Happy reading...
______Setelah hujan mulai reda, keduanya memutuskan untuk kembali ke kantor.
Marcell mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil, kini tampak tidak secanggung saat mereka pergi ke restaurant.
Sasya duduk dikursi sebelah pengemudi. Gadis itu menatap ke depan terlihat seperti sedang melamun dan Marcell menyadari itu.
“Jangan melamun,” Ucap Marcell tiba-tiba.
Sasya refleks menoleh, “eh, nggak pak. Saya gak ngelamun kok.” jawabnya.
“Hm, nanti malam kamu ada acara gak?” Tanya Marcell sekilas melirik Sasya.
“Gak ada, Pak. Kenapa?” balas Sasya.
“Kalau kamu gak keberatan, saya mau ajak kamu jalan malam ini. Kalau gak bisa juga gak pa-pa,” ucap Marcell.
Sasya tersenyum, “nggak kok, pak. Saya bisa.” balasnya.
Entah mengapa Sasya langsung mengiyakan saja. Biasanya ia akan pikir-pikir dulu. Sebaliknya, Sasya entah mengapa malah merasa senang saat Marcell mengajaknya jalan. Dulu saja, ia akan merasa kesal karena Marcell memintanya dengan cara paksaan.
“Oke, nanti saya jemput.” Ucap Marcell.
Sasya hanya mengangguk.
Marcell melirik Sasya, “oh iya, gak bakal ada yang marah kan kalau saya ngajak kamu jalan?” Tanyanya.
Sasya tampak mengernyit, “hm, gak ada pak. Orangtua saya fine-fine aja kalau saya mau jalan sama siapa aja, yang penting tau waktu.” balasnya.
Pria itu terdiam sejenak, sebenarnya ia ingin menanyakan sesuatu. Hingga Marcell merasa dirinya tidak bisa lagi menahan rasa keingintahuannya mengenai kebenaran tentang hubungan Sasya dan Daffa.
“Kalo pacar kamu?”
Marcell sengaja bertanya seperti itu, ingin memastikan saja. Bahwa Sasya ada hubungan atau tidak dengan Daffa.
Sasya mengernyit, “Hah? Pacar?”
Marcell mengangguk pelan, “iya, pacar kamu. Emangnya dia gak bakal marah kalau kamu jalan sama saya?” ucapnya seraya bertanya.
Gadis itu tampaknya masih mencerna pertanyaan Marcell. Sasya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Merasa heran, mengapa Atasannya itu menanyakan tentang pacar? Perasaan di kantor juga tidak ada gosip dirinya tengah berpacaran? Pikirnya.
“Tunggu-tunggu? Pak Marcell tau dari mana kalau saya punya pacar?” Tanya Sasya.
“Perasaan di kantor gak ada gosip kalau saya pacaran,” ucapnya.
Marcell tampak menelan salivanya, ia malah terjebak dengan pertanyaannya sendiri. Ya, memang di kantor tidak ada gosip tentang Sasya ataupun Daffa.
Bisa gawat kalau Sasya tahu bahwa sebenarnya Marcell melihat Daffa sedang menyatakan perasaannya pada Sasya.
“Hm, itu pikiran saya saja. Saya kira kedekatan kamu sama Daffa itu bukan sekedar teman biasa.” Ucap Marcell berusaha terlihat tenang.
Sasya mengerti sekarang, sepertinya kedekatan dirinya dengan Daffa menimbulkan kesalahpahaman pada Atasannya, mungkin beberapa orang juga akan berpikir sama seperti Marcell.
“Aduh, kayaknya bapak salah paham ya. Sebenarnya saya sama Daffa gak ada hubungan apa-apa. Kami cuma berteman, gak lebih.” Jawab Sasya menjelaskan bahwa dirinya tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun termasuk, Daffa.
“Oh, begitu. Saya kira kamu pacaran sama Daffa.” Ucap Marcell entah mengapa pria itu terlihat lega mendengar bahwa Sasya tidak menjalin hubungan dengan Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, my boss!
Short Story"Kenalin, Ma. Ini Sasya, calon istri aku," ucap Marcell dengan santainya mengatakan bahwa Sasya adalah calon istrinya. What? Calon istri?! Oh, no! Sasya kira, pak Marcell hanya akan memperkenalkannya sebagai pacar saja. Namun, tidak di duga, pria it...