Chapter 17. Meeting

1.8K 128 7
                                    

Happy reading...
_______

Mengingat jadwal meeting pagi ini, Sasya segera bangun dari tidurnya. Bergegas mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Gadis itu tampak tergesa-gesa menggosok gigi, tak lupa juga membersihkan tubuhnya. Tak butuh waktu lama, hanya sepuluh menit gadis itu telah selesai mandi. Mengingat ia bangun kesiangan, pukul 08.00 pagi, sementara jarak kantor dengan rumahnya membutuhkan waktu setengah jam. Belum lagi Sasya harus mempersiapkan segalanya untuk meeting.

Pertemuan kali ini bukan hanya membahas tentang proyek yang saat ini sedang dijalani, namun juga akan memantau langsung ke tempat pembangunan yang belum selesai itu, bersama dengan klien, Tuan William.

“Huftt, semangat Sya.” ucapnya menyemangati dirinya sendiri seraya menatap cermin.

“Gak pa-pa telat datang, yang penting meeting hari ini lancar.” gumamnya.

Setelah berias sebentar, gadis itu segera mengambil tas tak lupa ponselnya yang dimasukkan ke dalam tas itu. Lalu ia bergegas keluar dari kamar.

Tak sempat untuk sarapan terlebih dahulu, Sasya memilih minum air saja, lalu bergegas pergi.

Gadis itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Sasya sangat yakin, pasti setelah sampai kantor dirinya akan mendapat omelan dari atasannya.

“Tenang, Sya. Jangan kebut-kebut, santai aja nanti juga sampai.” Ucapnya pada dirinya sendiri.

Sementara di tempat lain, di sebuah gedung perusahaan, tepatnya disalah satu ruangan. Terlihat seorang pria tampak mondar-mandiri di tempatnya seraya melirik jam tangannya.

Pria itu berkacak pinggang, seraya menggeleng kepala.

“Ck, Sasya kemana sih? Jam segini belum datang juga. Apa dia lupa pagi ini mau meeting dengan Tuan William?” ujarnya dengan raut kesalnya.

Marcell mendudukkan dirinya di sofa sambil menunggu kedatangan Sasya. Baru kali ini, ia menghadapi karyawan yang membuatnya harus menunggu. Seharusnya gadis itu sudah menyiapkan segalanya, datangnya harus tepat waktu, pikirnya.

Beberapa menit berlalu, hingga terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat Marcell langsung bangkit dan melangkah membuka pintu.

Cklek.

Terlihat gadis yang sejak tadi ditunggunya itu baru menampakkan batang hidungnya.

Sasya tampak mengatur nafasnya yang tersenggal, karena begitu ia sampai gadis itu langsung berjalan dengan cepat sesekali berlari mengejar waktu.

Ditatapnya wajah datar sang bos, “selamat pa—” ucapannya terhenti karena pria yang ada dihadapannya itu menyelong pergi begitu saja.

“Tidak ada waktu untuk berbasa-basi.” Seru Marcell yang berjalan terlebih dahulu di depan Sasya.

Sasya segera menyeimbangi langkahnya dengan sang atasan.

“Sudah tahu mau meeting, kenapa datangnya telat? Kamu sudah siapkan laporan yang kemarin saya minta, kan?” Ujar Marcell sambil terus berjalan dengan langkah lebarnya.

Sasya berjalan dibelakang pria itu tampak kewalahan untuk menyeimbangi langkahnya dengan sang atasan. Ditambah lagi ia kini memakai sepatu high heel. Jadi, membuatnya kesulitan jika dengan langkah yang cepat.

Karena tak ada sahutan dari Sasya, pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik badan.

Marcell tampak semakin kesal melihat Sasya yang berjalan sangat lambat menurutnya.

Pria itu melirik jam tangannya, lalu kembali menatap Sasya yang kini mendekat kearahnya.

“Cepat, Sya. Kamu lambat sekali.” ucapnya seraya melanjutkan langkahnya kembali.

Hello, my boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang