Chapter 21. Punya adik?

2.1K 159 10
                                    

Happy reading...
_______

Selepas kepergian sang Mama, Marcell menyandarkan punggungnya ke sofa. Tangannya terlentang pada undakan sofa dengan kaki kanan menumpang pada kaki kiri.

Pria itu menghembuskan nafasnya, matanya terpejam sejenak. Hingga suara ketukan pintu, membuat Marcell membuka matanya kembali.

“Masuk!” Titahnya dengan posisi yang masih sama.

Tak lama sang Sekretaris masuk dengan membawa secangkir kopi.

“Ini pak, kopinya.” Ucap Sekretaris Dina seraya meletakkan secangkir kopi itu di atas meja.

“Hm, terima kasih.” Ucap Marcell menegakkan tubuhnya.

Wanita itu mengangguk, “sama-sama, pak. Kalau begitu saya permisi, pak.” sahutnya.

Marcell mengangguk pelan, “ya.”

Dina membalikkan badannya dan berlalu pergi, tak lupa menutup pintu kembali.

Setelah kepergian Dina, pria itu mulai mencicipi kopi buatan sang Sekretaris itu. Ya, karena ia sendiri yang meminta dibuatkan.

“Hm, lumayan.” Gumamnya.

Marcell tampak sedang memikirkan kembali, bagaimana sang Mama bisa mengetahui hubungan pura-pura nya dengan Sasya. Seingatnya tak ada satupun yang tahu mengenai dirinya dan Sasya.

Tak salah lagi, sang Mama pasti mencaritahu kebenarannya. Mengingat wanita yang telah melahirkannya itu sempat mencurigainya.

“Mama tahu dari siapa? Atau mungkin, Sasya sendiri yang mengatakannya?” Ucapnya menerka-nerka.

***

Malam hari, dikediaman Lorenzo. Suasana rumah itu tampak sepi, tak ada suara omelan sang Mama. Karena sejak kepulangannya ke rumah, sang Mama tak menunjukkan dirinya sama sekali. Tentu saja membuat Marcell bertanya-tanya.

Lagi-lagi ia makan sendirian, sebenarnya Marcell sudah tak berselera makan. Namun, apa daya perut lapar tak bisa ditahan-tahan, ia terus saja berbunyi minta diisi.

“Bibi, Mama sama Papa kemana, ya?”

Karena tak tahan dengan rasa penasaran, akhirnya Marcell bertanya.

Bibi pelayan itu menatap sang Tuan muda dan menjawab, “Nyonya ada di kamarnya kok, Den.”

“Kalau Tuan, sepertinya belum pulang.” sambungnya.

“Oh begitu.” gumam Marcell.

Pria itu mulai menikmati makanannya seorang diri. Tak lama terdengar suara deru mobil memasuki pekarangan rumah. Marcell tahu, itu pasti mobil sang Papa.

Dirasa sudah kenyang, Marcell bangkit dari duduknya melangkah menuju wastafel untuk menyimpan piring bekas makannya.

Setelah itu, ia beranjak pergi menuju kamarnya. Saat akan menaiki tangga, terlihat sang Papa yang baru datang.

Terlihat sekali wajahnya yang lelah sehabis bekerja.

“Papa baru pulang?” Tanya nya.

Pria paruh baya itu mengangguk pelan, “iya, Mama mana?” Sahutnya seraya menanyakan keberadaan sang istri.

“Ada di kamar,” balas Marcell.

Tuan Ronal berjalan lebih dulu menuju lantai dua, melewati Marcell yang masih berdiri di tempatnya.

***

Tak terasa pagi menyapa, Sasya bangun lebih awal. Tak seperti biasanya, sesudah selesai mandi Sasya menuju dapur. Ia membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan makanan.

Hello, my boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang