Happy reading...
_______
Sasya tampak tertawa lepas mendengar cerita lucu dari Daffa. Sementara pria itu sangat merasa senang melihat Sasya tertawa. Ia tersenyum lebar menatap gadis itu dengan lekat.
“Nah, gini dong. Jangan cemberut terus, asem banget di liatnya.” Ucap Daffa.
“Kalo gini kan, cantik,” sambungnya seraya memuji Sasya dengan kedua tangan yang diletakkan di atas meja namun, pandangannya tertuju pada Sasya yang masih tertawa itu.
“Hahaha..., Bisa aja Lo. Gue emang udah cantik dari sananya sih,” Sahut Sasya disela tawanya. Gadis itu mengatakan dengan percaya dirinya, seraya mengibaskan rambutnya kebelakang.
“Hm, iya in deh, biar seneng.” Kata Daffa.
Sasya meminum jusnya sebentar, lalu ia kembali menatap pria yang duduk di hadapannya ini.
“Sya,” panggil Daffa.
“Apa?” Sahut Sasya.
Pria itu tampak ragu-ragu mengatakan sesuatu dan Sasya menyadari itu.
“Ngomong aja, Daf.” Ucap Sasya.
“Mm, malam ini Lo ada acara gak?”
“Gak ada. emang kenapa?” Sasya bertanya balik.
“Nanti malem kita nonton yuk?” Ucap Daffa mengajak Sasya untuk menonton.
Gadis itu berpikir sejenak, “eum, bo—”
“Ekhem!”
Suara dehemen seseorang itu membuat Sasya dan Daffa menoleh kearah sumber suara.
“Pak Marcell,” ucap keduanya bersamaan.
“Kenapa?” Tanya Marcell seraya menaikkan sebelah alisnya menatap kedua orang itu yang tampak terkejut melihat keberadaannya.
Marcell dengan santainya mendudukkan dirinya di kursi kosong sebelah Sasya.
“Terima kasih,” ucapnya pada pelayan yang meletakkan makanannya di atas meja.
“Sama-sama, Tuan.” Sahut pelayan itu sebelum melenggang pergi.
Marcell mendudukkan keponakannya itu di pangkuannya. Sementara Sasya dan Daffa hanya diam memperhatikan sang atasan dan anak kecil yang sedang duduk di pangkuan atasannya itu.
“Ngapain sih dia duduk di sini,” Batin Sasya merasa kesal. Gadis itu masih kesal jika mengingat kejadian pagi tadi.
Raut wajah Sasya berubah saat pandangannya bertemu dengan mata bulat yang kini juga menatapnya dengan tatapan polosnya seraya mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Lucu.” Ucapnya dalam hati.
Rasanya Sasya ingin mencubit pipi gembul itu.
Siapa sebenarnya gadis kecil itu? Apakah anak dari atasannya itu namun, rasanya tak mungkin, karena sang atasan belum menikah, pikir Sasya.
“Mungkin keponakannya,” batinnya.
Shania terlihat bergerak untuk turun dari pangkuan sang paman.
“Om, tuyun!” pintanya.
“Kamu mau kemana? Udah, duduk aja yang anteng. Om mau makan dulu,” ucap Marcell sambil membenarkan posisi duduk sang ponakan.
“Ndak mahu, Nia mahu tuyun Om.” Shania masih berusaha turun dari pangkuan Om nya.
Marcell berdecak, pria itu mau tak mau menurunkan sang ponakan. Shania tampak tersenyum senang, ia berjalan ke sebelah kursi sang paman yang di duduki oleh gadis cantik yang tak lain adalah Sasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, my boss!
Short Story"Kenalin, Ma. Ini Sasya, calon istri aku," ucap Marcell dengan santainya mengatakan bahwa Sasya adalah calon istrinya. What? Calon istri?! Oh, no! Sasya kira, pak Marcell hanya akan memperkenalkannya sebagai pacar saja. Namun, tidak di duga, pria it...