AROMA masakan Garda menguar, siapa pun setuju jika masakan Garda sangat ampuh sekali untuk menggugah selera.
Fika menunggu dengan tidak sabar. Sesekali ia berkomentar betapa lelahnya menunggu Garda merampungkan masakannya. Fika tidak sendiri, ia sudah duduk manis menunggu bersama dengan David, Atik, serta Tedjo.
Walau dikenal keras, David tetaplah seorang majikan yang memperlakukan pekerja rumahnya dengan manusiawi. David tidak pernah sungkan mengajak sepasang suami istri paruh baya yang telah mengabdikan diri bersamanya hampir 20 tahun lamanya untuk makan bersama di meja makan.
Satu mangkuk ukuran besar berisi cumi bumbu hitam Garda hidangkan. Tanpa bisa menahan diri, Fika menjadi orang pertama yang menyodokan nasi ke piring dan mengambil sendokan pertama menu hidangan buatan Garda.
"Pelan-pelan makannya," David menegur, sedangkan yang ditegur sama sekali tak menggubris dan sibuk dengan kegiatan makannya.
Atik menawarkan diri untuk melayani David. Setelahnya, Atik langsung melayani suaminya dan juga Garda.
"Kenyang banget ini mah." Fika mengusap-usap perutnya yang terasa begah.
Garda tertawa pelan. "Enak banget?"
"Banget," balas Fika tersenyum senang.
"Hati-hati pas belajar malah tidur karna kekenyangan," David kembali menegur.
"Nggak lah," balas Fika mendelik, malas jika sudah dikait-kaitkan dengan belajar. Fika bangkit dari duduknya, tak ada niatan menunggu yang lain untuk menyelesaikan makan. "Fika mau ke kamar, mau langsung belajar."
"Duluan semuanya," lanjutnya, tungkainya bergerak menjauh dari ruang makan.
"Kayanya Non Fika emang harus dimasakin cumi buatan Den Garda. Soalnya selalu semangat belajar kalo udah makan masakan Den Garda." Tedjo berucap tanpa sungkan, senyum tipisnya ia tampakkan.
Garda hanya menanggapinya dengan tertawa pelan.
Fika menutup pintu kamarnya, tungkainya terajut menghampiri meja belajar.
Sebelum memulai sesi belajar, Fika menyempatkan diri untuk bermain ponsel. Rutinitas ini selalu ia lakukan sebelum bergumul dengan beragam soal dan materi pelajaran guna menghibur diri sejenak.
Tanpa merasa ada yang janggal, begitu sebuah notif pesan WhatsApp masuk, Fika langsung membukanya. Dahinya mengerut, satu buah pesan datang dari nomor asing.
"Siapa, nih."
0813-2141-57**
Keningnya semakin kentara mengerut, bahkan kedua halisnya menukik hampir bersentuhan. Fika mengenali perempuan ini walau memakai masker, hanya saja untuk apa sosok tersebut mengirim foto Zara kepadanya. Namun, siapa gerangan laki-laki yang tengah berpelukan bersama Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKA DAN EKSPEKTASI [BELUM END-TAHAP REVISI]
Teen FictionAwalnya, Fika kira hidupnya hanya akan dihabiskan untuk memenuhi seluruh ekspektasi ayahnya yang menginginkan Fika untuk meraih angka-angka favoritnya. Namun, pasca masuknya nomor asing yang tidak Fika ketahui, hidupnya perlahan-lahan mulai berubah...