#12 - PULANG

172 16 3
                                    

Portal itu segera tertutup kembali saat ketujuh sahabat ini sudah berada diluar portal. Lelah. Mereka semua langsung terduduk bahkan beberap ada yang langsung merebahkan tubuhnya diatas tanah. Perjalanan mereka beberapa hari kemarin benar-benar menguras seluruh tenaga mereka.

Enrique menggenggam berlian merah erat-erat ditangannya. Setidaknya pucatnya sudah hilang dan energi ditubuhnya berangsur pulih.

Mereka tersenyum satu sama lain dan tertawa. Ujian berat seperti baru saja mereka lewati.

"Ayo pulang.." lirih Alaric dengan bangga.

Yang lain mengangguk. Dengan sisa tenaga mereka, kecuali Neil dan Enrique sudah berubah menjadi wujud lain dan terbang bersama. Enrique sudah duduk diatas punggung Ramond.

Misi rahasia yang tak diketahui satupun rakyat Aramoor. Untung guratan senja sudah terlihat saat ini membuat penghuni rumah sudah berada didalam rumah masing-masing menyalakan perapian, makan malam keluarga atau para orangtua yang membantu PR sekolah anak-anak mereka. Ketujuh sahabat ini terbang menyusuri pinggir desa hingga menuju aula singgasana kerajaan saat Raja Lionel sudah menunggu kehadiran mereka ditemani oleh Ratu, Ruby dan Contessa yang terlihat disana.

Dengan keadaan baju lusuh bersimbah tanah, luka dan darah mereka bertujuh bersimpuh dihadapan ayah Alaric. Sang Ratu langsung menghampiri Alaric dan memeluk calon raja Aramoor.

"Demi selen! Ibu benar-benar mengkhawatirkan kalian, mengkhawatirkanmu, Al" kata sang ratu melepas pelukannya dan menangkup rahan Alaric dengan mata berkaca.

Alaric tersenyum "Kami sudah disini, bu. Kami bertahan untuk kembali." Sang Ratu tersenyum mengangguk.

Alaric melihat sekitar, tersenyum masih bersemangat mencari seseorang yang seharusnya sama bahagianya dengan ibunya yang langsung memeluk seperti tadi, "Dimana Cyra?"

Pertanyaan itu membuat Darian dan lainnya menoleh dan mencari sosok kakak Alaric juga setelah diminta kembali berdiri oleh Pegarian Agung setelah persimpuhan hormat mereka.

Tiba-tiba Ratu menyeka airmata nya menahan isak tangis yang mungkin saja datang sebelum sang pegarian menyela.

"Kalian bertujuh. obati luka kalian, bersihkan diri kalian. Berisitirahatlah dulu." Kata sang Pegarian.

"Dimana Cyra, ayah?" Tanya Alaric memaksa, ia mulai khawatir dengan ketidakhadiran kakaknya.

"Ada. Tapi keadaannya sedang tidak baik. Kalian obati dan beristirahatlah sebentar, setelah itu ayah baru ijinkan kalian menemui Cyra" jelas sang Pegarian.

Tanpa aba-aba mata Alaric nanar, ia mengingat kejadian di gua berlian merah. Kakinya langsung melangkah dan cepat menarik kedua kerah Darian kuat-kuat.
"SUDAH KUBILANG! LIHAT? SEKARANG BISA JADI KAKAKKU DALAM BAHAYA! SUD--"

"ALARIC CUKUP! TURUTI PERINTAH AYAH! KALIAN CEPAT LERAI MEREKA DAN BERSIHKAN DIRI KALIAN," Sang Pegarin mengatur nafas tak mau membuat keadaan semakin runyam, "...setelah itu kalian bisa menemui Cyra" sela Sang Pegarian dan sebelum yang lain melerai dan menarik tangan Alaric dari kerah Darian, Alaric sudah melepas kasar dan mendengus.

Alaric berjalan duluan dengan cepat. Ia harus mengobati lukanya dengan cepat agar ia bisa menemui kakaknya segera. Alaric menahan tangis, ia benar-benar takut dengan keadaan kakak yang paling dia sayang. Darian melihat punggung Alaric berlalu, pedang panjang seperti menusuk tepat dihatinya melihat bagaimana sahabatnya begitu marah terhadapnya. Rasa bersalah menenggelamkan dirinya saat ini. Ia mengepalkan tangannya sendiri erat-erat. Ia marah dengan keadaan.

"Aku baik-baik saja, Al. tidak apa-apa." Kata Cyra saat Alaric langsung memeluk kakaknya sesaat setelah adiknya dan semua orang menjenguknya. Cyra terbaring di kasurnya lemah. Ditemani Contessa dan Ruby setelah pingsan setelah kejadian kemarin.

SUNREALM CHAMBER || Enhypen Fantasy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang