GARDA mengangguk paham, sepertinya mimpi Fika ini ada kaitannya dengan dirinya sendiri dan David.
"Oh, iya. Gue cuma mau nyampein sesuatu sama lo, Papa pulang dari masjid langsung pergi. Katanya sih ada kerjaan mendadak di kantor."
"Jam segini?" tanya Fika.
Garda mengangguk. "Iya. Sama satu lagi, Papa nyuruh gue buat nganterin lo ke Puskesmas, katanya sih suruh periksain idung lo."
"Papa tahu gak idung gue bisa kaya gini karna sebab apa?" tanya Fika kepo.
"Kurang tahu," jawab Garda. "Papa cuma nyuruh gue buat nganterin lo ke Puskesmas, abis itu kita ke toko buku."
"Mau ngapain?"
Garda menghela, ia lantas berdiri. "Beli buku. Bukannya buku lo rusak karna disobek sama Zara, kan?"
📚🥀📚
Dikarenakan hidung memiliki banyak pembuluh tipis, sehingga hidung akan mudah pecah jika terkena pukulan atau tekanan. Akibatnya, selain bisa berdarah, hidung juga bisa membengkak dan memar. Pembengkakan biasanya akan hilang dalam waktu 4 sampai 5 hari.
Setelah diperiksa oleh dokter, dokter hanya menyarankan agar Fika mengompres hidungnya menggunakan air es, setidaknya 4 kali sehari selama dua hingga 4 hari ke depan untuk mengurangi bengkak. Dokter juga hanya memberi obat konsumsi anti-nyeri sebagai obat pereda jika sewaktu-waktu Fika merasakan nyeri pada hidungnya. Dokter juga menyarankan untuk jangan melakukan olahraga apa pun selama 2 minggu pertama dan menyeru agar Fika tidak melakukan olahraga yang memiliki resiko besar terkena cidera kurang lebih satu bulan lamanya.
"Inget-inget pesen dokternya apa."
"Iya, ini juga diinget-inget."
"Bagus."
Garda memberikan helm pada Fika, kemudian ia sendiri memakai helmnya. Keduanya lantas bergegas pergi, masih ada hal yang harus keduanya selesaikan sebelum keduanya kembali pulang ke rumah. Lebih tepatnya, sesuatu yang harus Garda selesaikan.
"Asli cuma beli satu buku?" tanya Garda memastikan, khawatir jika Fika sebenarnya berbohong hanya cukup membeli satu buku saja. "Gue kan udah bilang gue yang bayar."
Fika berdecak sebal. "Orang yang dirusakin cuma satu aja."
"Ya udah," tandas Garda mengalah.
Setelah membayar, Garda dan Fika kembali melangkahkan kakinya keluar dari area toko buku. Keduanya sesekali berbincang pendek guna menghilangkan rasa canggung yang mendera. Mengingat, keduanya belum lama ini terlibat adu mulut dan memiliki sangkut-pautnya dengan Zara.
Tidak menghabiskan sisa waktu untuk jalan-jalan, keduanya memutuskan untuk bersegera pulang ke rumah. Mengingat, keduanya masih memiliki tanggung jawab untuk belajar. Sebenarnya mereka bisa saja membolos untuk tidak belajar, tapi entah mengapa keduanya sering merasa ada yang kurang bahkan merasa bersalah jika mereka lalai dari tugas yang diberikan oleh David.
Fika mengernyit begitu melihat belokan menuju gapura perumahan tempat mereka tinggal justru Garda lewati begitu saja. Fika menepuk bahu Garda, bermaksud bertanya kenapa Garda melewatinya begitu saja. Apakah Garda lupa atau tidak menyadari bahwa ia terlalu jauh membawa motornya.
"Kak, lo gimana sih, jalannya udah kelewat!" tegur Fika sedikit memekik.
"Sengaja!" balas Garda.
Fika menghela, merasa pasrah akan keputusan Garda yang entah akan membawanya pergi ke mana. Namun, matanya membulat seketika begitu Fika tahu Garda membawanya ke tempat hiburan pasar malam. Rasa-rasanya Fika mendadak merasa begitu excited sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKA DAN EKSPEKTASI [BELUM END-TAHAP REVISI]
Teen FictionAwalnya, Fika kira hidupnya hanya akan dihabiskan untuk memenuhi seluruh ekspektasi ayahnya yang menginginkan Fika untuk meraih angka-angka favoritnya. Namun, pasca masuknya nomor asing yang tidak Fika ketahui, hidupnya perlahan-lahan mulai berubah...