Chapter 24. Canggung

1.4K 109 36
                                    

Happy reading...
______

Dua bulan berlalu begitu saja, semuanya berjalan seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda dari sikap sang atasan yang biasanya menyebalkan kini semakin hari semakin cuek saja pada Sasya. Entah apa yang membuat pria itu menjadi cuek, Sasya pun merasa heran.

Kadang Sasya bertanya-tanya dalam hati, apakah ia melakukan kesalahan? Apa ada sesuatu yang pria itu tidak sukai darinya? Tapi, apa? Pikirnya.

Setiap bersama dengan Bosnya itu mengapa sekarang terasa canggung. Pria itu juga bicara padanya hanya seperlunya saja, misal tentang pekerjaan dan yang diluar dari pekerjaan pak Marcell tidak pernah menanyakan lagi.

Bukankah seharusnya Sasya senang jika pak Marcell tidak lagi menyebalkan? Namun, mengapa Sasya merasa ada sesuatu yang hilang. Ia tak bisa lagi kesal pada pria itu. Entahlah, Sasya tak mengerti mengapa dirinya seperti ini.

Drtt.

Dering telpon membuyarkan lamunannya. Gadis itu segera meraih ponselnya dan mengangkat panggilan.

“Hallo, Daff. Ada apa?” Sahut Sasya saat mengangkat panggilan dari Daffa.

“Sya, gue boleh minta tolong gak?”

“Boleh, mau minta tolong apa?”

“Kasih berkas yang ada dimeja gue ke pak Marcell, soalnya gue lagi diluar ada keperluan."

“Bisa kan, Sya?”

Sasya berdehem sejenak, “Hm, bisa kok. Nanti gue kasih berkasnya ke si bos.” Jawabnya.

“Oke, thank you, Sya.” ucap Daffa.

“Urwell, Daff.” Balas Sasya.

Tut.

Pria itu memutuskan panggilan telponnya.

Sasya meletakkan ponselnya ke meja. Gadis itu tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya beranjak dari tempatnya.

Ia menghembuskan nafasnya sebelum keluar dari ruangan itu, sembari tangannya yang menggenggam erat ponselnya.

Entah apa yang membuat gadis itu menjadi gugup, padahal biasanya biasa saja jika bertemu dengan bosnya.

“Huftt..., tenang Sya. Ada apa sama diri lo?” Monolognya.

Sasya keluar dari ruangan, ia berjalan menuju meja kerja Daffa. Sesuai dengan perkataan Daffa yang meminta tolong kepadanya untuk memberikan berkas itu kepada pak Marcell.

Setelah sampai dimeja kerja Daffa, benar pria itu memang sedang berada diluar.

“Eh, Sya. Mau kemana?” Tanya seorang pria yang sedang berada di meja kerjanya yang kebetulan bersebelahan dengan Daffa.

“Ini, Mas. Daffa minta tolong sama saya, katanya minta anterin berkas ke pak Marcell.” Jawab Sasya tak lupa dengan senyum ramahnya.

“Oh, yaudah ambil aja. Itu berkasnya yang warna merah, ya.” Kata pria itu.

“Ah, iya. Makasih, Mas.” Ucap Sasya.

“Sama-sama.”

Sesudah mengambil berkas itu, Sasya berjalan menuju ruangan Marcell. Selama diperjalanan menuju ruangan sang Atasan, Sasya merasa jantungnya berdegup kencang. Itu benar-benar membuatnya tak nyaman, ia merasa seperti bukan dirinya. Seperti mau bertemu siapa saja? Orang ia akan bertemu seseorang yang beberapa bulan yang lalu selalu membuatnya kesal.

Tok...tok..tok!

Sasya mengetuk pintu beberapa kali namun, tak juga mendapat sahutan dari dalam.

Karena merasa tak ada sahutan dari sang Atasan, Gadis itu memutuskan untuk masuk saja. Dari pada ia terus berdiri menunggu sang Atasan untuk menyuruhnya masuk.

Hello, my boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang