Wonwoo mengambil tas sekolahnya dan meninggalkan ruangan itu secepat mungkin. Tetap tenang, katanya pada diri sendiri selagi dia berlari cepat menaiki tangga. Tetap tenang, artinya tidak harus seperti apa yang kita kira.
"Mimbulus mimbletonia!" Wonwoo berkata terengah-engah kepada Nyonya Gemuk yang berayun ke depan seketika.
Suara ribut menderu menyambutnya. Mingyu datang sambil berlari ke arahnya, dengan wajah tersenyum dan menumpahkan Butterbeer ke bagian depan tubuhnya dari piala yang sedang digenggamnya.
"Wonwoo, aku berhasil! Aku masuk, aku menjadi Keeper!" seru Mingyu yang langsung berhambur memeluk Wonwoo.
"Apa? Oh! Hebat, Gyu! Selamat!" kata Wonwoo sambil mencoba tersenyum alami dan ingin membalas pelukan Mingyu, sementara jantungnya terus berpacu dan tangannya berdenyut-denyut dan berdarah.
"Ayo minum Butterbeer. Aku gak bisa mempercayainya. Tapi kemana Dokyeom pergi?" kata Mingyu sambil mendesakkan sebuah botol kepadanya.
"Dia di sana." kata Jun yang juga sedang meneguk Butterbeer,dan menunjuk ke sebuah kursi berlengan di sisi perapian.
Jun dan Myungho juga berhasil menjadi Beater untuk tim Quidditch tahun ini. Dokyeom sedang tertidur di sana dengan minumannya yang miring dengan berbahaya di tangannya.
"Baiklah, dia bilang dia senang sewaktu kuberitahu dia. Bahkan dia berteriak cukup keras tadi saking gak percayanya." kata Mingyu, terlihat sedikit lesu.
"Biarkan dia tidur." kata Joshua dengan segera.
Baru beberapa saat kemudian Wonwoo memperhatikan bahwa beberapa anak kelas satu yang berkumpul di sekitar mereka memiliki tanda-tanda baru mimisan yang tidak salah lagi.
"Kemarilah, Mingyu. Lihat apakah jubah kak Sehun cocok untukmu. kita bisa melepaskan namanya dan menempatkan namamu sebagai gantinya." seru Jeonghan.
Ketika Mingyu beranjak pergi, Jeonghan pun melangkah mendatangi Wonwoo.
"Maaf aku sedikit kasar kepadamu tadi, Wonwoo. Kebijakan tahun ini membuatku stres, kamu tahu? Aku mulai berpikir kadang aku sedikit keras seperti kak Sehun." kata Jeonghan singkat.
Wonwoo sedang mengamati Mingyu melalui tepi pialanya dengan wajah sedikit cemberut.
"Lihat, aku tahu Mingyu itu pacarmu, tapi dia gak sehebat itu. Walau kukira dengan sedikit latihan dia akan baik-baik saja. Mingyu datang dari keluarga pemain Quidditch yang bagus. Sejujurnya, aku berharap padanya untuk memiliki bakat yang lebih sedikit dari yang diperlihatkannya hari ini. Ngomong-ngomong, kita akan melakukan sesi latihan pertama jam dua besok, jadi pastikan kamu ada di sana kali ini. Dan tolong aku dengan membantu Mingyu sejauh yang kamu bisa. Oke?" kata Jeonghan dengan terus-terang.
Wonwoo mengangguk dan Jeonghan berjalan kembali ke Seungcheol. Wonwoo pindah untuk duduk di sebelah Dokyeom, yang tersentak bangun ketika Wonwoo meletakkan tasnya.
"Oh, Wonwoo, ternyata kamu. Tentang Mingyu itu keren, bukan? Aku hanya begitu letih. Aku harus membuat banyak topi wol hari ini, tapi topi itu menghilang begitu saja." kata Dokyeom dengan mata berkaca-kaca dan menguap.
Dan benar juga sekarang setelah diperhatikannya, Wonwoo melihat bahwa tidak ada topi wol yang tersembunyi di sekitar ruangan itu yang bisa dipungut peri-peri yang tidak waspada.
"Bagus... Dengar, Dokyeom. Aku baru saja di kantor Profesor Jiyeon dan dia menyentuh lenganku." kata Wonwoo dengan pikiran kacau dan menjelaskannya sama seperti yang ia sampaikan pada Mingyu.
Dokyeom mendengarkan dengan seksama, "Kamu khawatir Kamu-Tahu-Siapa sedang mengendalikan nenek sihir itu seperti dia mengendalikan Joshua, kan?" katanya setelah Wonwoo selesai menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN : Duty After School | MinWonSeok
FantasyKetika sebuah sekolah yang berisikan kelompok penembak dan kelompok penyihir harus bekerja sama untuk melawan makhluk-makhluk jahat yang datang ke dunia mereka. Mampukah mereka semua selama dalam misi menyelamatkan dunia mereka? *Credits to Harry Po...