JAM KOSONG merupakan saat-saat yang paling membahagiakan bagi para siswa ketika ketua kelas mengabarkan bahwasannya para guru sedang melakukan rapat untuk membicarakan seputar kegiatan esok hari yakni kegiatan pelaksanaan seleksi olimpiade.
Sementara itu, para kandidat yang ikut serta dalam pelaksanaan program ini sudah diberikan arahan untuk berkumpul di aula utama sekolah SMA Ardwana. Ketua OSIS SMA Ardwana selaku pembicara sedang memberikan arahan di depan para kandidat siswa sebelum akhirnya Kepala Sekolah memberikan wejangan dan motivasi pembangkit semangat untuk para siswa yang akan berlaga di kompetisi ini.
Sorak penuh semangat menjadi akhir penutup pertemuan kali ini. Para siswa membubarkan diri berteman dengan ucapan-ucapan yang mengudara berbaur menjadi satu. Bersamaan dengan selesainya pertemuan, bel panjang turut serta berdering menjadi pertanda bahwa jam pulang telah tiba.
Fika membawa tasnya ke kelas, kemudian kembali keluar menunggu kedatangan David untuk menjemput. Sesuai instruksi pagi tadi, David hendak mempertemukan dirinya dengan anak dari sahabat karibnya.
Di koridor, Fika tidak sengaja bertemu dengan Zara. Zara nampak muram, kendati begitu Fika tetap melempar senyum untuk Zara meski tidak mendapat balasan sama sekali.
Fika menunggu kedatangan David di depan gerbang sekolah. Beberapa siswa menyapanya dan berpamitan untuk pulang lebih awal sampai akhirnya mobil hitam David datang dan berhenti tepat di depan Fika.
Tidak semua siswa dari SMA Ardwana berasal dari keluarga mampu. Bisa dihitung jari siswa yang membawa mobil ke sekolah. Kebanyakan siswa pun membawa kendaraan motor sebagai alat transportasi menuju sekolah, sebagian yang lain menggunakan jasa transportasi umum.
Fika bersekolah di SMA favorit biasa, sedangkan Garda bersekolah di sekolah yang sudah terakreditasi unggul. SMA Bhayangkara tempat Garda bersekolah memakai kurikulum internasional, hal ini tentu membuat Garda menjadi lebih unggul dari pada Fika. Fika pernah mencoba untuk masuk ke sekolah yang sama dengan Garda. Namun, Fika dinyatakan gagal lolos dikarenakan hasil seleksinya mendapat nilai kurang dari nilai yang telah ditentukan.
David murka? Tentu. Ditambah dengan ujaran kebencian yang ia terima dari David semakin membuatnya merasa terpuruk kala itu. Perlu waktu lama bagi Fika untuk bisa berdamai dengan kenyataan bahwasannya ia gagal masuk ke sekolah yang sama dengan Garda. Bahkan, David masih saja mengungkit-ungkit jika sewaktu-waktu Fika gagal memenuhi ekspektasi David karena ketidakpuasan nya dengan prestasi yang diraih Fika.
Sebagai seorang anak, Fika tentu terus berusaha memberikan yang terbaik bagi ayahnya. Namun, ketidakpuasan David selalu menjadi tekanan terbesarnya. Kadangkala Fika dibuat menangis karena ucapan menohok yang David berikan, ditambah dengan selalu dibanding-bandingkan dengan Garda semakin membuatnya merasa muak.
"Udah ketemu sama guru yang ngajuin kamu buat ikut seleksi Matematika belom?" David bertanya, sesekali menoleh guna memberi atensinya untuk Fika.
Fika menggeleng. "Belom. Teh Hyla belom ngomong sama sekali ke Papa?"
David memutar kemudi mobil. "Belom," jawabnya.
Fika menghela panjang, kekhawatirannya kian kentara terasa mendengar jawaban David. Bagaimana bisa Hyla belum mengabari David perihal pilihannya yang memutar haluan memilih Fisika.
"Papa nganterin Fika aja atau sekalian nunggu Fika belajar bareng sama anaknya om Hendra?" tanya Fika lagi.
"Ya, sambil ngobrol sama om Hendra. Nanti, kakak kamu juga nyusul."
"Ngapain?"
David mengernyit, menginjak rem tatkala matanya menangkap lampu merah di depan. "Kok, ngapain? Ya, ikut belajar bareng aja. Katanya Azka udah lolos seleksi, tinggal persiapan lebih mateng aja buat ngadepin olimpiade-nya. Kalo gak salah Azka juga bakal ikut Olimpiade Matematika di Purwakarta."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKA DAN EKSPEKTASI [BELUM END-TAHAP REVISI]
Novela JuvenilAwalnya, Fika kira hidupnya hanya akan dihabiskan untuk memenuhi seluruh ekspektasi ayahnya yang menginginkan Fika untuk meraih angka-angka favoritnya. Namun, pasca masuknya nomor asing yang tidak Fika ketahui, hidupnya perlahan-lahan mulai berubah...