

Sekelompok siswa baru berjalan malu-malu ke celah antara meja asrama dua dengan asrama tiga, semuanya mencoba keras untuk tidak memimpin kelompok itu.

Mereka memang terlihat sangat kecil; Wonwoo yakin dia tidak tampak semuda itu ketika dia tiba di sini. Dia menyeringai kepada mereka. Mereka tampak sama takutnya dan mencuri pandang ngeri kepada Wonwoo yang merasa seringainya menghilang dari wajahnya seperti Getah-Bau.

"Sampai jumpa nanti." kata Wonwoo tanpa minat kepada Dokyeom dan Mingyu.

Wonwoo berjalan keluar dari Great Hall sendirian, melakukan sebisanya untuk mengabaikan lebih banyak bisik-bisik, pandangan dan tunjuk-tunjuk ketika dia lewat. Wonwoo menetapkan matanya ke atas selagi berjalan melalui kerumunan di Aula Depan, lalu dia bergegas menaiki tangga pualam lalu mengambil sejumlah jalan pintas tersembunyi dan segera telah meninggalkan sebagian besar kerumunan di belakang.

Wonwoo telah mencapai akhir koridor ke ruang duduk asrama dua dan berhenti di depan potret Nyonya Gemuk sebelum dia sadar kalau dia tidak tahu kata kunci yang baru.

SEVENTEEN : Duty After School | MinWonSeokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang