Chapter 16

134 6 0
                                    

~Selamat Membaca~

"Come on in!"

Seorang gadis dengan setelan baju tahanan terduduk di pojok sel dengan memeluk dirinya sendiri. Ia tidak pernah mengira jika dirinya akan masuk ke dalam ruangan penuh tekanan ini.

Dimana aku?

Bahkan dirinya tidak tau dimana dirinya sekarang. Yang jelas ini bukanlah negaranya, melainkan negara orang lain.

"Hei, what have you done?" (Hei, apa yang telah kamu lakukan?)

Gadis itu menoleh ke samping, ternyata terdapat ventilasi kecil yang menyambung ke sel lain. Ia menghampiri lelaki itu dan bertanya dimana penjara ini berada.

"Sorry, where is this?" (Maaf, dimana ini?) Tanya gadis itu dengan hati-hati.

"Oh fuck, you don't know where this is?" (Kamu tidak tau dimana ini?) Gadis itu mengangguk sebagai jawaban. Lelaki itu terkekeh kecil dan melanjutkan ucapannya.

"This is no ordinary prison, girl. Only selected criminals enter here, one of which is me." (Ini bukan penjara biasa. Hanya penjahat terpilih yang bisa masuk sini, salah satunya adalah aku)

"Which country is this?" (Negara mana ini?)

Lelaki itu terkekeh kecil, "I don't know exactly where, but this prison is on a small island far from the city." (Aku tidak tau tepatnya dimana, tapi penjara ini berada di pulau jauh dari kota)

Gadis itu mengangguk, ia kembali ke posisi semula dengan lesu. Padahal semua bukti kejahatan yang mengarah kepada dirinya bukan sesuatu yang berbahaya. Ibaratnya itu hanya sebagian kecil dari sebuah pisau. Tapi, mengapa dirinya bisa disini?

"Caily, apa yang sudah kamu lakukan?"

"Semuanya salah, kamu sudah menusukku dari belakang demi Cashel."

Rayna tersenyum tipis melihat ujung kasur yang lancip. Ia mendekatkan kakinya pada ujung kasur itu dan menyayatnya.

"Argh!"

"Ini lebih sakit daripada tertembak." Ringis Rayn dengan pelan.

Rayn mengambil benda kecil yang ia sembunyikan di dalam kulitnya. Ini bukan sembarang benda, tidak ada seorang pun baik anggota Golden Rose maupun orang dekat Rayn yang mengetahui benda ini.

"Aku butuh bantuan seseorang." Rayn menyeringai sambil menatap ventilasi yang menghubungkan ke sel lelaki tadi. Jika ia bersedia membantunya, semuanya akan beres.

"Hey, can you help me?"  (Hey, bisakah kamu membantuku)

"What?"

"Bite this until it breaks, can you do that?" (Gigit ini sampai patah, kamu bisa melakukannya?) Pinta Rayn sambil menyerahkan bendanya kepada lelaki itu.

Lelaki itu menerimanya, matanya menyipit melihat benda yang diberikan Rayn dengan seksama. Benda ini berukuran seperti flashdisk tapi sedikit lebih kecil.

"Why should I do it?" (Kenapa aku harus melakukannya?) Rayn menghela napas kasar, kenapa lelaki itu tidak menurutinya saja dan dia juga akan membantunya keluar dari sini?

Third GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang