Chapter 14

137 7 0
                                    

~Selamat Membaca~

"Rayna?"

Rayn tersenyum miring melihat semua orang disini ketakutan. Apalagi Baron dan keluarganya.

"Aku kembali, sayang." Ujarnya sambil melepaskan ikatan rambutnya. Membuat siapa saja takjub dengan kecantikan Rayn yang lebih terlihat dari beberapa bulan lalu.

"RAYNA! LO SEHARUSNYA MATI KAYAK CALISHA!" Yang awalnya mata Rayn tertuju pada Dara, kini tertuju pada salah satu orang yang menjadi musuh bebuyutannya.

"Adik kecilku, siapa yang mencuci otakmu hingga kamu membenci orang yang memberikanmu nyawa?"

Cashel terkejut mendengar panggilan Rayn pada dirinya. Adik kecilku?

"Biar aku kasih tau ya..."

"Tante Nara, apa yang kamu perbuat pada adikku hm?" Lampu menyorot pada sosok wanita yang berdiri di samping Arion. Wanita itu hanya bisa menundukkan kepalanya takut.

"Aurora Rayna!"

Rayna mengalihkan pandanganya dari Tante Nara pada Arion. Ia menaikkan alisnya satu, "Yang benar itu Aurora Rayna Danendra, Arion."

Arion mengepalkan kedua tangannya, ia diam-diam mengambil pistol yang selalu ia bawa. Disaat Rayn sibuk berbicara dengan Cashel, Arion mengangkat tangannya yang sedang membawa pistol.

Dor

"Ups, tidak kena." Ucap Rayn sambil memegang peluru yang ditembakkan oleh Arion. Semua orang terkejut melihat Rayn yang bisa mengambil peluru itu dengan mudah tanpa lecet sedikitpun.

"Arion, kamu tau kan? Hanya pemimpin Golden Rose yang bisa melakukan ini?"

"Okay, aku akan mengenalkan diriku secara resmi disini."

"Aku adalah Aurora Rayna Danendra, pemimpin generasi ketiga dari Golden Rose putri dari Calisha Rayana Danendra dan Baron Cavero Storm."

"Aku bukanlah orang yang mudah dikalahkan, Dara. Jika ibuku bisa bangkit dari kematian beberapa kali, begitupun dengan aku."

Alfana menatap suaminya dengan air mata yang sudah mengalir. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Tante Alfana, terimalah kenyataan ini!"

"Kamu pasti bohong! Kamu dan Calisha sama saja, dasar pembunuh!"

Rayn tersenyum tipis, ia melepaskan gaunnya dan berganti dengan baju hitam yang selalu ia pakai ketika berperang. Ia melangkahkan kakinya membelah kerumunan orang dan menghampiri Alfana beserta yang lain.

"Berhenti!!"

Rayn menghentikan langkahnya, matanya tidak bisa berbohong kepada siapapun yang melihatnya. Matanya menyorotkan dendam yang sangat membara dan kehancuran.

"Mainkan filmnya!"

Flashback on

"Baron!!" Teriak seorang gadis dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya.

"Baron dimana?" Tanyanya kepada salah satu teman Baron yang ia ketahui. Gadis itu membelah semua orang yang tengah berjoget beriringan dengan musik yang dimainkan.

Third GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang