Chapter 18

186 20 4
                                    

Pertandingan Quidditch berikutnya bagi asrama dua adalah melawan asrama tiga. Sehun memaksa timnya latihan setiap malam sehabis makan, sehingga Wonwoo nyaris tidak punya waktu kecuali untuk Quidditch dan
mengerjakan PR.

Meskipun demikian sesi latihan mulai membaik atau paling tidak bertambah kering dan pada malam sebelum pertandingan hari Sabtu, Wonwoo naik ke kamarnya untuk mengembalikan sapunya karena merasa kesempatan asramanya untuk memenangkan Piala Quidditch tidak pernah sebaik ini.

Tetapi suasana hatinya yang gembira tidak berlangsung lama. Di puncak
tangga yang menuju ke kamar, dia bertemu Woozi yang kelihatan kalut.

"Wonwoo, aku gak tahu siapa yang melakukannya. Aku baru saja
menemukan..."

Memandang Wonwoo ketakutan, Woozi mendorong pintu kamar sampai terbuka. Disana terlihat isi koper Wonwoo dilemparkan ke mana-mana. Jubahnya tergeletak robek di lantai. Seprai dan selimut dicopot dari tempat tidurnya dan laci lemari di sebelah tempat tidurnya ditarik terbuka, isinya bertebaran di atas kasur.

Wonwoo berjalan ke tempat tidurnya, melongo sambil menginjak beberapa halaman buku berjudul Tamasya dengan Troll yang lepas. Ketika Wonwoo dan Woozi sedang menarik selimut kembali ke atas tempat
tidurnya, Jeonghan, Joshua, dan Myungho masuk. Myungho langsung mengumpat keras.

"Bajingan... Apa yang terjadi, kak Wonwoo?" kata Myungho.

"Entahlah..." kata Wonwoo.

Mingyu yang kebetulan melewati kamar Wonwoo pun juga ikut masuk dan terkejut saat melihat kondisi kamar mereka. Mingyu kemudian memeriksa jubah-jubah Wonwoo. Semua kantongnya menggantung keluar.

"Ada orang yang mencari-cari sesuatu. Apakah ada yang hilang?" kata Mingyu.

Wonwoo mulai memunguti semua barangnya dan melemparkannya ke dalam kopernya. Setelah melemparkan buku komiknya, barulah dia sadar apa yang tidak ada.

"Buku harian Wonjung hilang." katanya pelan kepada Mingyu.

"Apa?" kata Mingyu.

Wonwoo mengedikkan kepala ke arah pintu kamar dan Mingyu mengikutinya keluar. Mereka bergegas kembali ke ruang rekreasi asrama dua yang sudah setengah kosong dan bergabung dengan Dokyeom yang duduk sendirian sambil membaca buku berjudul Mempelajari Rune Kuno dengan Mudah. Dokyeom pun kaget sekali saat mendengar berita itu.

"Tapi, hanya anak asrama dua yang bisa mencurinya. Gak ada anak lain yang tahu kata kunci kita..." kata Dokyeom.

"Justru itu." kata Wonwoo.

•••

Mereka terbangun keesokan harinya disambut sinar matahari yang cerah dan angin sepoi menyegarkan.

"Kondisi sempurna untuk Quidditch!" kata Sehun antusias di meja asramanya sambil mengisi piring-piring anggota timnya dengan telur orak-arik.

"Wonwoo, ayo. Kau perlu sarapan yang cukup." kata Sehun.

Wonwoo sejak tadi hanya memandang meja asrama dua yang penuh sambil bertanya dalam hati jika pemilik baru buku harian Wonjung ada di depan matanya.

Dokyeom sudah mendesaknya untuk melaporkan pencurian ini, tetapi Wonwoo tidak mau. Nanti dia terpaksa harus menceritakan kepada seorang guru tentang buku harian ini, dan berapa orang yang tahu kenapa Hagrid dikeluarkan lima puluh tahun lalu? Wonwoo tak ingin menjadi orang yang mengungkit-ungkitnya.

Selagi Wonwoo meninggalkan Aula Besar bersama Mingyu dan Dokyeom untuk mengambil peralatan Quidditch-nya, daftar kesulitan Wonwoo yang sudah banyak bertambah dengan kesulitan baru yang sangat serius. Wonwoo baru saja menginjakkan kaki di tangga pualam, ketika dia mendengar suara itu lagi.

SEVENTEEN : Duty After School | MinWonSeokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang