23 - Meet

192 63 99
                                    

FIKA menatap kedua kakinya yang masih terbalut sepatu sekolah. Di tengah-tengah ramainya siswa-siswi yang sedang berlalu-lalang untuk kembali pulang ke rumah, Fika malah diam seperti orang bingung.

Pada akhirnya Fika hanya menghela, kemudian mulai menaiki sepedanya.

Fika melempar tas punggungnya sembarangan, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Fika menatap langit-langit kamarnya, pikirannya langsung menerawang jauh.

'Menurut gue, semua ini bisa mengarah ke semacam musuh dalam selimut. Lo harus hati-hati dalam ngambil tindakan, sekecil apa pun itu. Gue enggak bermaksud apa-apa, cuma semua orang yang deket sama lo patut lo waspadain. Siapa pun itu, termasuk Bang Arthur sekali pun.'

Mencurigai Arthur? Haruskah Fika bersikap waspada?

Fika mengubah posisinya menjadi duduk, ia tidak mau tinggal diam saja dan menunggu sosok misterius itu menghubunginya. Selama ini, sosok tersebut sangat lamban sekali memberi informasi, saking lambannya Fika kadang nyaris lupa kalau dia sedang diajak untuk melakukan misi mengungkap sosok yang ada di dalam foto tersebut.

'Kak Fika enggak pernah kepikiran buat nyari informasi ke kamarnya Bang Garda? Siapa tahu Bang Garda ada nyembunyiin sesuatu.'

Teringat akan perkataan Kinan sebelum mereka berpisah tadi, Fika lantas bergegas masuk ke kamar Garda. Mengingat kakaknya itu memiliki kebiasaan tidak pernah mengunci kamarnya, mempermudah Fika untuk masuk ke kamar kakaknya tanpa harus mencari kunci ganda atau mencari akal untuk bisa masuk.

Fika menutup pintu kamar Garda dengan pelan, matanya mulai bergerilya menyapu seluruh bagian kamar.

"Kenapa gue deg-degan banget."

Fika berjalan mendekati meja belajar Garda, membuka beberapa laci, kemudian memeriksa seluruh buku sekolah Garda yang tertata rapi. Tidak mendapat hasil, Fika bergerak membuka lemari pakaian Garda, memeriksa setiap bagiannya pula. Tidak sampai disitu, Fika kembali memeriksa nakas, lemari sepatu, bahkan kamar mandi sekali pun.

Fika berkacak pinggang, sebelah tangannya digunakan untuk meremas rambutnya sendiri. Fika merasa putus asa karena tidak mendapat informasi atau bukti sedikit pun.

"Gak ada apa-apa. Kalo kaya gini bisa-bisa gue bakal lama mecahin masalahnya."

Fika mendengkus. "Masa iya ada di bawah kasur," katanya seraya memeriksa bagian bawah kasur Garda. "Tuh kan, cuma ... ehh."

Fika tertegun ketika matanya menangkap sebuah kotak kado di antara kotak-kotak lainnya. Fika mengeluarkan kotak tersebut, kemudian duduk berselonjor seraya bersandar pada tepi kasur.

Gumpalan debu menutupi bagian atas tutup kotak itu, Fika lantas menepuk-nepuk bagian tersebut. "Berdebu banget."

Fika membuka kotaknya, lantas matanya langsung disuguhi oleh banyaknya lembaran foto yang sudah hampir termakan usia. Fika mulai melihat satu persatu foto yang terlihat diambil dari bermacam-macam angel.

Fika tersenyum ketika melihat Garda kecil tengah berpose manis menatap kamera seraya menampilkan jajaran giginya yang terlihat ompong di bagian depan. Kenapa Garda terlihat manis sekali.

Di tengah asiknya melihat foto, gerakan tangan Fika terhenti ketika matanya menangkap foto yang menurutnya begitu asing untuk dipandang. Fika masih bisa mengenali sosok Garda kecil dan ayahnya yang terlihat masih cukup muda, tapi ... siapa sosok anak kecil perempuan ini? Kenapa Garda terlihat memeluk anak perempuan itu mesra layaknya pelukan seorang kakak laki-laki kepada adik perempuannya? Bahkan, Fika semakin dibuat penasaran dengan hasil jepretan foto selanjutnya yang menampilkan sosok wanita yang tengah menggandeng mesra lengan ayahnya.

ANGKA DAN EKSPEKTASI [BELUM END-TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang