Kemudian dengan kepak keras sayapnya, Fawkes kembali melayang di atas dan ada yang terjatuh ke pangkuan Wonwoo yaitu buku harian.
Sesaat, baik Wonwoo maupun Wonjung, dengan tongkat masih terangkat memandang buku harian itu. Kemudian tanpa berpikir dan tanpa pertimbangan seakan sudah sejak semula dia berniat melakukannya, Wonwoo menyambar taring Basilisk di lantai di sebelahnya dan menghunjamkannya tepat ke jantung buku harian itu.
"HEI! APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Tiba-tiba terdengar jeritan panjang mengerikan dan tajam menusuk. Tinta hitam menyembur dari buku harian itu deras sekali dan mengguyur tangan Wonwoo hingga membanjiri lantai.
"AAAKKKHHH... AAAAKKHHHH...."
Wonjung menggeliat dan meliuk, menjerit sambil berusaha menghentikan Wonwoo, tapi kemudian Wonjung telah pergi.
Tongkat Wonwoo terjatuh berdentang ke lantai dan kemudian sunyi. Sunyi kecuali bunyi tetesan tinta yang masih terus mengalir dari buku harian. Racun si Basilisk telah membakar dan meninggalkan lubang berdesis di tengah bukunya.
Gemetar sekujur tubuhnya, Wonwoo bangkit dengan limbung. Kepalanya serasa berputar, seakan dia baru saja bepergian ribuan kilometer dengan bubuk Floo.
Perlahan Wonwoo memungut tongkat dan Topi Seleksi. Kemudian dengan sentakan keras, dicabutnya pedang yang berkilat-kilat dari langit-langit mulut si Basilisk. Kemudian terdengar rintihan pelan dari ujung kamar. Joshua bergerak dan Wonwoo bergegas mendekatinya.
Joshua pun terbangun dan langsung duduk. Matanya yang tercengang bergerak dari sosok raksasa Basilisk yang telah mati, ke arah Wonwoo dengan jubahnya yang basah kuyup oleh darah dan kemudian ke buku harian di tangannya. Joshua bergidik menghela napas dalam-dalam dan air mata mulai membanjiri wajahnya.
"Wonwoo... Wonwoo... Aku berusaha memberitahumu waktu s-sarapan, tapi aku g-gak bisa mengatakannya di depan kak Baekho. Akulah pelakunya, Wonwoo. Tetapi aku... Aku b-bersumpah itu b-bukan mauku. A-Ahn memaksaku, dia membawaku ke sini dan bagaimana kamu bisa membunuh makhluk i-itu? D-di mana Ahn? Yang terakhir kuingat adalah dia keluar dari dalam buku hariannya..." kata Joshua.
"Gakpapa..." kata Wonwoo sambil mengangkat buku harian itu dan menunjukkan lubang taring kepada Joshua.
"Wonjung sudah tamat riwayatnya. Lihat! Dia dan si Basilisk. Ayo, kak Joshua. Kita keluar dari sini..." kata Wonwoo.
"Aku akan dikeluarkan dari sekolah karena ini! A-apa yang akan dikatakan ayah dan ibu nanti?" Joshua tersedu, ketika Wonwoo membantunya berdiri dengan kikuk.
Fawkes menunggu mereka, melayang-layang di pintu masuk kamar. Wonwoo mendorong Joshua untuk maju, kemudian mereka melangkahi gulungan bangkai Basilisk yang tak bergerak, menembus keremangan, dan kembali ke terowongan.
Wonwoo mendengar pintu-pintu batu menutup di belakang mereka dengan bunyi desis pelan. Setelah beberapa menit menelusuri terowongan gelap, telinga Wonwoo menangkap bunyi karang digeser pelan di kejauhan.
"Dokyeom! Kak Joshua selamat! Dia bersamaku sekarang!" teriak Wonwoo, mempercepat langkahnya.
Didengarnya Dokyeom bersorak tersekat. Mereka menikung di belokan berikutnya dan melihat wajah Dokyeom yang bersemangat melongok dari lubang cukup besar yang telah berhasil dibuatnya di reruntuhan karang.
"Joshua! Kamu masih hidup! Aku gak percaya! Apa yang terjadi?" Dokyeom menjulurkan tangan ke dalam lubang untuk menarik Joshua lebih dulu.
Dokyeom berusaha memeluk Joshua, tetapi Joshua mendorongnya sambil terisak-isak.
'Tetapi syukurlah kamu baik-baik saja, Joshua." kata Dokyeom tersenyum kepadanya.
"Semuanya sudah berakhir, sudah... Dari mana datangnya burung itu?" kata Dokyeom pada Wonwoo saat melihat Fawkes sudah menukik turun dan melewati lubang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN : Duty After School | MinWonSeok
FantasyKetika sebuah sekolah yang berisikan kelompok penembak dan kelompok penyihir harus bekerja sama untuk melawan makhluk-makhluk jahat yang datang ke dunia mereka. Mampukah mereka semua selama dalam misi menyelamatkan dunia mereka? *Credits to Harry Po...