15 - PET SHOP

258 75 107
                                    

SEBELUMNYA Garda sudah memberi penawaran pada Fika untuk pergi menggunakan mobil karena hujan masih belum reda. Namun, Fika tetap bersikukuh pergi dengan memakai motor dengan alasan ia masih memiliki jas hujan untuk melindungi tubuhnya. Garda sama sekali tidak bisa menolak karena masalah yang timbul kemarin membuatnya sungkan.

Beberapa kali tangannya menjulur mengusap wajah yang terkena hantaman air hujan. Salah Garda sendiri karena lebih memilih memakai helm tanpa kaca. Di belakangnya, Fika duduk anteng. Sesekali ia melirik Fika dari kaca spion, senyum tipisnya terukir.

Motor Garda menepi, masuk ke tempat area Pet Shop. Fika menyerahkan jas hujannya pada Garda tanpa memberi tatap sama sekali. Hela napasnya mengudara, Garda harus ekstra sabar jika sedang bermasalah dengan Fika. Sebab, jika ia terlalu gegabah mengambil sikap dan berakhir keliru, Fika akan semakin meradang dan menjauhinya.

Sungguh tidak nyaman jika berada di dekat orang yang sudah menumbuhkan rasa tidak nyaman itu sendiri. Fika berusaha mati-matian untuk bersikap biasa saja kendati sebenarnya ia masih didera sakit hati yang masih menetap.

"Selamat datang di Yuni Store. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang pelayan menyapa Fika tepat di depan pintu masuk.

Fika mengangguk sopan. "Aku mau beli makan sama perlengkapan buat kucing. Kebetulan aku baru punya kucing, jadi mau sekalian minta tolong buat milih-milih."

Pelayan itu tersenyum ramah, kemudian menuntun Fika masuk ke dalam.

Garda mengalihkan tatap setelah Fika benar-benar menghilang dari pandangan. Kakinya ia giring menuju kursi yang disediakan oleh pemilik toko. Di tengah-tengah kesibukannya menunggu Fika, ia mengalihkan rasa bosannya dengan bermain ponsel.

Jauh di dalam hatinya, Garda masih merasa tidak enak pada Fika. Mengingat kejadian kemarin tentu menghadirkan perasaan tidak tenang setiap kali tangis Fika kembali terbayang. Tadi malam ia rela begadang hanya untuk membaca ulang setiap dialog yang terjadi di antara dirinya dan Zara, tentu setelahnya Garda bisa turut merasakan perasaan sakit hati yang Fika rasakan.

Fika juga selalu menghindar agar tidak tercipta kontak mata dengannya. Setiap kali Garda berbicara, Fika pasti selalu mengalibi dengan melakukan kegiatan sebagai bahan elak.

"Kak Garda?"

Garda refleks berdiri. "Udah belinya, Fika?"

Garda mematung setelah mendapati orang yang memanggilnya ternyata bukanlah Fika. Pikirannya memang sedang dipenuhi dengan Fika sampai-sampai realitanya turut terpengaruh.

Lengkung bibir Zara memudar, ia merasa tersinggung dengan sebutan yang Garda julukan padanya. "Kak Garda kenapa ada di sini?"

Kepalanya menggulir ke dalam, dilihatnya Fika yang masih sibuk memilih. Buru-buru Garda menarik Zara menjauh, mengantisipasi agar sesuatu tidak terjadi.

Raut bingung Zara ia tampakkan. "Kenapa, sih?"

Garda melepaskan genggamannya. "Kenapa ada di sini?"

"Kenapa balik nanya?" Zara mencebik bibirnya kesal.

Garda meraup wajahnya kasar. "Gue lagi nemenin Fika beli makanan kucing. Lo di sini ngapain?"

"Oh. Aku mau ngasih pesenan bunga dari customer. Kebetulan customer-nya yang punya Pet Shop itu."

"Kalo gitu tunggu dulu gue sama Fika balik, abis itu lo baru kasihin bunganya ke dalem, ya."

ANGKA DAN EKSPEKTASI [BELUM END-TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang