Chapter 7. Baskara Group

2.3K 179 5
                                    

Happy reading...

______

Setelah kejadian tadi, Sasya langsung menuju ruangan kerjanya. Gadis itu tampak biasa saja, lagipula ia tak sengaja, pikirnya. Ya, walaupun ia sendiri merutuki kecerobohannya itu.

Diletakkannya jas milik Marcell di meja kerjanya. Ia mendudukkan dirinya di kursi, lalu membuka laptopnya.

Diliriknya jas hitam itu, tangan Sasya terulur untuk mengambil jas itu.

“Sebenarnya kena sedikit doang sih, lama-lama juga kering, cuma baunya masih ada.” Gumamnya.

Sasya menghirup aroma strawberry yang masih melekat di jas sang atasannya itu.

Gadis itu meletakkannya kembali, ia mulai berkutat dengan laptopnya.

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan itu terbuka.

Sasya sadar seseorang memasuki ruangan kerjanya namun, ia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar laptop.

Cklek.

Pintu ruangan itu terbuka, terlihat sosok pria berkemeja putih itu berjalan mendekat kearah Sasya.

Sasya tampaknya belum menyadari siapa yang masuk ke ruangannya, gadis itu masih sibuk di depan laptop.

“Nih, Sya. Minuman buat Lo,” ucap pria itu seraya menyimpan cup jus itu di atas meja.

Gadis itu melirik pria itu sekilas, “iya, makasih.”

“Padahal gak usah repot-repot, Daff.” Sambungnya.

“Santai aja kali, Sya. Gak ngerepotin kok,” sahut Daffa seraya mendudukkan dirinya di kursi kosong yang berhadapan dengan Sasya.

“Gue denger-denger, tadi lo numpahin minuman ke jasnya pak bos, ya?” Tanya Daffa.

Sasya menghentikan kegiatannya, ia menatap lawan bicaranya. “Iya, Daff. Untungnya nih, si bos gak maki-maki gue tadi.” Sahutnya.

Pria itu bernafas lega, “Syukurlah, kalo lo gak kenapa-napa.”

Daffa bangkit dari duduknya, ia menatap Sasya sebelum keluar dari ruangan.

“Seperti biasa, Sya. Nanti makan siang bareng, ya?” Kata Daffa.

Gadis itu mengangguk pelan, “Iya.”

Setelah mengatakan itu, Daffa keluar dari ruangan.

Sasya menatap kepergian Daffa dengan tatapan yang rumit. Entah apa yang ada dipikirannya tentang pria yang akhir-akhir ini dekat dengannya.

Sebenarnya dari dulu juga sudah dekat namun, tidak sedekat sekarang.  Kini Daffa selalu saja mengajak dirinya makan siang bersama. Dan untuk malam kemarin juga, itu untuk yang pertama kalinya Sasya dan Daffa jalan berdua.

Sasya menggeleng, mengenyahkan pikirannya.

“Gak mungkin lah,” gumamnya pelan.

***

Pria itu mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya dan menyenderkan punggungnya.

Hello, my boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang