Chapter 1

365 9 1
                                    

~Selamat membaca~

"CASHEL!"

Seorang laki-laki yang bernama Cashel menghembuskan napasnya kasar. Lagi dan lagi, kenapa perempuan itu selalu mengganggu waktunya?

"Kok ninggalin Rayn sih?!"

Iya, yang mengejar Cashel adalah Rayn.

"Lo bisa nggak? Nggak usah ganggu gue?" Rayn menggeleng sambil tersenyum dan menatap kedua mata Cashel.

"Kalo Rayn nggak ketemu Cashel satu hari aja, hidup Rayn bakal sengsara." Cashel menatap datar Rayn dan pergi begitu saja meninggalkan Rayn yang cemberut kesal.

"Ya ampun Rayn, Rayn, lo mau nyoba naklukin tuh kulkas?" Rayn menoleh pada temannya dan mengangguk lesu.

"Gue jamin lo nggak bakal bisa," ujarnya sambil merangkul Rayn.

Jessica Ravela, biasa dipanggil Jessi. Teman somplak nya Rayn, mereka memiliki sifat yang hampir sama bedanya Jessi itu orangnya sangat mudah menyerah sedangkan Rayn tidak mudah menyerah. Buktinya, ia mati-matian mengejar cintanya Cashel.

"Jahat ihh Jessi, nggak dukung Rayn," katanya sambil mencubit kecil pinggang Jessi lalu berlari.

"BERANI YA LO!"

Rayn berlari terlebih dahulu ke kelas dan disusul oleh Jessi. Mereka berdua sudah seperti anak-anak yang bermain kejar-kejaran di halaman rumah.

"Hah..hah...capek banget aku."

"Lemah lo," Rayn memeletkan lidahnya pada Jessi yang sudah duduk manis di tempatnya.

Wajahnya kembali berseri lagi saat melihat Berlina sudah berada di kelas. Lagi dan lagi ia berlari dan langsung memeluk Berlina tanpa aba-aba.

"Rayn, lo bisa nggak? Nggak usah ngagetin." Rayn hanya cengengesan dan menarik keluar Berlina menuju tempat rahasia mereka.

----

"Habis ini ada yang kesini, mungkin sekitar seribu orang." Ujar Rayn sambil melepas kuncirannya.

"Maksud lo? Bakal ada perang disini?" Rayn mengangguk dan mengambil jajannya di lemari.

"Azac, musuh bebuyutan Golden Rose. Sudah belasan tahun Azac tanpa pemimpin, sekarang mereka kembali dengan pemimpin yang baru dan tentu misi utama mereka adalah menyingkirkan Golden Rose. Menurut mereka, Golden Rose sedang lengah karena tidak ada yang memimpin dan incaran utama mereka sekarang adalah menghancurkan sekolah ini."

"Kenapa sekolah ini?"

"Berlin lupa donatur terbesar di sekolah ini siapa?"

"Keluarga Danendra," ujar Berlina dengan polos. Rayn melihat wajah Berlina yang tampaknya masih kebingungan.

"Dasar bolot!! Orang-orang udah tau kalo putri dan cucu dari keluarga Danendra adalah pemimpin Golden Rose."

"OHH! GUE PAHAM!" Rayn menatap datar wajah Berlina yang kelihatan tidak bersalah sedikitpun. Rayn sangat membenci sikap lemotnya Berlina, padahal gadis itu termasuk salah satu anggota yang sangat pemberani.

"TERUS? SEKARANG KITA HARUS APA?!"

"Diem aja lah." Berlina melongo melihat Rayn, bisa-bisanya disaat sekolah akan diserang oleh Azac gadis itu malah menikmati jajannya dengan santai. Tidak habis pikir dengan sikap Rayn.

Third GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang