Chapter 14. Khawatir

2.1K 159 5
                                    

Happy reading...

________

Jarum jam berdenting di suasana yang hening. Ruangan dengan pencahayaan yang temaram itu tampak sunyi. Hingga suara lenguhan seseorang terdengar lirih. Mata itu dengan perlahan terbuka, dengan bulir-bulir keringat membasahi keningnya. Gadis itu bangun dari berbaringnya. Terdengar hembusan nafas kasar keluar dari mulutnya.

“Jam berapa ini?” Gumamnya.

Sasya mengalihkan pandangannya menatap jam dinding yang kini menunjukkan pukul satu dini hari.

Gadis itu mengusap wajahnya, tak biasanya ia bermimpi sampai membuat dirinya terbangun tengah malam. Mimpinya itu terasa nyata, Sasya menjadi gelisah.

“Hah, kenapa jadi kepikiran Papa ya?”  Ujarnya tiba-tiba teringat sang Papa.

“Papa sama Mama baik-baik aja, kan?” Imbuhnya.

Sasya melangkah keluar dari kamar. Gadis itu berjalan ke lantai satu, menuju arah dapur.

Gadis itu menuangkan air ke dalam gelas yang ia pegang. Setelahnya ia meneguk air minumnya hingga tanda, karena Sasya menuangkannya hanya setengah gelas.

Tak.

Sasya meletakkan gelasnya di meja. Setelah minum, gadis itu kembali ke kamarnya.

Cklek.

Pintu kamarnya terbuka, Sasya menyalakan lampu kamarnya.

Ia melangkah menuju ranjang. Meraih ponselnya yang ada di nakas.

“Telpon jangan, ya? Tapi, ini masih malam, pasti Mama sama Papa masih tidur.” Gumamnya.

Sasya merasa perasaannya mulai tak tenang, apalagi setelah bermimpi itu. Mimpi yang entah mengapa membuatnya terbangun dengan perasaan yang gelisah.

Gadis itu menghembuskan nafasnya kasar, ini sudah tengah malam membuat Sasya bingung dengan perasaan yang membuatnya tak nyaman ini.

“Huftt.. semoga Mama sama Papa baik-baik aja.” Ucapnya.

Sasya kembali merebahkan tubuhnya, bersiap untuk melanjutkan tidurnya. Ponsel yang berada di genggamannya itu diletakan dengan asal di kasur.

***

Pagi ini seperti biasa, Sasya bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Sepertinya kali ini ia tak sarapan di rumah karena ia tak memasak. Apalagi saat ini tidak ada sang Mama.

Mengingat sang Mama, Sasya menjadi kepikiran tentang mimpinya semalam. Wajah ceria itu tiba-tiba murung seketika. Pasalnya, setelah bangun tidur, Sasya langsung menghubungi Mama dan Papanya namun, tak ada satu panggilan pun yang terjawab, sepertinya ponsel kedua orangtuanya itu sedang tidak aktif.

Sebenarnya Papa sama Mama kemana sih?” Batinnya.

Saat ini Sasya sedang sarapan di kantin. Gadis itu mengunyah makanannya dengan pelan, tampak tak berselera. Sesekali matanya melirik ponselnya, berharap ada panggilan dari kedua orangtuanya.

Gadis itu menghela nafas, meletakkan sendoknya. Ia meraih air minum dan meneguknya.

Tiba-tiba seseorang datang dengan mengejutkannya. Menepuk pelan bahunya dari belakang.

“Hai, Sya!” Seru seseorang itu dari belakang.

Uhukk.

Sasya tersedak, ia meletakkan kembali gelasnya.

Gadis itu menepuk-nepuk dadanya seraya menoleh ke belakang.

“Mbak Dina!” Ujarnya terdengar kesal.

Hello, my boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang