Louise dan Keiser datang dari arah hutan. Wajah Louise benar-benar terlihat frustasi. Darian menanyakannya pada Keiser apa maksud dari wajah kesal Louise.Keiser meletakkan satu buntalan penuh burung elang besar didekat perapian yang Darian buat dengan tangannya dan sedikit tertawa.
"Ini soal harga diri. Selama dua jam tadi kami tak menemukan satupun hewan besar, hanya elang-elang ini saja dan itu mencoreng harga dirinya. Haha" Keiser tertawa yang diikuti yang lainnya.
"Hei! kenapa kalian tertawa? Aku adalah serigala pemburu paling handal di klan-ku tapi hutan ini tak memiliki satupun hewan buas yang setara untuk menjadi lawan dan santapanku. Bagaimana harga diriku tak tercoreng?" Louise protes sendiri.
"Ha.ha.ha. Baiklah tuan muda serigala pemburu paling handal di klan-nya, Anda tentu lapar, bukan? Mari makan, mau saya suapkan sekalian?" Canda Ramond.
"Tidak lucu." Louise duduk dengan kesal.
Mereka membakar elang-elang hasil perburuan di perapian yang Darian buat.
Enrique sedang menahan pusing yang tiba-tiba kembali ia rasakan, obatnya sudah habis untuk Neil namun ia harus bisa kuat menahan agar tak merepotkan teman-temannya. Ramond tau, namun Enrique tidak mau yang lain tau, Ramond harus diam. Si griffin menyiapkan makanannya untuk Enrique, setidaknya sahabatnya tidak boleh bergerak banyak atau energinya akan terkuras.
Mereka makan dengan lahap satu sama lain membagi perburuan ini rata. Darian duduk disamping Alaric yang sedari tadi diam bahkan disaat yang lain tertawa karena Keiser dan Louise. Ia hanya tertawa sebentar.
"Al? kau tak apa? Daritadi kau diam" Tanya Darian.
"Ya. aku baik-baik saja" Jawabnya acuh.
"Jika ini soal Cyra, aku minta maaf."
Alaric memicing, "Cyra?"
"Maaf. Lady Cyra. Jika ini tentang Lady Cyra, aku minta maaf kalau itu mengganggu pikiranmu"
Darian hampir saja membuat Alaric salah paham. Hanya Alariclah yang selama ini bisa memanggil Lady Cyra hanya dengan namanya saja. Ia begitu menyayangi kakaknya seperti Cyra menyayanginya.
Dan untuk Alaric fakta bahwa kemungkinan Darian ada sesuatu dengan Cyra jelas mengusik hatinya.
Wanita yang sedang menjadi topik kedua pria dewasa ini justru sedang sibuk memata-matai tersangka pencuri medium cawan suci. Cyra dan kedua temannya itu membuntuti kemana ash phoenix ini pergi. Penglihatan Ruby membantu mereka karena jarak pengintaian mereka terlampau jauh.
"Tapi, Entah mengapa aku yakin ada yang berbeda dari serpihan ini" Ucap Cyra kepada kedua temannya.
"Ya, mungkin saja karena pecah energi medium ini berkurang, Lady? Itu mungkin saja bisa terjadi, bukan? Kita tak pernah punya pengalaman benda pusaka sepenting ini."tutur Contessa.
"SSSHHHH! sepertinya ia akan mendekat. Aku mencium aroma tubuhnya.Kita harus menangkapnya segera" mata Ruby sudah bercahaya biru, tanda ia bersiap siaga memburu.
Ash phoenix incaran mereka bertiga berjalan dengan santai tak sadar bahwa ada tiga wanita yang kapan saja siap menangkapnya. Ketiga wanita ini masih membuntuti seorang lelaki muda yang mungkin berumur tidak jauh berbeda dibawah mereka. Sangat muda untuk berani menjadi seorang pencuri.
"Aba-aba jika sekiranya dia sudah dekat, Ruby."Kata Contessa. Ruby hanya mengangguk dan menjawab sebentar lagi.
Pemuda itu mendekat dan tepat ia berada dijalan yang sudah cukup sepi dari beberapa saat lalu. Cyra, Ruby dan Contessa memandang satu sama lain dan mengangguk. Itu aba-aba mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNREALM CHAMBER || Enhypen Fantasy [END]
FantasyNegri Aramoor ada dalam jarak jangka jutaan kilau cahaya dari multiverse. Negri yang dipenuhi oleh para makhluk-makhluk mistis dengan klan paling terkuat dimuka bumi ini sudah hidup mandiri jauh dari peradaban manusia. Dirajai oleh Klan pegasus, KLA...