#9 - RASA TAKUT

205 20 4
                                    




"Cyra? CYRA!!" Alaric berteriak. Ia benar-benar mendengar Cyra meminta tolong.

"Dia tak mungkin ada disini, Al. Tapi telingaku juga jelas mendengarnya. CYRA!! KAU DIMANA?" Darian ikut panik. Itu suara Cyra berteriak meminta tolong dengan nada tangis yang merintih keras.

Alaric tak acuh. Ia fokus mencari sumber suara. Kakak kesayangannya itu meminta pertolongan.

Saat Louise mencari cara untuk tidak menusuk Ruby didepannya, ada Keiser yang entah kenapa dibayangannya tak bisa mengontrol api yang keluar dari tubuh phoenix nya dan hampir membakar kekasih yang begitu ia cintai didepannya itu.

Di lain tempat ada bayangan Neil melihat Contessa menangis membelai kedua rahangnya, berbisik "kau tidak boleh mencintaiku, Neil. Kita ini saudara" terngiang dan membuat hati Neil hancur. Dan bayangan Contessa yang menjauh pergi setelah itu yang membuat hancur hatinya semakin berantakan.

Sir Romand yang dilihat oleh Ramond mencoba membunuh dirinya sendiri karena tak bisa melatih Ramond sesuai dengan kemauannya. Ramond merasa ia sudah mengecewakan ayahnya dan bukan ini akhir yang Ramond mau. ia benar-benar menangis melihat ayahnya yang ingin menghunuskan pedang ke arah perutnya sendiri disaat ia tak bisa berbuat apa-apa karena kakinya seperti tertancap ditanah.

Halusinasi yang tergambar pada setiap kepala menggambarkan ketakutan-ketakutan terdalam yang sedang mereka rasakan. Tentu apa yang mereka lihat hanyalah fiktif. Tak nyata naun terasa begitu ada disana. Dan bahayanya, tak ada satupun yang sadar dengan apa yang tanah hijau ini lakukan dengan mereka.

Setelah satu jam lebih berlalu, entah sihir apa yang Darian punya, namun akal dan logika miliknyalah yang kembali paling pertama saat dengan tegas ia mencoba memejamkan matanya dan fokus dengan apa yang ia pijak sekarang. Ia terbantu dengan kekuatan hipnotisnya sendiri.

"Tidak. Ini pasti ladang fearhalc yang diucapkan di buku itu. Ini benar nyata. Sial!"

Darian mencoba untuk menghampiri teman-temannya, menggoyangkan badan mereka namun hasilnya nihil. Darian membanting diriya ke atas tanah, mengeluh. Ia melihat satu-satu temannya bagaimana mereka sedang menghadapi ketakutan-ketakutan mereka sendiri dan itu membuat hati Darian semakin sedih. Ini tidak nyata, mereka tidak perlu sesengsara saat ini. Ini hanya mimpi buruk yang dibuat oleh sihir.

Darian kembali berdiri dengan segala tekad yang ia punya. Teman-temannya harus bangun, waktu mereka sangat tidak banyak. Ia menghampiri Alaric lebih dulu, dibanding lainnya hanya ia dan Alaric yang halusinasinya hanya suara.

Darian memegang kedua lengan Alaric, berkonsentrasi penuh agar ia bisa melawan sihir halusinasi ditempat luas ini. "Alaric, lihat mataku!" Alaric tak acuh beberapa kali hingga ia benar-benar melihat mata Darian dan mematung.

Mata naga Darian menyala. Putih membiru bercampur. Matanya tajam untuk bisa masuk kedalam alam bawah sadar yang ada didepannya.

Sadarlah. Ini bukan apa yang kau pikirkan. Darian mencoba melemparkan pesan lewat hipnotisnya.

Darian sedikit berkeringat. Ia harus melawan kekuatan sihir besar diatas ladang luas ini tentu memakan banyak sekali tenaga sihirnya sendiri. Dua menit. Butuh waktu dua menit hingga Alaric mengedip dan kembali sadar.

"Aku merasakan lelah yang sangat, Darian. Gila! apa itu tadi?"

"Fearhalc . ladang mitos itu benar ada. Ini tempatnya" Darian menunduk menekan lututnya sendiri sambil mengatur nafas sebelum harus menghipnotis lima lainnya.

Hampir dua jam hingga semua akhirnya sadar. Yang lain membutuhkan lebih banyak waktu karena jiwa mereka sudah seperti akan tersirap oleh ketakutannya sendiri.

SUNREALM CHAMBER || Enhypen Fantasy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang