Ketika mereka memasuki ruang kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka menemukan Profesor Jiyeon telah duduk di meja guru, memakai kardigan merah muda berbulu dari malam sebelumnya dan pita beludru hitam di puncak kepalanya. Wonwoo lagi-lagi teringat akan seekor lalat besar yang bertengger di atas seekor katak yang bahkan lebih besar.
Kelas terdiam sangat memasuki ruangan; Profesor Jiyeon masih merupakan hal yang belum diketahui dan tak seorangpun tahu seberapa tegas pendapatnya mengenai disiplin.
"Baiklah, selamat sore!" kata Profesor Jiyeon ketika akhirnya seluruh kelas telah duduk dan beberapa orang menggumamkan "selamat sore" sebagai jawaban.
"Ck... ck... Itu gak bisa diterima, benar bukan? Aku ingin kalian menjawab salamku dengan baik. Tolong satu kali lagi. Selamat sore, kelas!" kata Profesor Jiyeon.
"Selamat sore, Profesor Jiyeon." Para siswa menyanyi balik kepadanya.
"Begitu... Gak terlalu sulit, bukan? Tolong simpan tongkat dan keluarkan pena bulu." kata Profesor Jiyeon.
Banyak siswa yang saling berpandangan dengan murung karena perintah untuk menyimpan tongkat belum pernah diikuti dengan pelajaran yang mereka anggap menarik. Wonwoo menyodokkan tongkatnya kembali ke dalam tasnya dan menarik keluar pena bulu, tinta dan perkamen.
Profeser Jiyeon membuka tas tangannya, mengeluarkan tongkatnya sendiri yang tidak biasanya sangat pendek, dan mengetuk papan tulis keras-keras dengan tongkatnya nya lalu kata-kata bermunculan di papan seketika.
Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam
Kembali ke Prinsip-Prinsip Dasar
"Yang kalian pelajari dalam mata pelajaran ini agak kacau dan sepenggal-sepenggal, bukan? Pergantian guru yang terus-menerus, banyak di antaranya tampaknya gak mengikuti kurikulum yang disetujui Kementerian. Sayangnya hal itu mengakibatkan kalian berada jauh di bawah standar yang kami harapkan di tahun OWL kalian." kata Profesor Jiyeon, sambil berpaling menghadap kelas dengan tangan terdekap rapi di depannya.
"Akan tetapi, kalian akan senang mengetahui bahwa masalah-masalah ini sekarang akan diperbaiki. Kita sekarang akan mengikuti pelajaran sihir pertahanan yang terstruktur dengan hati-hati, berpusatkan pada teori dan disetujui Kementerian tahun ini. Tolong salin yang berikut ini." imbuhnya.
Profesor Jiyeon mengetuk papan tulis lagi; pesan pertama menghilang dan digantikan dengan "Sasaran Pelajaran".
1. Mengerti prinsip-prinsip yang mendasari sihir pertahanan.
2. Belajar mengenali situasi-situasi di mana sihir pertahanan dapat digunakan secara legal.
3. Menempatkan penggunaan sihir pertahanan dalam konteks untuk kegunaan praktis.
Selama beberapa menit ruangan penuh dengan suara gesekan pena bulu pada perkamen.
"Sudahkah semua orang memiliki salinan Teori Sihir Pertahanan oleh Wilbert Slinkhard?" tanya Profesor Jiyeon ketika semua siswa telah selesai menyalin ketiga sasaran pelajarannya.
Ada gumaman bosan mengiyakan dari seluruh kelas.
"Kukira kita akan mencoba lagi. Ketika aku bertanya kepada kalian, aku ingin kalian menjawab, "Ya, Profesor Jiyeon", atau "Tidak, Profesor Jiyeon". Jadi: sudahkah semua orang memiliki salinan Teori Sihir Pertahanan oleh Wilbert Slinkhard?" kata Profesor Jiyeon.
"Ya, Profesor Jiyeon." jawab para siswa di seluruh ruangan itu.
"Bagus. Aku ingin kalian membalik ke halaman lima dan membaca Bab Satu, Dasar-Dasar untuk Pemula. Gak perlu berbicara." kata Profesor Jiyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN : Duty After School | MinWonSeok
FantasíaKetika sebuah sekolah yang berisikan kelompok penembak dan kelompok penyihir harus bekerja sama untuk melawan makhluk-makhluk jahat yang datang ke dunia mereka. Mampukah mereka semua selama dalam misi menyelamatkan dunia mereka? *Credits to Harry Po...