Eps 15
Sudah hampir tiga bulan pendekar Soeta menggantikan boponya di kademangan, untung ada Raden Bagos bersamanya. Beberapa bulan yang lalu sang bopo pergi bersama Ki-Bekel dan juga Romo Panembahan ke pusat kota.
Dan sekarang ki demang sudah kembali karena tugas-tugasnya di kademangan semakin padat. Sedangkan Ki-Bekel dan Romo Washesha belum kembali, mereka masih ada dipusat kota atau mungkin juga mereka sedang bertemu kangen karena Ki-Bekel dan Romo Washesha adalah saudara seperguruan.Hari itu Pendekar Soeta dan Raden Bagos sedang dalam perjalanan. Mereka habis keliling desa-desa dan padukuhan seperti biasa yang selalu dilakukan pendekar Soeta dalam membatu boponya.
Saat itu mereka melewati desa terpencil yang ada dipinggir hutan.
Mereka sudah jauh meninggalkan desa tersebut, ketika itu mereka sampai di tengah-tengah jalan setapak tiba-tiba,"Aku ikuuutt Radeen..."
Pendekar Soeta berkata tapi suaranya
seperti suara perempuan. Raden Bagos mendengar dengan jelas, dan ia beranggapan pendekar Soeta sedang menggodanya seperti beberapa bulan lalu. Kemudian Raden Bagos pun menjawabnya tapi ia tidak menoleh kearah Pendekar Soeta."Ahaa kakang Soeta.... saya sudah faham cara kakang bercanda... sekali lagi bersuara... saya akan tinggalkan kakang Soeta disini."
Raden Bagos pun terus berjalan ia mengancam Pendekar Soeta, jika Pendekar Soeta masih bercanda,ia akan meninggalkannya, demikian pemikiran Raden Bagos.
Tetapi kali itu pun Pendekar Soeta menjawab lagi masih dengan suaranya yang masih seperti perempuan, kali ini suaranya lebih manja dan sedikit merengek.
"Tapi aku lapaaaaar..,Radeeenn....Aaww.."
Raden Bagos pun menoleh dengan agak kesal. Bahkan kali ini juga suara Raden Bagos agak kencang.
"Kakang Soeta...!! ada apa dengan kakang, jangan bercanda kakang Soeta..?! hayo kita segera pulang..!!"
Sambil menatap ke Pendekar Soeta
Raden Bagos ahirnya terperanjat dan heran, Pendekar Soeta masih bertingkah aneh, Pendekar Soeta menggoyang-goyangkan Bahunya, dadanya, kemudian pinggangnya.Semula Raden Bagos mengira Pendekar Soeta masih bercanda. Tetapi ketika Raden Bagos menatap Matanya tiba-tiba mata Pendekar Soeta berkilat merah seperti bara api, lidahnya menjulur panjang.
Raden Bagos yang selalu siaga, saat itu juga ia langsung melompat kesamping, bersamaan dengan pendekar Soeta yang menerjang cepat mau menyambar Raden Bagos.
Raden Bagos yang baru saja melompat langsung melenting lagi ke atas dan medarat kan tendanganya secara cepat ke punggung pedekar Soeta hingga ter huyung dan ambruk.
Tubuh Pendekar Soeta yang tertelungkup ditanah tiba-tiba kembali terangkat, berputar dan kemudian suaranya mendesis melesat dan menyambar kearah Raden Bagos.
Raden Bagos menghindar dengan meliukkan badanya kebelakang rendah hampir menyentuh tanah, sehingga lolos dari sergapan pendekar Soeta.
Raden Bagos langsung berdiri kembali, berputar arah sehingga berada tepat di belakang Pendekar Soeta dan kemudian"HHEUPP... HEUPP... HEUPPP..."
Tiga totokan saraf mendarat diurat nadi tengkuk kepala belakang, dan bahu pendekar Soeta. Pedekar Soeta pun ambruk tak berkutik lagi.
"OO... jagat dewa batara.. petaka apa lagi ini, siluman jahat itu kembali lagi dan merasuki raga kakang Soeta"
Raden bagos menyadari kejadian sebelumnya ketika ronggeng tiba-tiba muncul dan Pendekar Soeta terlibat didalamnya. Raden Bagos mengangkat tubuh pendekar soeta menaikkanya ke punggung kuda. Bermaksud mau membawanya pulang untuk diobati dan saat itu juga tiba-tiba,
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH CINTA PANGERAN DENGAN GADIS BIASA (Dalam Sejarah Putri Duyung)
Narrativa Storica(Awas 👉Dewasa) Ia menarik tangannya hingga gadis itu berbalik seketika, dadanya yang padat menonjol hampir menyentuh wajahnya, Roro Suci masih terdiam terasa ada sentuhan diujung dadanya, Raden Bagos berdiri perlahan hingga tubuhnya bergesekan deng...