12 - "UNKNOWN?"

224 88 69
                                    

SEPERTI seorang anak bebek yang mengekori induknya, Fika nampak berjalan dengan konsisten di belakang Azka. Keduanya menerobos rinai hujan lebat yang masih setia turun membasahi Bentala. Fika menenteng satu buah kresek besar berlogo Alfamart di tangannya, begitu juga dengan Azka yang ikut menenteng satu buah kresek berukuran sedang.

Azka secara royal memberi kesempatan pada Fika untuk memilih jajanan sepuasnya dengan janji ia yang akan membayar. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, tentu Fika mendadak menjadi tidak tahu diri setelah diberi tawaran yang menurutnya cukup menggiurkan. Hampir menyentuh di angka 500 ribu Fika menghabiskan uang Azka. Namun, Azka sangat baik hati sekali dan merasa tidak keberatan.

Sesuai pengakuan Fika yang mengungkapkan ketidaknyamanannya berada dalam ruang obrolan David dan Hendra, Azka membawa Fika masuk ke ruang pribadinya. Disuguhkan view pemandangan indah dari balik jendela besar kamar, Fika langsung dibuat nyaman ditambah dengan dekorasi ruangan sederhana yang elegan.

"Ini kamar lo?" tanya Fika, tubuhnya membungkuk meraih salah satu makanan dari dalam kreseknya. "Beda sendiri kamarnya."

Azka mengangguk, kemudian menyalakan televisi. "Gue telpon Kak Garda dulu, suruh dia nyusul ke sini."

"Oke."

Seraya menunggu Azka selesai mengobrol dengan Garda lewat saluran telepon, Fika bergerak menelusuri setiap bagian dari ruang kamar Azka. Langkahnya terhenti di dapur. Tidak sopan memang membuka kulkas milik orang lain tanpa seijin pemiliknya. Namun, dengan entengnya Fika malah membuka kulkas milik Azka.

"Banyak banget," gumam Fika takjub melihat isi kulkas Azka yang komplit.

"Kalo mau ambil aja. Biasanya temen-temen gue mampir ke sini buat belajar bareng, makanya gue stok isi kulkas biar mereka bisa makan sepuasnya."

Fika menoleh, kemudian menutup kulkas. Fika berjalan mendekati Azka yang nampak sibuk menuangkan coklat panas ke dalam gelas.

"Jadi orang kaya enak banget, ya." Fika menyeletuk, Azka sampai tertawa mendengarnya. "Kak Garda udah jalan ke sini, kan?"

"Udah," jawab Azka seraya berbalik dan kembali berjalan menuju ruang tengah.

Fika meraih gelas yang terletak tidak jauh dari jangkauannya, lantas ia ikut menuangkan coklat panas. Cuaca dingin seperti ini memang cocok sekali untuk menikmati coklat panas untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya cuaca.

Saat Fika kembali ke ruang tengah, bertepatan dengan itu Garda tiba. Fika tersenyum tipis pada Garda, kemudian duduk di tempatnya semula.

"Nyoklat tapi nggak ngajak-ngajak," Garda menyindir, lalu duduk di bawah Fika seraya menyandarkan punggung pada sofa.

Fika memberikan gelasnya pada Garda, dengan senang hati Garda menerimanya. "Lo berdua belanja? Kapan?" tanya Garda setelah melihat kresek besar Alfamart terdiam anteng di tempatnya.

"Barusan, adek lo ngomong mau ke kamar mandi, taunya bablas sampe ke Alfamart," Azka menyahut dari dapur, sibuk menuangkan coklat baru untuk Fika.

Azka kembali dengan membawa satu gelas coklat dan beberapa makanan di tangan. Setelahnya, ia meraih tas punggungnya dan mengeluarkan buku-bukunya. Azka duduk berselonjor tidak jauh dari Garda, sekilas Azka sempat melihat Fika yang nampak sibuk memainkan rambut kakaknya.

ANGKA DAN EKSPEKTASI [BELUM END-TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang